Jumat, 03 Oktober 2014

on Leave a Comment

INDUSTRI KECIL MENENGAH DAERAH BOJONEGORO

Ok, kali ini gendhis akan membahas masalah sentra industri kecil menengah ''wacana sentra industri tahu ledok kulon malowopati'' hehehe
lebay dikit tak apa yang penting ''industri kecil daerahku maju bravooo
bumi angling darma GOOOOO.,..,

Siapa yang tidak kenal dengan tahu, makanan olahan kedelai yang bisa kita jumpai hampir di setiap tempat dan kesempatan di indonesia. Tahu begitu akrab dengan lidah kita, namun yang sering anda dengar mungkin hanya tahu yang diolah dengan digoreng dan di masak menjadi sayur dan belakangan ini yang terkenal adalah tahu balado yang mungkin hanya diketahui oleh kalangan muda saja.

Bojonegoro termasuk kedalam satu kota yang terkenal dengan produksi tahunya, sentra industri tahu Bojonegoro terletak di kawasan Ledok Kulon, kawasan Kota yang berbatasan langsung dengan Bengawan Solo. Hampir setiap Kepala Keluarga di Wilayah tersebut memiliki usaha rumahan berupa produksi tahu. Secara Geografis Bojonegoro masuk kedalam wilayah yang memiliki iklim dan cuaca yang mendukung untuk tanaman palawija seperti padi, jagung, kacang – kacangan, tembakau, terung – terungan,  dan habitat yang tepat untuk hutan hutan jati. Dari kondisi yang ada seharusnya Bojonegoro bisa, bahkan sangat bisa menguasai pasar pertanian dan olahannya dibandingkan dengan kabupaten dan kota disekitarnya ditambah prospek internasional yang terbuka lebar melalui kehadiran warga negara asing yang berkecimpung di dunia perminyakan.

Apabila kondisi kekinian sudah kita amati secara terperinci, kembali ke masalah Tahu, Bojonegoro sanggup menyuplai produksi kedelai sendiri, Bojonegoro sanggup mengolah Kedelai sendiri. Nah, missing link disini adalah bagai mana Bojonegoro mengolah secara kreatif memasarkan produknya, sungguh hal yang sangat riskan bila hal ini tidak segera di atasi, dari hari kehari harga bahan baku semakin melonjak naik namun kenyataannya harga tahu tidak mungkin naik karena saya yakin anda sekalian meskipun harga tahu goreng saja cuma Rp 500,- per biji anda masih malas untuk membelinya dan kadang terceloteh ” Opo, tahu ngene thok limang atus”. Fakta yang begitu empiris namun menjadi kebiasaan di masyarakat.

Olahan yang kreatif menjadikan sebuah produk menjadi sangat bertolak belakang dengan sebelum produk diolah. Salah satu olahan tahu yang menjadi jajanan terkenal adalah tahu balado yang ada disekitaran Alun – alun ke timur tempat favorit gendhis saat iseng satu palastik tahu goreng yang diiris sebesar dadu ukuran 1×1 cm yang dibumbui dengan serbuk balado bisa mencapai harga Rp 5000,- dan apabila dibandingkan dengan tahu yang digoreng biasa saya mengitungnya kisaran pada 3 biji tahu yang hanya seharga Rp 2000,-. Bayangkan keuntungan bersih yang sangat mungkin didapat adalah Rp 1000,- per 1 porsi dibandingkan tahu biasa. Bilamana itu kita kalikan dengan porsi yang terjual? Kisaran perhari saya bisa hitung mencapai 500an porsi. Rp 1000,- x 500 = Rp 500.000 untung lebih banyak daripada penjualan tahu biasa.

Itu masih dalam skala kecil dan konsumen lokal, bilamana usaha tersebut dijalankan dengan besar – besaran dan di jual di kawasan turis asing, dan bila mungkin di Ekspor dengan berbagai varian rasa yangb menarik. Dengan berbagai olahan lain yang menarik, karena saya yakin Tahu Bojonegoro akan memiliki citra Internasional jika dihargai dengan Dollar

HEHEHE KAN LUARBIASA TOO KLO TAHU BOJONEGORO GO INTERNATIONAL SWEET DREAM
MAJULAH INDUSTRI KECIL MENENGAH DAERAHKU BOJONEGORO MAJU''TAHU MALOWOPATI'' HEHEHE BRAVO

0 komentar :

Posting Komentar

Gendhis savindra. Diberdayakan oleh Blogger.