rachma g savindra |
Setelah selesai dengan rapport-nya (komunikasi dengan penonton), Axl pun pergi ke bagian atas panggung menghampiri sebuah grand piano hitam. Jemari Axl yang fasih memainkan melodi yang indah membuatnya seperti Elton John muda.
I can see a love restrained
But darlin' when I hold you
Don't you know I feel the same
'Cause nothin' lasts forever
And we both know hearts can change
And it's hard to hold a candle
In the cold November rain
iNILAH PENGGALAN LIRICK LAGU NOVEMBER RAIN (G,N,R)
Lamat-lamat terdengar iringan orkestra yang menjadi intro lagu "November Rain". Hampir lima belas menit lamanya, Axl mengharu-biru penonton malam itu dengan lagu yang amat istimewa baginya itu.
Secangkir teh hangat menemaniku ditengah guyuran hujan. Aku melihat keluar jendela. Bulir bulir air turun dari langit membasahi tanah pekarangan rumahku. Enggan rasanya aku untuk sekedar mengalihkan padanganku dari jendela.
Masih betah memandangi sejuknya hari.. atau mungkin kini berubah jadi dingin? Entahlah… Tapi hawa dingin yang mulai menjalar ke tanganku mengalahkan rasa malas untuk bangkit dari dudukku, merambet selimut biru langit dan langsung mendudukkanku lagi dikursi dekat jendela. Menatap lagi rintikan hujan yang masih setia turun dari atas sana.
Aku sangat suka hujan. Entah kenapa aku sangat suka. Disaat semua orang membencinya karena membuat menjadi basah kuyup atau menaikkan kadar emosi karena pakaian mereka yang sedang dijemur menjadi basah lagi, Aku malah sangat suka. Atau mungkin karena hujan mengingatkanku dengan kau…
Kemudian waktu berputar cepat, menyedotku dalam situasi yang berbeda. Menyisakan diriku dan… kau
Aku sedang berada didalam kelas, memandangi sosokmu dalam diam. Kau sedang fokus mengotak atik ponselmu, kemudian memakaikan headset ke telingamu. Mendengarkan lagu saat istirahat adalah kesukaanmu, sebelum akhirnya kau menunduk dan meninggalkan alam nyata menuju dunia mimpi. Aku masih setia memandangimu dari kursiku yang terpisah satu barisan dengan kursimu. Kali ini kau bangkit lagi setelah menunduk, mengedarkan pandangan ke sekitar kelas dan mendongak…..
Hujan. Kau memandangi keluar jendela, masih setia melihat guyuran air hujan diluar sana. Aku tertegun, kau meluangkan waktu tidurmu untuk sekedar menatapi hujan. Buliran air yang jatuh dari angkasa. Kau adalah sosok sempurna bagiku.
Sikapmu yang pendiam dan misterius namun paham terhadap sekitar itu cukup membuat mu mendapat panggilan ‘Pangeran Peka’ dari anak anak kelas. Huh! Panggilan itu menurutku lucu, namun membuat hatiku bergetar saat ikut menyorakan panggilan itu untuknya bersama anak kelas, sekedar mengejek.
Kemudian waktu berputar lagi, Saat itu aku sedang asik dengan ponselku, membuka akun twitter dikala senggang. Berchit chat ria bersama teman temanku lewat mention.
Kemudian ada mention masuk.. Kau.. mengirimiku mention, bertanya ini siapa. Kau bertanya begitu karena melihat avatar akun twitterku yang mungkin terlihat berbeda dengan aku yang asli. Avatar akunku waktu itu memang girly, berbeda denganku yang aslinya agak tomboy. Membuatmu sedikit bingung.
Dari situlah kau dan aku mulai memiliki pembicaraan. Saat itu sungguh hari yang takkan terlupakan bagiku. Bisa berbincang dengan orang yang sangat aku kagumi sejak awal masuk sekolah, orang yang sangat aku sukai. Meski hanya lewat jejaring sosial.
Sesuatu menarik tanganku, lebih cepat,dan menaruhku dalam situasi ramai, pulang sekolah. Kau lewat dihadapanku, bertanya sesuatu tentangku, namun aku tidak paham apa yang kau katakan. Tubuhku mengigil, suhu tubuhku naik.
Aku demam. Lalu kau diseret temanmu, namun aku bersikukuh ingin tau apa yang barusan kau katakan, dan kau hanya tersenyum. Temanmu mengatakan bukan apa apa dan bilang kau sedang gila. Aku makin tidak mengerti tapi tak kupaksa lagi bertanya. Aku tak kuat, tubuhku lemas. Kau berlalu pergi bersama temanmu.
Lalu waktu terhenti sebentar dan berlalu. Kini aku berada dikamarku. Terkulai lemas dengan badan mengigil dan suhu tubuh yang semakin panas. Ibuku sudah bilang untuk tidak sekolah esok, tapi aku tak mau. Jika tidak sekolah berarti aku tak akan melihatmu, walau hanya sehari, namun sangat berarti bagiku. Kuraih ponsel yang tergeletak disamping tubuhku.
Kubuka akun twitterku, mengecheck apakah ada mention untukku atau tidak. Lalu aku terbelalak kaget… ada mention masuk… itu.. dari.. kau. Menanyakan keadaanku dan mengucapkan semoga lekas sembuh untukku.
Aku tidak mengerti mengapa, mungkin saat kau mengetikkan beberapa kata untukku dimention itu kau membubuhkan obat pereda demam disana, karena kemudian kurasakan semangatku naik, dan berangsur angsur suhu tubuhku menurun, demamku reda seketika. Dengan senyum terkembang diwajahku, aku membalas mentionmu.
Kau lalu sedikit demi sedikit berubah, menjadi dingin seperti dulu lagi, mungkin kau telah mengetahui perasaanku yang sesungguhnya sehingga kau berubah. Sakit.. sungguh. Semuanya begitu cepat berlalu rasanya, rasa manis saat kau menanyakan kabarku, masih terkecap indah diingatanku. Namun aku hanya dapat mengenang. Ya… mengenang dirimu, memory tentang kau..
Hari itu adalah hari pembagian rapot, sudah lumayan lama kau tak menegurku lagi atau hanya sekedar menyapa, langsung maupun lewat mention. Aku rindu, sangat. Kau datang sedikit telat bersama ayahmu, mengendarai motor ‘pulsa’ birumu yang besar itu. Menyeret segenap perhatianku yang langsung berpusat padamu. Kau.. sempurna, selalu sempurna seperti biasanya. Namun kini lebih sempurna dengan kemeja dan celana bahan hitam itu. Kau…. tampan, selalu dan akan selalu begitu.
Tapi sepertinya Tuhan tidak ingin aku terlalu lama tenggelam dalam khayalku akan kau, karena kemudian kau mendapatkan rapotmu lebih cepat dariku dan langsung berlalu pergi bersama ayahmu. Aku menatapmu pergi, berharap akan sesuatu yang mungkin dapat membuatku dekat lagi denganmu. Aku menutup mataku rapat dan terpejam lama, lalu membuka mataku perlahan dan mendapati diriku dikursiku. Diluar sana masih hujan. Masih deras. Udara semakin dingin.
Aku mengeratkan rengkuhan selimut biru langitku ditubuhku. Berharap mungkinkah suatu saat nanti kau akan merengkuhku dalam pelukmu. Hahaha~ aku mungkin hampir gila.. tapi disinilah aku… diam merindukanmu. Amat sangat merindukanmu.