Tampilkan postingan dengan label CERITA NYATA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CERITA NYATA. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 Februari 2015

on 2 comments

Malam Terakhir Ayah Dalam Pandanganku

http://www.cahkenongo.blogspot.com
Malam terakhir ayah dalam pandanganku adalah cerita konflik , karena dala hidup ini pasti di barengi dengan sifat  Iri ,dengki ,ambisi ,itu sudah menjadi NAS manusia ,sejak manusia terlahir di dunia ini ,konflik sepertinya sudah lazim  antar keluarga anak sama orang tua ,tetangga sama tetangga ,antar kampung ,bahkan kita tentu tak akan bisa lupa agresi militer belanda dan jepang dan itu tercatat dalam sejarah nasional.

Konflik adalah masalah klasik  banyak hal yang bisa memimbulkan suatu peristiwa ini.apalagi masa dewasa ini,di sini  indonesia  sudah banyak peristiwa konflik sampai membawa nyawa melayang contoh  mesuji , konflik ambon ,sampit di kalimantan,institusi TNI vs POLRI dan sekarang lagi panas panasnya POLRI vs KPK

Krisis kepercayaan dan saling curiga seperti api memanaskan air di atas tungku rasa sensi yang overdosis dan banyak muatan politik kepentingan sudah seperti lada di campur cabe ,tuuu kan mbahas eaa sudah kemana mana ..udah capek bacanya yaa..padahal belum sampai pada nti ceritanya loooch ...mbosenin yaaa.. ya udah g usah di baca aj ceritanya ...Tuuuu kan  katanya mbosenin tapi masih di baca juga ..

yaa udah aku anjutin niich tulisan .. di bilangin mbosenin g percayaa..ok come  mulai ceritanya...takutnya bosen trus yang baca pada nangiss... capek baca ..hahahhaa..REAAADDDYYYY...

Takbir Bergema. batang–batang pohon dan dedaunan menari-nari riang dilangit yang masih terlihat gelap pekat. ramadan benar benar usai. Riuh suara takbir bergema di sekitar surau dan madrasah. Tempat para anak kecil melangkah gontai, riang mambawa mushaf Al Qur’an.

Beberapa anak berlari-lari riang di jalan setapak, telanjang kaki. bermain kejar-kejaran dibawah sinar gemintang. Sambil menyalakan batang kembang api. Mereka menari-nari bak ilalang musim semi. Maklum suasana lebaran masin terasa. Masih berlalu enam hari yang lalu. Besok adalah lebaran tujuh hari. Lebaran yang tak mungkin aku lupa kan sampai kapanpun. Bahkan mungkin untuk selamanya.

Lebaran tujuh hari kita kemana yach ?’’ tanya ku menggema. Sambil menatap mata teduh ayah. Ayah memandangku lekat, ia tak mengatakan apa-apa. Mulutnya diam rapat. ’’kan sayang ! kalo Cuma dirumah, satu tahun Cuma adanya satu kali’’ tanya ku mencoba menjangkau alam fikiran bawah sadar ayah.

Ayah yang termangu duduk disampingku, usahaku berhasil. Ia kini balik menatapku dengan tatapan yang belum pernah aku temukan pijar disana. Menatap dengan sendu yang belum pernah aku cari dimana cahaya itu bersumber. Aku mencoba menjangkau, aku tahu mata itu tengah memikul sebuah bara. Aku lihat jelas disana, sungguh ada ! ’’Rembulan bersembunyi dimata ayah’’....

Liburan ?” tanya ayah sambil menatapku. Aku hanya termangu mendengar pertanyaan yang tadi kulontarkan pada ayah. ’’kau sudah tahu Rul, !’’ ayah menyiratkan pernyataan yang tak aku mengerti. ’’maksud ayah ?’’ aku memutar kembali otakku mencari tahu apa yang tadi ayah maksudkan. ’’keluarga kita !’’ ayah menatapku. Lamat. Aku merasakan tatapan itu menyudut. Rembulan dimata ayah mengering. Diam, hal yang hanya dapat aku lakukan saat aku tak tahu apa yang ada dalam pikran ayah saat ini.
           
Ini yang membuatku makin lemah, saat dimana ayah menyinggung masalah keluarga yang selalu menjadi beban bagi ayah. Masalah yang sudah terjadi jauh sebelum aku lahir. ’’sudah bunuh saja dia, tak punya etika. Apa mau kamu?’’ Ucap paman sambil menyulutkan sebuah parang yang mengkilap. Seperti mata kuda. ’’jadi apa maukamu, ujar kerabat yang lain, aku disini punya wewenang bebas, tahu apa kamu soal kampung ini.

Kamu itu hanya anak kemarin sore, kencing saja masih dicelana.’’ Ujar kerabat ynag lain, ia mbah saudara ayah. ’’maksudnya bukan begitu, ini sudah jadi wewenangku sebagai kepala desa, kamu jangan ikut campur’’ ucap paman makin beringas. ’’tak peduli, aku yang akan mengurus aliran listrik didesa ini’’ yang lain berontak. ’’pyaasss...!!!’’ sebuah pukulan mendarat dikening paman, ia terjatuh, luka menyabit dikeningnya, darah terlihat segar. ’’kau berani?’’ sambil mempertahankan keseimbangannya. Ia memgmbil kembali parang yang tadi terjatuh.

Dan menggibaskannya keangkasa. Batang belukar terpotong, tercabik. Suasana tampak gaduh, sorot mata beberapa orang merah membara. Sebelum kemudian ayah yang melerai. Mata bening ayah meredah kemarahan mereka. Saat ayah masih muda. ’’tak sayang kah kalian pada anak anak kalian?’’ bibir yah terkatup katup. Setidaknya itulah yang sering ayah ceritakan padaku, berulang kali, masalah yang panjang hingga berbuntut pada perpecahan keluarga.

Pernah satu kali ayah mau dibunuh karena ikut campur, bukan lagi masalah aliran listrik. Tanah warisan yang menjadi rebutan, kalau tak juga mengalah, pastilah nyawa sudah terpotong. sampai saat ini. aku tak mengerti banyak, namun inilah yang terjadi. Munkin keluarga kami akan pernah jika saja saudara-saudara ayah tak mengalah. entahlah, sampai kapan? bara itu kan berhenti menyulutkan api....

lebih baik kamu dirumah rul, ayah tahu ! tapi cobalah kamu ingat, kalau bukan kita yang terus menyambung silaturrahmi pada paman marijan dan keluarganya, ayah takut akan timbul masalah yang dari duku belun juga mereda.’’Arul, mengerti yah’’ ucapku menggema. ’’ia menatap wajah ayah lekat. Malam masih belum larut.
   
Rul, bawa ini untuk paman mu. Sampaikan salah ibu pada mereka’’ ucap ibu saat tangannya memberikan bingkisan berupa kue lebaran untuk diantarkan pada kerabat. Sembari memanaskan sepeda motor, ku lihat ayah yang tengah sibuk menyiapkan adonan bakso yang pagi ini akan ia jual. ’’Ayah tak ikutkerumah paman ?’’ ucapku singkat. Sambil menatap ayah yang tampak sibuk. ’’ini kan lebaran?’’ imbuhku lagi. Ayah kemudian menatapku.

Sudah, salam kan saja pada paman mu tadi aku sudah ketemu mereka saat acara selametan di mesjid, terutama paman marijan salam dari ayah, kalau lebaran ini para pembeli makin bayak, maklum masih ada sisa ketupat kemarin. Oh iya ayah juga tak bisa hadir dislametan rumah haji Ahmad. Kamu saja yang sempatkan hadir kesana. Ucap ayah sambil meneruskan pekerjaannya. Kustater sepeda motor. Segera berangkat ke rumah paman. Saat ayah masih sibuk menyelesaikan pekerjaannya.
                 
Ku berhentiakn laju sepeda motor tepat di depan rumah muji, sahabatku. Muji adalah anak dari paman Marijan. aku berteman dengannya semenjak aku kecil. Terlebih disaat aku tahu hubungan yang tak baik antara orang tuaku dengan paman marijan. Aku mencoba menjalin hubungan yang baik dengan Muji. karena ia sudah aku anggap dengan saudaraku sendiri.

Aku memberikan bingkisan yang baru saja ibu titipkan padaku. ’’oh iya paman Marijan mana ?’’ tanya ku pada Muji. ’’och.. tadi ayah baru saja berangkat keacara slametan. memang kenapa ?’’tanyanya kemudian. ’’tak ada apa-apa, ayah baru saja nitip salam’’ ucapku singkat.
                    
Matahari bergerak lambat, kepusar langit. Panas makin menjadi, entah kenapa perasaan ku tak enak. seperti ada sesuatu yang menyiratkan padaku akan terjadi sesuatu yang aku tak tahu pasti. Kualihkan pandangan ku keluar.. kulihat paman Marijan telah datang. Aku menghampirinya cepat. segara ku cium tangannya seraya menyampaikan salam yang sempat ayah sampaikan sebelum kau berangkat. Nampak wajah paman saat itu lesu, tatapannya tak seperti biasanya. tanpa mengatakan sesutu padaku ia masuk kedalam rumah.

Ya alloh ini kah perasaan tak enak yang baru saja menyerang tubuhku.’’ ucapku dalam hati. kutatap wajah sahabatku Muji tak menyiratkan sebuah reaksi. Ia memberi isyarat kepadaku agar maklum, mungkin itu yang ia maksudkan. ’’Halo ! bagaimana? sudah kau siapkan semuanya. Suara paman Marijan serak terdengar dari dalam rumah. Menelpon seseorang ’’pokoknya saat ini kita akhiri saja semuanya, aku sudah muak. Kau tahu, kades sialan itu telah

Mempermalukan aku depan orang banyak, tadi aku disrempetnya dengan mobil yang ia bawa, aku ingin menuntut balas, kalian laksanakan saja tugas kalian masing masing. Aku yang akan menanggung semuanya.’’ Suara itu menggema, paman Marijan pun mengakhiri percakapan nya dalam telephone tersebut. Ia segera keluar dengan membawa sebuah parang. Aku melihatnya dengan gelagat yang tak beres. Mata yang saat itu ia siratkan ada kebencian. Aku tahu sesuatu akan segera terjadi, entah apa aku tak tahu. Segera pula ku beranjak menstater motor dan meninggalkan rumah paman.
           
Aku berlari masuk kedalam rumah, mencari sesosok itu dalam setiap sudut. ’’kemana ayah ?’’ tanya ku pada ibu setelah aku tatap ayah tak besama gerobak bakso jualannya. ’’Kemana dia ?’’ tanya ku dalam hati lagi. Yang ku dapatkan hanya bayangan ibu. ’’ayahmu rul tadi ia pergi ! ibu sudah melarangnya untuk pergi tap ia tetap memaksa, ia membawa parangnya.’’

Ucap ibu dengan suara isak nya ynag mengiris hati. ’’Deeeggg !!’’ jantungku seakan berhenti berdetak, ’’apa yang akan terjadi?’’ pikiran ku melayang jauh. Tatapan ku kosong, perasaanku tak enak. Ayah pergi. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan paman? Batinku bergejolak ’’tadi pak kades telpon ayah mu katanya dia dalam masalah. Mobilnya mogok ditengah jalan seberang jembatan desa’’ ucap ibu, nafasnya tertahan. nafasku juga terisak. tiba-tiba aku teringat akan tatapan ayah saat aku berangkat. ya Allloh, apa yang kan terjadi ...

Segera ku ambil air whudu, bergegas sholat dua rokaat, perasaan ku gusar, aku merindukan sebuah ketenangan, satu-satunya yang ada dibenakku adalah bayangan ayah saat ia menatapku malam itu. ’’kau harus jaga saudara-saudara mu Rul, kalian harus rukun, kalo sudah balik pondok jangan macem-macem sekolah yang benar, berbakti pada guru, dan jagan suka boros, kasihan ibumu, kasihan ja sendirian...’’ Ia sempat berucap malam itu. Sambil air mata nya menetes.aku tak tahu harus bagaiana...
           
Suara lolongan penduduk bergemuruh, seperti hantu yang turun siang bolong dari lagit. Ada pertengkaran besar. Semua nampak sibuk berlari, menuju termpat kerusuhan, ku langkahkan kaki cepat ketempat kejadian, yang ada dibenak ku hanya ayah.. ayah, moga tak terjadi apa-apa dengan mu !.... 
harap ku dalam hati ...
         
Hari itu aku merasakan sunyi dalam keramaian. Ayah terbaring kaku. Aku tak yakin itu benar benar ayah ku, darah mengalir tak henti. Aku menatapnya dengan hati pilu, tatapan matanya beku, sinar yang biasa tersirat dalam kelopak mata nya kini tlah menghilang, ia telah tiada.

Dadaku sesak aku masih tak percaya. Malam itu adalah malam terakhir diamana kau menemukan rembulan bertengger dimatanya.

Konflik “berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.

Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap 
masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Minggu, 29 Desember 2013

on 1 comment

KISAH SEDIH DI HARI MINGGU


Ini kisah nyata dari negara  yang kataea subur makmur gemah ripah lohjinawi,jamrut katulistiwa atau apalah,
sedih pilu, aku menangis tak terasa air mataku menetes,teryata nasih teramat banyak orang miskin bahkan teramat miskin,hanya untuk membeli kain kafan untuk anakea aj tidak mampu.,.,
dan para bejabat hanya mementingkan perut ea sendiri,,.
semoga bapak supriyono dan keluarga d beri ketabahan,,
Seandainya tidak ada hari Minggu, mungkin cerita Supriyono (38) tidak pernah menjadi Headline sebuah koran ibukota. Seandainya, biaya rumah sakit bisa gratis seperti yang dikatakan seorang SBY, cerita Supriyono dan anak bungsunya, Khairunnisa (3), tidak akan pernah terjadi.
Ah, seandainya biaya pemakaman dan harga kain kafan, semurah kita membeli kerupuk, tidak akan ada Khairunnisa-Khairunnisa lainnya disini. Seandainya, dan seandainya Supriyono tahu ini hanyalah mimpi tidur semalam, ia masih bisa mengajak Khairunnisa dan kakaknya, Muriski Saleh (6), jalan-jalan ke sebuah taman.
Minggu pagi (5/6) memang bukan hari yang indah bagi Supriyono. Setelah lelah mencari sampah seharian, di bawah kolong rel kereta api Cikini, Supriyono terbangun. Ada yang beda di pagi itu, Khairunnisa terlihat nyaman tidur di dalam gerobaknya. Namun, wajahnya yang memutih membuat Supriyono curiga. Ia pun berusaha membangunkan anak bungsunya itu.
Melihat anaknya terbujur kaku. Pikiran, Supriyono melayang, beberapa waktu lalu ia tak jadi membawa Khairunnisa ke rumah sakit. Padahal, saat itu Khairunnisa demam tinggi. Karena uang yang tersisa di kantong cuma Rp 5 ribu, Supriyono cuma berdoa agar anaknya sembuh sendiri. “Saya cuma sekali bawa Khairunnisa ke puskemas, Saya tak punya uang untuk berobat lagi. Saya memilung karud, gelas dan botol plastik. Penghasilan saya hanya Rp 10 ribu sehari. Saat itu uang saya tinggal Rp 5 ribu. Jika saya berobat, anak saya satu lagi mungkin tidak akan makan,” pikir Supriyono.
Belum selesai pikirannya melayang. Supriyono kembali menangis. Duit di saku cuma Rp 6 ribu. Tak mungkin untu membeli kain kafan, menyewa ambulans dan biaya pemakaman. Sementara itu
Khaerunisa masih terbaring di gerobak.
Namun, kali ini ia tak mau mengecewakan anak gadisnya itu. “Bapak akan buat pemakaman seperti orang lainnya buatmu nak,” ucap Supriyono dalam hati.
Ia pun langsung mengajak Muriski berjalan membawa gerobok berisi jenazah Khairunnisa ke Stasiun Tebet. Naik kereta api, Supriyono berniat menguburkan Khairunnisa di kampung pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.
Dengan bermodalkan sarung lusuh, Supriyono membungkus jenazah Khairunnisa. Dengan kaus warna putih yang biasa ia pakai, Supri menutupi kepala Khaerunnisa.
Namun, Kisah sedih Supriyono belum selesai disini. Begitu Supriyono masuk ke stasiun, orang-orang yang ada di stasiun langsung mengerubunginya. Ia dicurigai telah berbuat yang tidak-tidak pada Khairunnisa. Akhirnya, ia pun digelandang ke Polsek Tebet bersama anaknya Muriski.
Terpaksa Supriyono meladeni pertanyaan-pertanyaan aneh yang dilayangkan polisi. Ia tidak mengerti, kenapa polisi tidak ada yang bertanya apa yang dapat mereka bantu kepadanya. Seandainya mereka semua itu semua bisa membantu. Bukannya mengirimkan Supriyono ke RSCM.
Di RSCM cerita Supriyono dan Khairunnisa terus berlanjut. Dengan alasan otopsi, pihak RSCM mau menahan Khairunnisa. Mendengar itu, Supriyono marah, ia tidak mau anaknya dibelah-belah hanya untuk kepentingan medis. Ia pun ngotot membawa Khairunnisa keluar.
Hingga Pukul 16.00 WIB, Supriyono baru bisa mengeluarkan Khairunnisa. Lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans. Supri dan Muriski dan terpaksa berjalan kaki sambil menggendong jenazah Khairunnisa.
Sepanjang jalan, warga yang iba memberikan uang sekedarnya untuk ongkos perjalan ke Bogor. Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum dan makanan sebagai bekal Supri dan Muriski ke Bogor.
Hingga kini aku tidak pernah tahu, apakah Supri dan Muriski berhasil memakamkan ke Khairunnisa ke Bogor. Masih berlanjutkah kisah sedih ini? Jujur, aku tak mau cerita ini bersambung , baik bagi Supri atau ribuan orang-orang miskin lainnya yang ada di sini. Cukup sudah Khairunnisa, jangan ada yang lainnya
disadur dari koran ibu kota.,.,.
on Leave a Comment

CINTA YANG TAK TERUCAP

Karin punya pacar, Namanya Andri. Karin sudah lama berteman dengan Andri, tahun lalu, ketika mereka pergi ke perjalanan wisata sekolah. Karin mulai menyadari kalau ia jatuh cinta sama Andri. Sebelum Perjalanan itu berakhir, Karin mengambil langkah untuk menyatakan cintanya pada Andri. Dan Andri pun mau menerimanya, mereka pun menjadi sepasang kekasih , tapi cara mereka saling mencintai sedikit berbeda . karin selalu berkonsentrasi pada diri Andri dan sangat mencintai pribadinya, tetapi disisi lain, Andri tak pernah menganggap Karin ada. Bagi Karin, Andri adalah satu-satunya pria yang ia cintai , tapi buat Andri, mungkin Karin sebagai pacar cadangan saja. "Andri, apakah kamu ingin pergi menonton film ?" Tanya Karin. 
" Saya tidak bisa" jawab Andri
 " Kenapa, apa kamu sibuk ?" Karin dengan perasaan kecewa. 
"Tidak ... aku akan bertemu seorang teman" Jawab Andri. Andri selalu seperti itu . Andri sering bertemu gadis di depan mata Karin, seperti menganggap Karin tidak ada. Baginya, karin hanya pacar simpanannya saja. "Kata 'Cinta' hanya keluar dari mulutku . Sejak aku mengenalnya , aku tidak pernah mendengar dia mengatakan 'Aku Mencintaimu' terhadapku. Dia tidak pernah mengatakan apa-apa dari hari pertama kita pacaran. Setiap hari, dia hanya memberikan Aku sebuah boneka, setiap hari. Aku tidak tahu mengapa?" karin dengan penuh tanya dalam hatinya.Kemudian suatu hari ...
 Karin : "emm.. Andri , aku.." 
Andri : "Apa?" 
Karin :  "Aku mencintaimu." 
Andri :  (hanya memberikan sebuah boneka lalu pulang). Itulah bagaimana Andri mengabaikan Karin. tak ada sepatah katapun dan Andri hanya memberikan boneka itu. Kemudian ia pergi, seperti sedang menghindar. Karin menerima boneka dari Andri hampir setiap hari, hingga ruangan kamar Karin penuh dengan boneka pemberian Andri.

Lalu suatu hari datang, tanggal 15 ulang tahun Karin berusia 19 tahun . Ketika Karin bangun di pagi hari, Karin selalu membayangkan merayakan ulang tahunnya berdua bersama Andri ditaman penuh bunga-bunga. karin pun menunggu Andri untuk menelponnya. Tapi ... siang berlalu, malam berlalu. dan langit pun sudah gelap. Andri belum juga menelpon Karin, hingga Karin tertidur. Kemudian sekitar jam 2 pagi hari, tiba-tiba Andri menelepon Karin hingga terbangun. Dia menyuruh Karin untuk keluar rumah. Dan karin pun menyambutnya dengan suka cita, Karin terus membayangkan hal indah yang selalu dia bayangkan. 

Karin : "Andri..?" 
 Andri : "Disini ... ambil ini "Sekali lagi , dia memberikan Karin sebuah boneka kecil. 
Karin : "Apa ini?"
 Andri : "Kemarin Aku lupa memberikannya sama kamu , jadi Aku memberikannya sekarang. Aku akan pulang sekarang, bye.." 
Karin : "Tunggu, tunggu ! Apakah Kamu tahu hari apa ini?"
 Andri : "Hari ini? Aku tidak tahu"
Karin merasa sangat sedih , Karin pikir Andri akan ingat hari ulang tahunnya. Andri pun berbalik dan pergi seperti tidak ada yang terjadi. Lalu Karin berteriak: "Tunggu ... !!" 


Andri : "Apa kamu ingin mengatakan sesuatu?"
Karin : "Katakan padaku , katakan padaku kau mencintaiku." 
Andri : "Apa? !" 
Karin : "Katakan!" (Karin sambil memeluk Andri dari belakang). berharap, Andri bisa mengatakan bahwa dia mencintai Karin. Tapi kenyataanya Andri hanya bicara dingin. "Aku tidak ingin mengatakan itu, jika kamu kecewa mendengarnya, silahkan mencari penggantiku" Lalu Andri pergi. mendengar itu Karin menangis dan  terjatuh ke tanah. "mengapa andri tidak bisa mengatakan Cinta padaku, Bagaimana dia bisa? Aku merasa bahwa Mungkin dia bukan pria yang tepat untukku." tangis karin

Setelah hari itu, karin diam sendiri di rumah sambil menangis, hanya menangis. tetapi Andri tetap saja tak bisa mengatakan cinta terhadap Karin. Andri hanya terus memberikan boneka kecil setiap pagi dan meletakkannya di luar rumah Karin. Hingga boneka-boneka itu menumpuk di kamar Karin. 


Setelah satu bulan berlalu, Karin mulai bersekolah lagi. Tapi apa yang dilihat karin sungguh menyakitkan, karin melihat Andri jalan dengan gadis lain, . Karin langsung berlari dan kembali ke rumah dan melihat boneka-boneka itu di kamarnya, sambil menangis karin berkata "Kenapa dia memberikan boneka-boneka ini kepadaku, Apa Boneka-boneka diberikan juga dengan gadis lain?" dalam kemarahannya Karin melempari boneka itu. Lalu tiba-tiba, telepon berdering, yang ternyata Andri. Andri menyuruh Karin untuk datang ke halte bus di luar rumah Karin. Karin mencoba menenangkan diri dan pergi ke halte bus. Karin terus berjanji dalam hati bahwa ia akan melupakan Andri, dan meminta putus. Lalu Andri datang ke hadapan Karin, sambil memegang sebuah boneka besar.
  
Andri : "Karin , Aku pikir Kamu marah, Tapi kamu benar-benar datang" (sambil menyodorkan boneka besar) 
Karin : "Aku tidak membutuhkannya." 
Andri : "kenapa?"Lalu Karin mengambil boneka itu dari tangannya dan melemparnya di jalan. Karin : "Aku tidak butuh boneka ini , aku tidak membutuhkannya lagi ! Aku tidak ingin melihat orang seperti kamu lagi!". Tapi tidak seperti hari-hari lain , suara Andri sangat gemetaran. "Maafkan aku" Andri meminta maaf dengan  suara kecil. Lalu Andri berusaha mengambil boneka itu di jalan. Karin : "Kamu bodoh! Mengapa kamu mengambil boneka itu? !"
Tapi Andri mengabaikan Karin dan mengambil boneka itu . Lalu ..."Peeep.... Peeep...!!!"Dengan klakson keras, sebuah truk besar sedang menuju ke arah Andri."Andri ! Pergi ! Menjauh ! " Teriak Karin. Tapi Andri tidak mendengarkan Karin, Andri berjongkok dan mengambil boneka itu . " Boom ! " Suara itu , begitu mengerikan .Itulah bagaimana Andri pergi meninggalkan karin. Itulah bagaimana Andri pergi tanpa membuka matanya untuk mengatakan satu kata cinta kepada Karin.Setelah hari itu , Karin harus menjalani kehidupan dengan sendiri diselimuti kesedihan yang begitu mendalam Dan setelah menghabiskan dua bulan seperti orang gila, Karin mengambil salah satu boneka yang pernah diberikan Andri."Hanya Boneka-boneka ini kenangan saya dengan kamu, Aku ingat hari-hari aku menghabiskan waktu bersama dia, ketika kita sedang jatuh cinta" racau karin seperti orang gila." Satu ... dua ... tiga ... " Karin mulai menghitung boneka." Empat ratus delapan puluh lima buah boneka " Itu semua berakhir dengan 485 boneka .Karin kemudian mulai menangis lagi, dengan boneka dalam pelukannya, karin memeluk erat-erat boneka itu, lalu tiba-tiba ..." Aku mencintaimu ~ , aku mencintaimu ~ " Karin terkejut, lalu menjatuhkan boneka itu,Lalu Karin mengambil bonekanya kembali dan menekan perutnya ." Aku mencintaimu ~ Aku mencintaimu ~ "
" Aku mencintaimu ~ "" Aku mencintaimu ~ "" Aku mencintaimu ~ "Kata-kata keluar dari boneka itu tanpa henti. Aku ... mencintaimu ... "Mengapa aku tidak menyadari kalau hatinya selalu di sampingku , melindungiku. Mengapa aku tidak menyadari bahwa dia mencintaiku sebanyak ini ?" Karin mengambil boneka di bawah tempat tidur dan menekan perutnya, itu adalah boneka terakhir, salah satu yang jatuh di jalan, dengan noda darah di atasnya. dan Suara yang keluar dari boneka besar itu." Karin... Apakah kamu tahu apa hari ini ? Kita sudah saling mencintai selama 486 hari . Apakah kamu tahu apa yang 486 ? Aku tidak bisa mengatakan aku mencintaimu ..  karena aku terlalu malu ... Jika kamu memaafkan Aku dan mengambil boneka ini , aku akan mengatakan bahwa aku mencintaimu ... setiap hari ... sampai aku mati ... Karin ... I love you ... "Air mata datang mengalir keluar dari ke dua mata karin. "Kenapa? Kenapa? Aku bertanya Tuhan , mengapa saya baru mengetahui semua ini sekarang? Dia tidak bisa berada di sisiku , tapi dia mencintaiku sampai menit terakhir nya ..." Karin dengan penuh tangis
Gendhis savindra. Diberdayakan oleh Blogger.