“tuhan memang satu,kita yang tak sama”. Kalimat sederhana itu kedengarannya manis, tapi sesungguhnya menyimpan banyak cerita dari banyak manusia yang harus menerima kenyataan miris : “mengapa harus keyakinan memisahkan kita?”.
Maaf ini bukan soal artis Saya tak kenal mereka dan tak
merasa perlu memperhatikan kisah hidup mereka. Tapi cerita ini memang
tentang asmara, tentang cinta sepasang manusia yang terhalang tembok
bernama agama.
Cinta beda
agama sedang sering jadi perbicangan anak-anak muda. Jalinan kasih beda
agama juga banyak dimunculkan dalam sejumlah film. Novel dan cerpen
bahkan sudah lama menjadikan cinta beda agama sebagai ruang tema. Para
penyanyi dan pencipta lagu pun menjadikan kisah cinta ini sebagai sumber
inspirasi.
Cinta memang tak pernah salah. Cinta
juga bisa tumbuh kapan saja, di mana saja. Ia pun sering datang tanpa
lebih dulu ketuk pintu hingga tiba-tiba saja mereka yang kejatuhan cinta
seketika bahagia dan lupa. Lupa bahwa ada keadaan dan batas yang
seringkali membuat cinta menjadi salah, bisa salah waktu, bisa juga
salah keadaan. Cinta beda agama mungkin sebuah “cinta salah keadaan”.
Cinta beda
agama juga menjadi kisah yang paling membuat orang susah lupa. Entah
karena apa, mendengar beberapa cerita dari teman-teman yang pernah
mengalaminya, cinta terhalang keyakinan begitu susah dilupakan dari
ingatan mereka. Ada yang bilang terlalu pedih untuk menerima kenyataan
pisah setelah banyak perjuangan yang dilalui demi mengalahkan perbedaan
itu. Ada juga yang berkisah kalau melepas cinta karena beda keyakinan
berkali-kali lipat lebih berat dibanding pisah cinta karena watak atau
status sosial. Entah mengapa juga lagu-lagu tentang cinta beda agama
jauh lebih galau dibanding lagu cinta perih lainnya. Tapi ada juga yang
tak peduli, yang namanya cinta pokoknya harus bersama.
Saat jatuh
cinta manusia memang kerap menunjukkan diri sebagai makhluk egois
termasuk dalam memaksakan keadaan untuk berpihak pada mereka. Saat
merasakan sayang pada pasangan atau calon pasangan, manusia mudah
termakan dengan petuah bijak “jika sepasang manusia sudah saling
mencintai, halangan terberat pun takkan tega menghampiri”.
Sayangnya
saat jatuh cinta kita terlampau yakin pada petuah-petuah cinta itu.
Padahal sebesar-besarnya cinta, pada akhirnya setiap manusia hanya
menjalankan suratan Tuhan. Tak mungkin memaksakan takdir untuk
menuliskan “Aku dan Dirimu”. Sebesar-besarnya kasih pada akhirnya sering
ada batas yang terlalu besar untuk dilawan, terlalu tinggi untuk
dilompati. Batas itu terlalu kuat untuk manusia kalahkan, terlalu jauh
dari jangkauan manusia untuk menembusnya, yakni agama. Perbedaan memang
membuat indah, karena beda kita jadi kuat. Tapi karena beda agama,
cerita cinta pun sering harus berakhir parah meski sudah dijalani dengan
indah.
Beberapa
bulan lalu seorang kakak angkatan di kampus mengutarakan curhatnya
tentang seorang pria yang sedang ia senangi. Usai
pisah cinta dengan yang lama ia merasa menemukan bahagia yang baru
bersama pria tersebut, meski ia tahu ada tembok nyata di antara mereka.
Tembok itu adalah keyakinan.
Saat
mendengar curhatnya saya lebih banyak tersenyum menyimak ekspresi orang
yang sedang jatuh cinta. Tak banyak dari saya, hanya sedikit pendapat
pribadi bahwa tembok di antara mereka itu sejatinya adalah sesuatu yang
sangat nyata. Bahkan ketika ia melanjutkan curhatnya bahwa sang pria
bersedia pindah agama jika mereka jadian, saya tetap tersenyum sambil
mengingatkan sekali lagi bahwa tembok di antara mereka bukan sesuatu
yang bisa diabaikan begitu saja oleh sebuah janji.
Pada kakak
tersebut saya lalu memberikan sebuah lagu KAHITNA yang berjudul Nggak
Ngerti agar ia bisa mengerti bahwa ujung cerita cinta bisa jadi tak
seindah dengan banyaknya hal manis yang terjadi ketika cinta itu tumbuh
dan dijalani.
Tak berapa
lama kemudian mereka jadian. Sementara tembok itu masih tetap ada.
Beberapa kali melihat timeline twitternya, tampaknya ia senang menjalani
kisah kasih barunya.
Dan kini
saya baru tahu jika tak lama setelah mereka jadian saat itu, sang pria
memutuskan berpindah agama. Akhirnya tembok itu bisa mereka lalui meski
ujung cerita cinta tetap akan menjadi sebuah misteri bagi mereka.
gendhis berpesan sama kalian semua yang membaca tulisan gendhis,maaf kalian senua saudara saudariku yang baik berfikirlah yang panjang dalam memilih pasangan lihatlah dari berbagai sudut pandang,contoh dasar soal keyakinan, maaf ini bukan soal ANTI cinta lain agama tapi bagaimana kita menjalani hidup bermahligai tapi dalam bayang bayang tembok menyekat. makasih.,.,,.,SALAM SANTUN
gendhis berpesan sama kalian semua yang membaca tulisan gendhis,maaf kalian senua saudara saudariku yang baik berfikirlah yang panjang dalam memilih pasangan lihatlah dari berbagai sudut pandang,contoh dasar soal keyakinan, maaf ini bukan soal ANTI cinta lain agama tapi bagaimana kita menjalani hidup bermahligai tapi dalam bayang bayang tembok menyekat. makasih.,.,,.,SALAM SANTUN
0 komentar :
Posting Komentar