sebelum ea saya minta maaf bukan bermaksud sesuatu yg jelek
saya hanya pengen tulisan ini bisa menyentuh kalbu para pembaca
sekali lagi saya minta maaf,..Dan tolong renungkan isi dari tulisan ini,..
SILAHKAN ANDA RENUNGKAN:
Sebuah pengaduan dari seorang ibu kepada anaknya:
semoga bisa jadi bahan renungan untuk kita semua sebagai seorang anak,.,.,.,
Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan
kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan
kalbuku sebelumnya,.,,.,.,,.,..
Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat
memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus
perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu.
Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku.
Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada
hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu
Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami. Berikutnya, aku
layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi
kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu,...,.,.,.,
Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.,.,.,
.Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun
berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu.
Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu,
namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru...,.,.,.,,.,.,.,
Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak
diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski
melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali,
jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit
saja untuk melihat anakku.,,,,..,,.,
Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar
sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah
kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan,.,,,.,.,.
Anakku…
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima
kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada
dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau
sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa
yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah,
anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?..,.,.
Anakku..,.,.,.,.
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan
luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan,
sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi
ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan
kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada
kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum
di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,.,.,.
.Anakku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…
Anakku…
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal
dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat
kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di
sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang
menggugat..,.,.,
Anakku..
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah
air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika
engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang .,.,..
yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri”.
Anakku…
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan
yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah
persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah
belaian sayang dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah …..
Ingatlah…. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku,
sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.
anakku,,,… ibu sangat merindukanmu…
0 komentar :
Posting Komentar