Rabu, 23 Desember 2015

on 2 comments

Rintik Hujan Di Bulan Desember (surat untuk Daniel)


https://cahkenongo.blogspot.com
Rintik Hujan Di Bulan Desember

Denting suara derai butiran air hujan jatuh di atas genteng kamarku buru buru aku menutup jendela kamar agar sang bayu tak masuk membawa Kristal bening itu. Mendung dan hujan di bulan desember… aaacchh 2 tahun sudah kenanganku terhadapmu HONEY.. L L  Rintik Hujan Di Bulan Desember (surat untuk Daniel) itu adalah cerita yang tanpa sengaja aku tulis, dalam keisenganku.. 2 hari lagi saudara kita yg beragama nasrani akan merayakan natal(merry crismas) dan tahun akan berganti “ vacation tahun baru bersamamu pasti akan sangat bahagia” tapi itu hanya angan.

Sisi lembut menyerangku di saat aku sedang memikirkanmu. Cukup kusyukuri bahwa perasaan tak tegaku muncul terlambat. Jika sedari tadi, pasti aku takkan ada di sini.
Aku menyandarkan kepala ke jendela. Mengamati rintik hujan di luar sana menabrakkan diri pada kaca hingga terlihatlah anak sungai kecil terasa layaknya lukisan abstrak yang indah namun mampu mengiris hati.

Aku seperti mengenang lelehan air mataku yang beberapa tahun lalu kau tinggalkan tanpa perasaan. Akankah kau masih di sana? Menangis tersedu-sedu seraya menatap punggungku yang perlahan menjauh lalu menghilang. Tak mungkin kan kau masih di sana di saat hujan lebat seperti ini?

Perlahan, semakin aku menatap langit gelap serta rintik hujan yang kian deras, aku semakin mengkawatirkanmu. Karena aku tahu kau cowok yang begitu nekat sekaligus rapuh.
Maafkan aku… Meskipun mungkin kau masih di sana, aku tetap tak mampu menghampirimu. Perpisahan ini adalah jalan satu-satunya bagi kita. Layaknya awan kelabu yang menjatuhkan hujan hingga ke dasar tanah lalu sosoknya perlahan menghilang agar pelangi dapat menampilkan keindahannya. Seperti itulah kita. Demi kau aku rela menghilang agar kau terus ada di sana terlihat indah nan memukau seperti kupu kupu.

Semoga ada yang menerangi sisi kegelapan ini.
menunggu…
Seperti kupu kupu, setia menunggu pada saat musim semi tiba…

“Lihatlah, awan mendung di langit itu! Sebentar lagi hujan akan tiba tapi tunggulah selalu ada pelangi sehabis hujan. Meski kau tak selalu tahu dan melihat kemunculannya. Namun percayalah seperti pelangi yang akan tetap membiaskan warna-warna indahnya di langit cerah setelah kegelapan yang disebabkan oleh awan mendung menyelimuti bumi. Seperti itulah kesedihan yang kau derita, suatu saat pasti akan berganti dengan kebahagiaan yang terasa indah,” ujar seorang lelaki berperawakan kecil namun terlihat manis.

Dia memang bukanlah lelaki gagah perkasa yang bisa melindungi gadisnya dengan kekuatan fisik yang hebat. Dia juga bukan tipe lelaki yang dapat dijadikan bahan pamer dengan berjuta kelebihan luar yang mampu memukau mata. namun sikapnya yang selalu sukses menghasilkan rasa nyaman nan hangat bagi yang berada di dekatnya, senyumnya yang terlihat tulus, mata polosnya yang memancarkan kesungguhan merupakan anugerah tersendiri yang dia miliki. Dialah Daniel. Pria lembut yang berperasaan halus.

Gadis yang berdiri di hadapannya, yang tadi ikut serempak mendongak ke langit bersama Daniel beralih menatap lekat lelaki yang berhasil mencuri hatinya. Ada sesuatu yang mengusik benaknya setelah dengan tiba-tiba lelakinya berucap dengan nada rendah nan berat. Belum sempat dia berucap Daniel sudah bersuara.

“Kau akan bahagia. Itu pasti! Percayalah luka yang aku torehkan sekarang takkan berlangsung lama. Selanjutnya hidupmu akan menjadi cemerlang tanpa aku.
Kau adalah Putry yang hebat dan akan lebih hebat lagi tanpa aku di sisimu karena aku hanyalah menjadi batu sandungan bagi kesuksesanmu. Aku ini awan mendung kelabu yang gemar menghalangi keindahan langit Putry. Bukan kah awan kelabu ini harus menyingkir agar pelangi bisa muncul?”

Gadis ini mengernyit tak mengerti. Kata-kata Daniel adalah sesuatu yang terasa sulit dia cerna. Apalagi ketika matanya mengamati ekspresi lelakinya yang sendu. Rasa was-was yang muncul di benaknya sedari tadi semakin membesar menjadi rasa takut. Takut akan kehilangan.

“Ap-apa maksudmu, Niel?” Putry sudah mampu mencerna akan tetapi kini rasa tak percayalah yang menghadangnya untuk bisa mengerti tiap-tiap kata yang terlontar dari bibir Daniel.
Daniel menghela nafas berat, tatapan matanya beralih menyorot hamparan dedaunan pohon Maple yang berayun-ayun terhempas oleh angin lembap nan dingin. Pertanda hujan akan segera datang.

“Pergilah! Ikutlah dengan Mamamu ke Jepang. Di sana kau akan bisa meraih apa yang kau ingini. Segalanya ada untukmu. Jangan bertahan di sini. Di sampingku dan tinggal bersama Papamu yang pemabuk itu. Kami hanyalah pria tak bertanggung jawab yang akan menjadi penghalang bagimu. Kami hanyalah awan gelap yang akan menghalangi keindahan warna-warna pelangimu.”

Suara tenor seorang Pria yang sudah lewat beberapa jam lalu kudengar masih saja terngiang-ngiang dengan jelas. Seolah seperti hantu yang tanpa wujud namun tak juga berhenti bicara. Terus saja mengkumandangkan kata-kata ‘manis’ nan menusuk, membuatku yang menangis di bawah rintik hujan ini semakin merasakan sesak yang amat sangat beserta perih di hati.
Tahu apa kau tentang kebahagiaanku? Bersama Mama memanglah membuat segala yang kuingini terwujud.

“ aku tidak bisa pisah Daniel!!!” teriakku mengumbar segala yang yang menyesaki dada. Aku kembali mendongak sambil menitikkan air mata yang tak nampak karena dengan cepat terhapus oleh rintik hujan. “Niel… Aku tak mau pergi,” gumamku. Percuma memang aku berucap demikian. Toh, dia takkan mendengarnya.
“Tapi kau tetap harus pergi. Kalau kau tak pergi, aku akan membencimu!”

Kata-katanya kembali terngiang. Begitu nyata dan menusuk. Seolah Dia masih ada di sini. Lama dia bergulat dengan pikirannya sendiri seraya terus saja me-review setiap kata yang meluncur tulus namun dingin dari Daniel. Akhirnya hingga pada satu titik dia mulai mengerti.
“Kau bukan awan gelap Niel. Kau adalah matahari. Meski hujan turun namun jika tak ada matahari yang bersinar terik di atas sana, pelangi takkan muncul. Ketahuilah itu.” Seulas senyum meski getir terukir di bibirku. Aku memejamkan mata. Merasai tiap tetes hujan yang mengenaiku. Tak sakit… Sekarang setelah aku memahami apa yang dia inginkan. Aku tak lagi merasakan sakit.

‘Sampai nanti ketika hujan tak lagi meneteskan duka, menetas luka.
Sampai hujan memulihkan luka…
Aku…
Selalu suka sehabis hujan di bulan Desember.’

“Selamat tinggal,” gumam Daniel yang mengintip dari jendela ruang tamu. Menatap gadisnya yang di luar sana tepat di depan rumah mungilnya terlihat menyeret koper besar. Gadis itu berhenti melangkah ketika dia sampai di ambang pintu Taxi yang akan mengantarnya ke Bandara. Daniel yang merasakan bahwa gadisnya akan menatap ke rumahnya menutup tabir cepat. Dia takut bertemu pandang. Dia takut jika melihat mata Putry, maka dia akan berlari ke sana dan menghalangi kepergiannya.

“Daniel…,” gumam Putry ketika matanya menatap ke arah rumah tetangga sejak kecil, orang yang selalu melindunginya layaknya seorang Kakak dan perlahan berubah menjadi kekasihnya. Kakinya melangkah perlahan. Menyeberang bermaksud menyambangi rumah yang tertutup itu. Sepucuk surat dia ambil dari dalam tas kecil yang menggantung di bahunya.

Tepat di depan pintu yang pastinya terkunci rapat itu, dia tak ingin mengetuk. Meski sangat ingin dirinya bertemu dan memeluk lelakinya untuk yang terakhir sebelum dia pergi tapi dia tahu dia tak boleh bertemu. Dia takut kakinya terpaku tak mampu meninggalkan tempat ini.
Setelah hembusan nafas berat dan air mata itu dia usap kasar. Dia membungkuk. Berjongkok. Menyelipkan amplop berisi isi hatinya untuk Daniel dari sela-sela daun pintu. Medorong amplop itu kuat-kuat hingga berhasil masuk ke dalam sana. Seraya berdoa dalam hati agar lelakinya mau membaca isi surat itu. “Kuharap kau mau menungguku, Niel.” Putry berbisik. Selanjutnya dia melangkah pergi dengan langkah terseret tak rela.

“Teruntuk Daniel bodoh…

Meski kau ucapkan selamat tinggal padaku, namun bagiku tak ada kata selamat tinggal bagi kisah kita. Yakinlah, tak hanya sampai di sini pertemuan kita. Kelak kita akan bertemu lagi di bawah rintik hujan bulan Desember. Tidak dengan isak tangis sedih, namun pertemuan dengan isak tangis bahagia.

Niel, kau bukanlah seperti yang ada di pikiranmu. Kau bukan awan mendung yang menutupi keindahanku tapi kau adalah matahari yang bersinar cerah. Komponen penting selain hujan yang membuat munculnya pelangi yang indah. Ingatlah selalu! Kau Matahariku.

Sampai jumpa… Tunggu kedatanganku…

Putry~

Sehabis membaca secarik kertas hasil goresan pena Putry. Sisi rapuhnya muncul tanpa bisa ditahan. Di balik Pintu kokoh ini dia menangis tersedu-sedu. Kakinya melemas hingga duduk tersungkur di lantai rumahnya.
“Entah kapan kau akan datang, aku akan menunggumu, Putry. Sampai jumpa,” ucapnya disertai dengan isakan pilu. Kertas yang digenggamnya sudah tak berbentuk lagi. Kusut dan basah seolah kertas itu adalah visualisasi hatinya yang remuk dan sedih oleh kepergian kekasihnya…



Kamis, 17 Desember 2015

on Leave a Comment

RASA CINTA DI BULAN DESEMBER(love at first sight)”



https://cahkenongo.blogspot.com
love at first sight
Banyak hal yang terjadi di bulan desember tahun ini, “ kisah  dari pergantian musim, hari natal(merry crismas) dan di penghujung tahun ada malam tahun baru(happy new years),.. banyak kenangan kenangan yang terjadi salah satunya adalah perasaanku “RASA CINTA DI BULAN DESEMBER(love at first sight)” . Aku rasa semua orang mempunyai perasaan seperti yang aku tuliskan ini, yaa mungkin tulisan ini bias mewakili untuk perasaan perasaan mereka..



Rintik butir air hujan berjatuhan di tengah malam desember yang sunyi ini, suasana sepi yang menyergap hilang seketika dikala butiran air itu mulai melebur dengan tanah. Hanya tinggal sepasang mata yang masih menangkap dibalik tumpukan embun. Butiran air yang jatuh membawa sepotong demi sepotong kisah masa lalu kembali menarik untuk diperdebatkan dalam kepala ini. Masa depan berlalu seperti kilatan petir yang turun ke bumi, begitu cepat hingga bergabung dengan masa lalu yang lain.

Membayangkan 2 tahun silam hanya selama 2-3 kali kedipan mata. Setiap inchi bagian otak ini dapat merekam dengan baik selembar demi selembar kisah yang aku torehkan pada waktu itu. Wanginya bunga kenanga didepanku pagi itu tak tercium, seakan-akan terkalahkan dengan paras cantik seorang pegawai baru didepan toko kami. Rambutnya panjang terurai diterbangkan angin, angin pagi yang sepertinya juga takjub dengan kecantikan wanita itu. Untuk saat ini saya hanya bisa melihat siluetnya di celah2 beragam bunga di etalase toko ini, oya saya lupa memperkenalkan diri nama saya adalah benno.

Seorang penjaga di toko bunga yang sudah turun temurun dimiliki oleh keluarga saya. Toko ini berada di kawasan kompleks pertokoan yang cukup ramai. Dan ditempat inilah, dibalik sehelai daun kenanga, sepasang mata yang tak pernah berkedip mengamati kecantikan wanita itu. Sudah seminggu belakangan ini saya hanya bisa mengamati dia dari kejauhan. Tidak ada keberanian sama sekali bahkan hanya untuk menyapanya. Jangankan menyapa, bertatap muka pun kami belum pernah. Namun pada minggu ke-2 sejak pertama kali saya melihatnya, sepertinya alam semesta ini menginginkan kita bertemu.

Wangi bunga kenanga inilah yang merasuki indra penciumanya sehingga ia tertarik untuk menuju ke toko kami.

"Permisi mas" sapa lembut sang wanita pegawai baru di toko sebelah itu. "Iya ada yang bisa saya bantu?" Jawabku yang tengah merapikan bunga2, saya belum mengetahui bahwa itu adalah suara wanita yang 2 minggu belakangan ini selalu menggangu pikiranku. Dan ketika saya menoleh, saya ternganga. Dia 3x lipat terlihat lebih cantik ketika berada sedekat ini. Seketika itupun waktu seperti membeku, seakan-akan tuhan mengijinkan saya untuk berlama-lama menatap keindahan wajahnya dari jarak yang sedekat ini. "Mas?" Suara lembutnya meruntuhkan lamunanku, "o..oh, I....iyaa mba?" Suaraku parau terbata-bata. Dia ingin memesan seikat bunga mawar yang sudah dirangkai. suaranya begitu lembut, merayap masuk ke dalam otak.

Terekam dengan begitu baik. Sampai saat ini setelah 10 tahun berlalu, semua itu masih sangat jelas. Rintikan-rintikan hujan semakin banyak, semakin deras mengguyur tanah yang kering karena seharian penuh diterpa terik matahari. Masih matahari yang sama dengan yang 10tahun lalu. matahari pada siang waktu itu seperti ada di setiap sudut-sudut langit, membakar semua yang ditatapnya. panasnya dengan mudah mampu membakar air menjadi uap air. Benno pun merasa sangat gerah pada hari itu, kerongkonganya pun dirasa begitu kering, haus menjalar di sekujur tenggorokanya. Dan pandangan matanya langsung menuju ke coffe shop yang baru berdiri sekitar 3minggu itu di depan tokonya. Coffe shop yang didalamnya bekerja seorang pegawai wanita yang selalu bisa membuat hatinya berdebar-debar. "Ini seharusnya kesempatan untuk ketemu, tp bakal grogi gak ya ntar? Iya, enggak, iya, enggak. Hiss dilema" verno berdebat dengan sisi keraguanya, dan setelah memantapkan diri akhirnya dia nekat untuk kesana. Kali ini si wanita penjaga mengikat rambutnya dengan model ikat jepang, dengan kemeja putih dan rok hitam diatas lutut. Verno tersenyum dari kejauhan. Benno pun langsung menuju ke meja yang kosong, dan wanita itu pun langsung menghampirinya. "Tumben kesini mas, mau pesen apa?"

"Iya ni, lg haus. Capuchino ice satu ya mba" " itu aja mas?" "iya mba anne" matanya sambil melirik papan nama yang menempel di bajunya. Si pelayan itu pun tersenyum dan menjulurkan tanganya. "Nama saya bukan anne, tapi zeetha." Benno pun menyambut tanganya dengan senyum malu. "Saya Benno" dan dia berjanji, saya akan lebih sering ke coffe shop ini. Capuchino ice siang itu berhasil mendinginkan kerongkongan yang kering karena cuaca panas, begitu pun zeetha yang berhasil mendinginkan hati Benno yang panas karena cinta. Semenjak pertemuan mereka pada siang itu, tidak ada lagi tembok keragu-raguan yang menghalangi verno. Dia pun lebih berani menyapanya ketika berpapasan, mampir ke coffe shop nya dikala senggang, dan tertawa lepas di setiap obrolan mereka. Sampai akhirnya mereka berdua berencana untuk pergi berkencan, Malam minggu pertama dengan zeetha, langit malam sangat cerah pada malam itu, gugusan rasi bintang berkelana bebas di atas bumi ini. Sebebas hati ini yang sudah lama tak tersentuh oleh cinta, tergeletak di dalam dada sendiri sangat lama. Tapi berbeda sekarang, semua itu karena zeetha. Dia begitu cantik malam ini, rambut ikat jepangnya kembali menarik untuk dinikmati. Kami duduk di pinggir jalan sambil menikmati jalanan yang senggang malam itu. "tha, sapa Benno memecah keheningan." "Iya Ben?" "Percaya nggak sama yang namanya cinta pandangan pertama?" "Uhuuuk" zeetha pun kaget dgn pertanyaan Benno. "kalo makan doa dulu makanya, jadi batuk kan.

" "Hehee, iya maaf Ben" "Jadi? Percaya ga tha?" "Cinta pandangan pertama ya? Menurutku itu sama aja kayak kamu nemuin segelas air di padang pasir Ben” “maksudnya tha?” “jadi gini, kalo kita nemuin segelas air di padang pasir pastinya kita pengen langsung minum air itu. Padahal kita gak tau air itu bersih atau mengandung racun yang sengaja dipasang disitu untuk jebakan. Begitu halnya dengan cinta pandangan pertama, kita gatau orang itu cocok untuk kita atau malah sebaliknya bertepuk sebelah tangan. Kita harus mengambil resiko untuk memilih, Tetap meminum segelas air itu sambil berharap bahwa air itu tidak mengandung racun, atau mati terkapar karena ternyata air itu beracun. Paham Ben?” “paham tha jadi intinya aku harus ngambil resiko ya?” “aku? Jadi kamu yang lagi love at first sight?” “eh maksudku, itu, anu, apa, pokoknya gitu lah. Cuman mengibaratkan.” Benno terlihat sangat gagap dan mukanya memerah. dan tiba2 Benno langsung meraih tangan zeetha, menggenggamnya begitu erat dan ia tempelkan didadanya. Tepat dibaliknya jantung yang berdegup tidak karuan karena keadaan ini. Sebuah keadaan yang kelak akan merubah dunia mereka, menjadi dunia yang sedikit rumit, rumit yang diakibatkan oleh perasaan yang berkecamuk didalam hati mereka, RASA CINTA. Zeetha, maukah kamu jadi pacarku? Benno mengatakannya begitu lirih, sungguh dengan perasaan. Seakan-akan bukan mulutnya yang mengucapkanya tadi, melainkan sisi didalam hatinya yang mengutarakanya. Mata zeetha berkaca-kaca, dia lah lelaki pertama yang begitu berani mengutarakan ini begitu cepat. Tanpa ingin mengetahui latar belakang dirinya. Tetapi bukan karena ini zeetha menangis, melainkan karena cara Benno dalam mengucapkan kata2 tadi. Belum ada seorang laki2 di dunia ini yang bisa membuatnya menangis hanya dengan mendengar suaranya. Beno lah orangnya, yang mampu membuat zeetha menangis hanya dengan ucapanya. Zeetha pun bingung, kenapa ia bisa menangis hanya dengan mendengar ucapan Benno. Yang jelas dia merasakan ketulusan Benno, sungguh ucapan yang berasal dari lubuk hatinya, zeetha tak dapat lagi berbicara. Dia kemudian memeluk Benno, menjatuhkan tiap tetes air matanya dalam pelukan pria yang akan menjadi pasangan hidupnya mulai malam ini, malam dimana mereka saling mengetahui perasaan satu sama lain, malam dimana bintang-bintang menjadi lebih terang karena ucapan Benno, malam dimana sebuah ucapan yang benar-benar tulus mampu menumpahkan air mata kebahagian, secuil malam yang penuh makna bulan desember. Bulan desember beberpa tahun yang lalu, yang selalu akan teringat ketika desember-desember lain datang meski pada tahun yang sama. Menempel menjadi kenangan.

bulan akhir tahun yang penuh kenangan..... <-_->...

Gendhis savindra. Diberdayakan oleh Blogger.