Banjir di kecamatan soko, tuban |
Desa Leluhurku “ Banjir ” Desa Kenongosari Kecamatan Soko, kabupaten Tuban adalah asal leluhurku dari mama.Sedangkan Desa ndengok, Paciran ,Lamongan adalah asal leluhurku dari papa, dan kini kami tinggal di Kabupaten bojonegoro,. Haaa .. klo dingat ingat perjalanan kehidupanku mirip seperti dalam epos rakyat jawa yang di kenal dengan cerita “Srihuning Mustiko Tuban”. Tapi sekarang aku bukan akan menulis sebuah cerita tentang legenda daerahku itu tapi ini soal keadaan cuaca untuk saat ini.
Secara keseluruhan Cuaca di
Bumi Nusantara ini sedang dalam keadaan curah hujan yang sangat tinggi,sebagian
derah terendam banjir, tak terkecuali daerah leluhurku kecamatan soko ,desa
kenongosari setiap tahun pasti yang namanya mbah banjir selalu singgah untuk
bertamu hahaha..
Banjir adalah sebuah rahmat dari TUHAN, tapi terkadang hujan juga bisa menjadi
bencana, entah itu dari gagal panen hingga yang sampai yang mengerikan yaitu
kehilangan nyawa dari musibah banjir. Sekarang sebagaian pulau jawa sudah
memasuki musim penghujan, dan tak terkira curah hujan sangat tinggi,ini
menyebabkan dibantaran bengawan solo atau dikuntur tanah yang lebih rendah jadi
terendam air banjir. Akibatnya jalur jalan yang menghubungkan Desa pandan wangi
dan Ds sundulan tergenang air setinggi betis.
Ok itu sedikit info di kecamatan
soko. Sekarang kalian simak ceritaku
yang pasti masih ada hubungannya dengan hujan and banjir…
Kesetiaan Berakhir Di Titik Air Hujan |
Entah kenapa saat hujan
tiba,ibu setengah abad itu akan berdiri di jendela rumahnya, Dia selalu asik
berlama lama menatap rintik hujan turun yang membasahi setiap jengkal tanah.ia
akan mencium bau tanah yang menyengat di basahi air hujan. Perempuan itu akan
berdiri di jendela hingga hujan reda, itu acap kali di lakukan dan sering kali
aku melihat, pas aku baru pindah dulu sampai sekarang masih sering aku melihat
dia berdiri di jendela saat hujan tiba.Dengan mimic wajah muram, sesekali aku
melihat mulutnya berkomat kamit seperti mengeja sesuatu,sesekali juga ku lihat
ia tersenyum,seakan terlintas dalam pikirannya sesuatu yang menyenangkan dan
perasaan bahagia.
Sore itu hujan sangat deras. Aku baru pulang dari kuliah dengan badan basah
kuyup karena aku naik motor. Rasa dingin menyelimuti badan.Sudah kebiasaan
setiap waktu hujan kala sore tiba, aku pulang dalam hujan, Sengaja berbasah
basahan menikmati rintik hujan. Ini memang sudah menjadi kegemaranku mandi air
hujan. Maka dari itu orang tuaku member nama RAINA. Sering mama memarahi tapi
aku g tahu setiap pulang di waktu hujan,
pasti aku tak melewatkannya. Dalam fikiranku disetiap titik air hujan yang
menyentuh kulitku seakan rasa bahagia dan hilang semua rasa penat di
kepala.Dalam fikiranku sampai di rumah sudah pasti mandi pakai air hangat dan
bersih, nasehat mama seperti terabaikan. Haaaa …. #dasar_anak_bandel#
Kembali kecerita sore itu hari rabu,tepatnya sore menjelang maghrib. Dilangit
mendung menggantung gelap, aku pulang kuliah dengan badan lelaah bukan
kepalang. Seluruh urat sarafku tegang, hingga rasa mood pun hilang. Mata lelah
dan sayu menatap layar computer. Selepas sembahyang maghrib aku lebih memilih
berdiam di rumah. Cuaca memang lagi sedang buruk , suara menggelegar petir
bersahut sahutan seperti pantun malaikat
penjabut nyawa, Sewaktu kecil dulu EYANGku pernah bercerita, dikala suara petir
itu datang tandanya langit lagi murka, Tuhan sedang mengejar iblis yang
terkutuk, dan jika suara petir itu besar pertanda iblis yang dikejar kena
sasaran.Entah benar atau hanya untuk cerita pengantar tidur dari Eyangku untuk menakut
nakutiku saja. Tapi yang pasti ketika suara petir itu besar aku lebih memilih
duduk di ruangan tengah dengan mbak siti pembantu di rumahku karena mama sedang
pergi.
Malam itu hujan benar benar
sangat deras, air tercurah dari langit seakan tak ada habisnya diselingi kilat dan petir dari senjata dewa INDRA jika
dalam dunia pewayangan, ngeri!!!.... bener bener suasana sepi and sunyi. Suara
air hujan yang jatuh menghentak hentak atap membuatku penasaran,aku sengaja
mengintip lewat jendela.Benar adanya memang setiap hujan tiba Ibu ini yang
menjadi tetangga rumahku itu akan selalu berdiri di samping jendela menatap
bayang hitam rintik hujan.Apa ia orang yang mencintai hujan?Tidak. Kalaupun
benar, ia akan berlari dan berbasah
basah dalam hujan. Hujan di luar masih saja lebat sekali.Angin kencang mulai membuat suasana semakin
menakutkan.Tepat jam Sembilan aku mulai mengantukk efek lelah seharian otak dip
eras saat di fakultas dan kantor,bergegas aku pergi masuk kamar, hujan tak akan
segera reda kayaknya..sesekali petir masih menyambar nyambar….aacchh entahlah!! Semoga semua akan baik baik saja.
Seperti biasa pagi pagi banget
aku sudah bangun untuk menunaikan kewajiban sholat subuh, mandi dengan air
hangat hehhhmmm sangat segar, yaaa biarpun agak segan segan karna dinginnya
sampai menusuk tulang. Namun tiba tiba mbak siti lari buru buru ngetuk ngetuk
pintu kamarku.
” Tuk..tukk..tuukkk,
Non.teriak mbak siti.
“Iyaaa..mbak, ada apa aku lagi
mandi”. Jawabku
“cepet non, di luar banyak
orang
“banyak orang? Emang ada
apa,mbak?”.jawabku
“gak tau non, …non liat
sendiri, kayaknya ada pak Rt dan Polisi juga kok.
“Iyaa.. nanti aku mandi dulu!!”
sambil malas.ada apa,yaa? Pohon tumbang mungkin karena hujan campur angin
semalam,pikirku.Sayup sayup aku dengar banyak suara orang berkumpul di jalan
depan samping rumahku.Aku membuka jendela ruangan tamu, deg! Di luar oran orang
sedang menatap sesuatu hal yang di kerumuni orang ramai.Aku melihat pak Rt
sedang berbicara dengan telepon genggamnya dan aku juga melihat seorang polisi
sedang berbicara menggunakan handy talky.
Aku keluar dengan mimic penasaran,mengira ngira ada apa?dan apa yang terjadi?
ada kejadian apa?.Dengan masih memakai kain mukena, aku melangkah dengan wajah
penasaran.Rasa ingin tahu akan apa yang terjadi ,orang orang saling berbicara
satu sama lain.Mereka bertanya dengan harapan mendapat jawaban yang meyakinkan.
Aku kaget hamper tak percaya menatap sesosok mayat yang taka sing bagiku.
Biarpun wajahnya sudah gosong seperti terbakar. Bukankah itu ibu tetanggaku yang
setiap hujan tiba akan berdiri di jendela rumahnya menatap keluar rumah?
Orang orang saling menatap
.Ada yang diam seolah tak percaya pada apa yang terjadi. Wajahku pucat pasi
menyaksikan sesosok mayat ibu itu.wajahnya seperti tersenyum.Beberapa polisi sibuk
menyiapkan kantong jenajah.kuberanikan diri untuk bertanya pada seorang
penduduk.Ibu ini tersambar petir semalam. Itu jawaban yang kudapat. suami ibu
ini tak ada yang tahu rimbanya. Sepuluh tahun sudah meninggalkannya.ibu ini
hidup sendiri menjadi seorang janda.Mereka tidak mempunyai anak sama
sekali.kabar yang aku dengar dari desas desus orang orang kampong, Ibu ini kerap berdiri
di jendela rumahnya kala hujan tiba. Dia menunggu suaminya pulang dari rantau.Ketika pertama kali suaminya berangkat merantau,suasana memang
hujan deras.Suaminya berjanji akan pulang
saat hujan deras tiba,seperti juga saat dia pergi meninggalkannya.
Seperti kebanyakan perempuan
lain,ibu ini selalu percaya pada lelaki
yang telah menikahinya. Sekarang, tak ada seorang pun yang tahu dimana rimbanya
sang suami.Ada yang menyebut kabar buruk,suaminya telah masuk penjara dengan
kasus perampokan anak seorang pejabat di ibukota.
Kesimpulan Apa pun kata orang,ibu ini selalu menanti sang suami pulang,saat hujan deras,sampai petirkemudian menjemput ajalnya, mungkin inilah yang dinamakan cinta sejati, cinta yang di tunjukan seorang istri kepada suaminya.
Setiap orang bisa menunjukan dengan berbagai cara, untuk menunjukan rasa setia dan cintanya pada seseorang yang dia sayangi, mungkin ada sebagaian orang mengataka apa yang di lakukan oleh si ibu itu suatu perbuatan yang konyol, tapi setiap orang bebas mendefinisikan rasa cinta dan setiannya masing masing.
KLO ADA MASUKAN SILAHKAN TINGGALKAN PESAN DI KOLOM COMENT.
Penulis :
Rachmawaty Savindra Putry