Tampilkan postingan dengan label ARTICLE INDUSTRI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ARTICLE INDUSTRI. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 November 2014

on 1 comment

WIRA USAHA


Apakah anda berniat menjadi seorang wirausaha?
Berikut adalah 10 sikap dasar (karakter) yg harus anda miliki jika anda ingin menjadi seorang wirausaha yg sukses.

1.visionary (visioner) yaitu mampu melihat jauh kedepan,selalu melakukan yg terbaik di masa kini sambil membayangkan masa depan yg lebih baik.Seorang wirausaha cenderung kreatif dan inovatif.

2.Positive (bersikap positif )yaitu membantu seorang wirausaha selalu berpikir baik, tidak tergoda untuk memikirkan hal - hal yg negatif,sehingga dia mampu mengubah hambatan menjadi peluang dan selalu berpikir akan sesuatu yg lebih besar.

3.Confident (percaya diri) sikap ini akan memandu seseorang dalam mengambil keputusan dan langkahnya .Sikap percaya diri tidak berarti selalu mengatakan iya,tetapi juga berani mengatakan tidak jika memang di perlukan.

4.Genuine (asli ) seorang wirausaha harus mempunyai ide,pendapat dan mungkin model sendiri.Bukan berarti dia harus menciptakan produk yg benar - benar baru,tetapi bisa saja dia menjual produk yg sama dengan yg lain,namun dia harus memberi nilai tambah atau baru.

5.Goal oriented ( berpusat pada tujuan )atau berorientasi pada tugas dan hasil.Seorang wirausaha ingin selalu berprestasi,berorientasi pada laba,tekun,tabah,bekerja keras dan disiplin untuk mencapai sesuatu yg telah di tetapkan.

6.Persistent (tahan uji )harus maju terus,mempunyai tenaga,dan semangat yg tinggi,pantang menyerah,tidak mudah putus asa dan kalau terjatuh segera bangun kembali.

7.Ready to face a risk (siap menghadapi resiko) resiko yg paling berat adalah bisnis gagal dan uang habis.Siap sedia untuk menghadapi resiko,persaingan,harga turun naik,kadang untung kadang rugi,barang tidak laku dan tidak ada order.
Pastinya harus dihadapi dengan penuh keyakinan.Dia membuat perkiraan dan perencanaan yg matang,sehingga hambatan dan resiko dapat di minimalisasi.

8.Creative (kreatif menangkap peluang) peluang selalu ada dan lewat di depan kita.Sikap yg tajam tidak hanya mampu melihat peluang,tetapi jga mampu menciptakan peluang.

9.Healthy competitor (menjadi pesaing yg baik)kalau berani memasuki dunia usaha,harus berani memasuki dunia persaingan.Persaingan jangan membuat setres,tetapi harus di pandang untuk membuat kita lebih maju,dan berpikir secara lebih baik.Sikap positif membantu untuk bertahan dan unggul dalam persaingan.

10.Democratic leader (pemimpin yg demokratis ) memiliki kepemimpinan yg demokratis,mampu menjadi teladan dan inspirator bagi yang lain.Mampu membuat orang lain bahagia,tanpa kehilangan arah dan tujuan dan mampu bersama orang lain tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri.


Selasa, 07 Oktober 2014

on 1 comment

SENTRA INDUSTRI DARI KECAMATAN SOKO


CEKRAK
SOKO:Sentra industri rumahan desa kayunan
Hasil kerajinan dari anyaman bambu, seperti sesek, saat ini telah banyak digantikan produk buatan pabrik, meski demikian sejumlah perajin yang membuat barang tersebut ternyata masih mampu bertahan. Diantara sedikit perajin sesek yang sampai saat ini masih bertahan, tinggal di Desa Temu Kecamatan soko,Tuban, Jawa Timur. Perajin disana sekaligus menjajakan sesek buatannya dengan berkeliling keluar masuk desa.

Salah satu perajin, saat sedang mengendong sesek untuk dijajakan di Desa desa sekitar bahkan sampai kecamatan kanor bojonegoro, bu Sartini (50) mengatakan, mengaku masih bisa memasarkan sesek buatannya., dalam sepekan dia dapat menyelesaikan 3 sampai 5 pasang sesek, dengan ukuran 2,5 x 3 Meter (m). Setiap satu lembar seseknya, ia mematok harga sekitar Rp 50 ribu.

SANGKAR




“Penjualan lumayan, sebab warga desa yang rata-rata sekarang ini telah panen, mendapatkan uang banyak karena harganya mahal dan mereka selalu beli sesek untuk mengganti dinding rumah mereka,“ katanya.

Selain membuat sesek, perajin anyaman bambu lainnya yang ada di Kecamatan soko adalah ''kurungan dari desa Pandanwangi, juga bisa membuat beragam produk kerajinan yang lain,kurungan(sangkar) alat penutup kepala berupa caping, wakul, tempat sampah, tempat pakaian kotor, tas, tempat bumbu dapur dan tusuk sate

sebenernya sentra industri rumahan begini jikalau di kembangkan akan sangat menguntungkan,tentunya dari dinas pemda setempat.
jadi bisa buat tambahan penghasilan dari pengrajin yang kesehariannya dr buruh tani,alangkah bijaksananya andai ada wadah atau yayasan yg bisa membantu mereka mereka yang ingin mengembangkan kerajinan tangan untuk kelestarian dan kesejahteraan
SESEK







semoga pemda setempat menyadari itu dan bisa memberi solusi.,.,
hidup daerahku maju terus .,.,gooo INDUSTRI KERAJINAN .,.,dari kecamatan soko


Jumat, 03 Oktober 2014

on Leave a Comment

INDUSTRI KECIL MENENGAH DAERAH BOJONEGORO

Ok, kali ini gendhis akan membahas masalah sentra industri kecil menengah ''wacana sentra industri tahu ledok kulon malowopati'' hehehe
lebay dikit tak apa yang penting ''industri kecil daerahku maju bravooo
bumi angling darma GOOOOO.,..,

Siapa yang tidak kenal dengan tahu, makanan olahan kedelai yang bisa kita jumpai hampir di setiap tempat dan kesempatan di indonesia. Tahu begitu akrab dengan lidah kita, namun yang sering anda dengar mungkin hanya tahu yang diolah dengan digoreng dan di masak menjadi sayur dan belakangan ini yang terkenal adalah tahu balado yang mungkin hanya diketahui oleh kalangan muda saja.

Bojonegoro termasuk kedalam satu kota yang terkenal dengan produksi tahunya, sentra industri tahu Bojonegoro terletak di kawasan Ledok Kulon, kawasan Kota yang berbatasan langsung dengan Bengawan Solo. Hampir setiap Kepala Keluarga di Wilayah tersebut memiliki usaha rumahan berupa produksi tahu. Secara Geografis Bojonegoro masuk kedalam wilayah yang memiliki iklim dan cuaca yang mendukung untuk tanaman palawija seperti padi, jagung, kacang – kacangan, tembakau, terung – terungan,  dan habitat yang tepat untuk hutan hutan jati. Dari kondisi yang ada seharusnya Bojonegoro bisa, bahkan sangat bisa menguasai pasar pertanian dan olahannya dibandingkan dengan kabupaten dan kota disekitarnya ditambah prospek internasional yang terbuka lebar melalui kehadiran warga negara asing yang berkecimpung di dunia perminyakan.

Apabila kondisi kekinian sudah kita amati secara terperinci, kembali ke masalah Tahu, Bojonegoro sanggup menyuplai produksi kedelai sendiri, Bojonegoro sanggup mengolah Kedelai sendiri. Nah, missing link disini adalah bagai mana Bojonegoro mengolah secara kreatif memasarkan produknya, sungguh hal yang sangat riskan bila hal ini tidak segera di atasi, dari hari kehari harga bahan baku semakin melonjak naik namun kenyataannya harga tahu tidak mungkin naik karena saya yakin anda sekalian meskipun harga tahu goreng saja cuma Rp 500,- per biji anda masih malas untuk membelinya dan kadang terceloteh ” Opo, tahu ngene thok limang atus”. Fakta yang begitu empiris namun menjadi kebiasaan di masyarakat.

Olahan yang kreatif menjadikan sebuah produk menjadi sangat bertolak belakang dengan sebelum produk diolah. Salah satu olahan tahu yang menjadi jajanan terkenal adalah tahu balado yang ada disekitaran Alun – alun ke timur tempat favorit gendhis saat iseng satu palastik tahu goreng yang diiris sebesar dadu ukuran 1×1 cm yang dibumbui dengan serbuk balado bisa mencapai harga Rp 5000,- dan apabila dibandingkan dengan tahu yang digoreng biasa saya mengitungnya kisaran pada 3 biji tahu yang hanya seharga Rp 2000,-. Bayangkan keuntungan bersih yang sangat mungkin didapat adalah Rp 1000,- per 1 porsi dibandingkan tahu biasa. Bilamana itu kita kalikan dengan porsi yang terjual? Kisaran perhari saya bisa hitung mencapai 500an porsi. Rp 1000,- x 500 = Rp 500.000 untung lebih banyak daripada penjualan tahu biasa.

Itu masih dalam skala kecil dan konsumen lokal, bilamana usaha tersebut dijalankan dengan besar – besaran dan di jual di kawasan turis asing, dan bila mungkin di Ekspor dengan berbagai varian rasa yangb menarik. Dengan berbagai olahan lain yang menarik, karena saya yakin Tahu Bojonegoro akan memiliki citra Internasional jika dihargai dengan Dollar

HEHEHE KAN LUARBIASA TOO KLO TAHU BOJONEGORO GO INTERNATIONAL SWEET DREAM
MAJULAH INDUSTRI KECIL MENENGAH DAERAHKU BOJONEGORO MAJU''TAHU MALOWOPATI'' HEHEHE BRAVO

Senin, 16 Desember 2013

on Leave a Comment

INDUTRI

Batik Sumurgung Berpotensi Rebut Pasar Batik Gedog

ok,perjalanankita sekarang singgah di sesa nguruan
Persaingan pasar batik tidak hanya terjadi antara antara batik Gedog Tuban dengan batik Pekalongan dan Solo. Di tingkat lokal-pun, batik yang telah ditetapkan sebagai produk unggulan Industri Kecil Menengah (IKM) Kabupaten Tuban ini, mendapat pesaing yang lumayan berat. Batik Sumurgung atau lebih dikenal dengan batik Bongkol karena sentra kerajinan ini ada di wilayah Dusun Bongkol, Desa Sumurgung, Kecamatan Tuban Kota, perlahan namun pasti menggusur dominasi batik Gedog Kerek.

Darsono (43), salah seorang pengusaha dan perajin batik Bongkol, mengatakan, jumlah pesanan batik Bongkol terus meningkat setahun terakhir. Dalam sebulan saja, kata Darsono, 7.500 lembar batik produksinya mampu terserap pasar. Saat ini memang baru empat pengusaha batik yang memproduksi batik Bongkol. Itu pun baru Darsono yang total memproduksi batik Bongkol,sedang tiga pengusaha lainnya masih sesekali memproduksi batik Gedog. Namun melihat trend batik Bongkol yang terus naik itu, Darsono optimis dua-tiga tahun ke depan para pembatik di tempat itu akan kembali beralih ke batik Bongkol dan meninggalkan batik Gedog sama sekali.

“Tanda-tanda ke arah itu sudah ada. Dulu pembatik menggarap gedog dan meninggalkan batik aseli sini, karena pasar tahunya batik Tuban ya gedog itu. Lha yang gencar dipromosikan kan batik Gedog, jadi batik lainnya seperti batik Bongkol ini tenggelam. Tapi saya optimis keadaan akan berbalik. Batik Bongkol ini akan mengambil alih popularitas Batik Gedog,” kata Darsono saat menerima sosialnews.com di rumah yang sekaligus tempat produksinya, Dusun Bongkol, Desa Sumurgung, Kecamatan Tuban Kota, Senin (16/7).

Konsumen batik, lanjut Darsono, pelahan akan berbondong-bondong berpindah ke Batik Bongkol lantaran dari beberapa aspek batik ini lebih mampu diterima pasar ketimbang batik Gedok Kerek. Batik Bongkol hanya dibandrol Rp 25-30 ribu/lembar, sementara batik Gedog Kerek masih berkisar Rp 30-150 ribu/lembarnya. Keunggulan lainnya, batik Bongkol ini tidak membutuhkan kain khusus. Semua jenis kain pabrikan bisa menjadi bahan batik Bongkol. Ini jelas memungkinkan batik Bongkol diproduksi dalam jumlah lebih besar mengingat kemudahan bahan bakunya, sehingga permintaan pasar berapa-pun akan mampu terlayani. Kemampuan ini tidak dimiliki batik Gedog Kerek lantaran bahan yang dipakai adalah kain tenun gedog yang tidak bisa diproduksi massal dalam waktu singkat.

“Dari segi kualitas kain, batik Gedog lebih unggul. Tetapi pasar menghendaki harga yang lebih terjangkau. Toh kualitas batik Bongkol ini tak beda jauh dengan batik Gedog, karena sama-sama dikerjakan secara tradisional,” kata Darsono.
Untuk pasar lokal sendiri, sambung Darsono, memang belum seberapa besar share yang didapat. Konsumen lokal bahkan masih lebih mengenal batik Gedog ketimbang batik Bongkol. Tapi melihat antusiasme pasar non lokal yang demikian tinggi terhadap batik ini, Darsono yakin dalam waktu yang tidak lama batik Bongkol akan mampu merajai pasaran lokal. Bukan saja batik Gedog yang berpeluang tergeser, tetapi batik produk para perajin Solo dan Pekalongan yang selama ini masih menjadi penguasa pasar, juga bakal mampu didesaknya. Terlebih lagi, motif batik Bongkol ini lebih variatif ketimbang batik Gedog Kerek yang terlihat monoton.
Tetapi sayangnya, potensi besar ini belum mendapat respon positif dari Pemerintah setempat. Pemkab Tuban sendiri masih terpaku pada batik Gedog sebagai produk kerajinan unggulan Bumi Ronggolawe ini. Selama ini, kata Darsono, para perajin batik Bongkol berusaha sendiri mengeksiskan batik warisan asli leluhur masyarakat setempat itu. Kepala Bagian Industri Dinas Perekonomian dan Pariwisata, Heru Purnomo, mengakui pihaknya belum sempat masuk ke wilayah batik Bongkol tersebut.
Desa Sumurgung, tempat batik Bongkol itu diproduksi, memang telah ditetapkan masuk kawasan Kampung Batik. Tetapi selama ini batik yang diproduksi para perajin umumnya di kawasan ini tetap batik Gedog, sementara batik Bongkol terkesan tidak terurus. Perajin-perajinnya pun berbondong-bondong menjadi “pekerja” pengusaha batik Gedog. Bahkan tidak sedikit yang hanya mengerjakan finishingnya dengan upah Rp 750/lembar.


kata pengrajin;''sehari15lembar batik yang bisa saya kerjakan.ya lumayanlah.klo mbatik sendiri tak ada modal,apa lagi sekarang semua memilih batik gedog''kata warsilah
Warsilah sendiri mengakui order finishing batik Gedog mulai mengalami penurunan lantaran menurunnya permintaan pasar. Warsilah tidak tahu betul apa sebabnya. Namun menurut Heru Purnomo, penurunan pasar batik Gedog itu lantaran rendahnya daya saing batik Gedog. “Batik Gedog tidak cukup memiliki daya saing pasar, karena harganya masih terlalu tinggi menurut ukuran pasar saat ini. Kami upayakan ada pembaharuan tehnik produksi sehingga batik Gedog ini bisa kembali merajai pasar,” kata Heru Purnomo.

Disinggung tentang batik Bongkol yang mulai menggusur batik Gedog, Heru Purnomo mengatakan, pihaknya tidak bisa melakukan intervensi terlalu jauh karena semua tergantung kecenderungan pasar. Disperpar sendiri, kata Heru Purnomo, sejauh ini hanya bisa memberi stimulus agar usaha-usaha seperti itu mampu berkembang dan eksis di pasaran. Ia menampik jika pihaknya “menganak-emaskan” batik Gedog, sehingga batik-batik lain yang ada di Kabupaten Tuban ini mati suri.

Catatan Heru Purnomo sendiri, saat ini tercatat 674 perajin batik yang tersebar di Desa Karang dan Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding, Desa Gaji, Desa Margorejo dan Karanglo Kecamatan Kerek, Desa Gesikharjo Kecamatan Palang, dan Desa Sumurgung Kecamatan Tuban Kota. Sayangnya, dari jumlah itu hanya empat perajin batik yang telah memenuhi persyaratan, yakni memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan persyaratan administrasi lainnya. “Keempatnya perajin batik Gedog. Kami berharap para perajin batik lainnya, seperti batik Bongkol itu, juga mengurus persyaratan administratif seperti itu agar kami bisa melakukan pembinaan dengan baik,” pesan Heru Purnomo.
on Leave a Comment

INDUSTRI



ok gendhis kali ini akan mengulas tentang beberapa sumber
daya yang ada di daerah tuban,terutama tentang industri industri unggulan yang berada di kabupaten tuban yang pastinya sudah menembus pasar mancanegara


Dikenal sebagai Kota Wali dan Kota Seribu Goa, menjadikan Kabupaten Tuban sebagai salah satu tempat tujuan wisata yang selalu ramai dikunjungi wisatawan.

Tidak hanya objek wisata religi saja yang sekarang ini digemari para wisatawan, mereka juga mulai mengagumi keindahan panorama alam di Kabupaten Tuban seperti deretan goa yang dilengkapi dengan stalaktit dan stalakmit yang sangat cantik, serta beberapa potensi wisata pantai yang menyuguhkan panorama laut cukup menawan.

Memiliki luas wilayah sekitar 1.904,70 km2 dan panjang pantai mencapai 65 km, Kabupaten Tuban ternyata tidak hanya memiliki potensi alam cukup menawan namun juga menyimpan beragam potensi bisnis daerah yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Sebut saja seperti potensi unggulan di bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan, industri kerajinan, pertambangan, perindustrian, dan lain sebagainya.

Nah, untuk mengetahui potensi bisnis apa saja yang tersimpan di Kabupaten Tuban. Berikut ini kami informasikan beberapa sektor potensi unggulan yang menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat di sekitar daerah Tuban

PERTANIAN


Meskipun berada di kawasan jalur pantai utara dan memiliki iklim yang sedikit kering, namun sektor pertanian di Kabupaten Tuban menghasilkan beberapa produk komoditas yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.

Sementara ini, sebagian besar petani di Tuban masih fokus memproduksi komoditas tanaman pangan, seperti misalnya padi, jagung, kacang tanah yang sekarang ini mulai dipasarkan ke perusahaan pengolah makanan berbahan baku kacang tanah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, ketela pohon yang rata-rata produksinya bisa mencapai 134,15 Kw/Ha, ubi jalar yang dikembangkan di area seluas 553 Ha, budidaya kedelai yang berada di Kecamatan Senori dan Kecamatan Singgahan, kacang hijau, serta cabe rawit dan cabe keriting yang banyak dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Tuban.
Potensi Perkebunan:


Selain potensi pertanian yang beragam, Kabupaten Tuban juga memiliki potensi perkebunan yang tidak kalah menghasilkan. Misalnya saja seperti belimbing tasikmadu (varietas belimbing lokal asli Tuban) yang saat ini sedang gencar dibudidayakan masyarakat di Kecamatan Palang terutama di Desa Tasikmadu, Kelurahan Panyuran, dan Desa Sumurgung.

Di samping itu ada juga buah duku prunggahan (duku asli Tuban) yang dikembangkan di Kecamatan Singgahan dan Kecamatan Tuban, buah siwalan, buah gayam yang diolah menjadi keripik khas Tuban, potensi agrobisnis kelapa, jambu mete, mangga, nangka, pisang, tebu, semangka, serta terong.


Potensi Perikanan dan Kelautan



Memiliki wilayah perairan yang cukup luas yakni sekitar 65 kilometer, menjadikan Tuban sebagai salah satu daerah penghasil kekayaan laut yang cukup berlimpah. Mulai dari industri pengolahan teri nasi di daerah pesisir pantai, seperti di Kecamatan Palang, Jenu, Tambakboyo, dan Bancar yang belakangan ini telah diekspor ke berbagai belahan negara, budidaya rumput laut, terumbu karang, padang lamun, pengembangan dan pembibitan mangrove, industri pengalengan ikan, industri pengolahan tepung ikan, pindang, minyak ikan, abon, produksi ikan beku, pembuatan terasi, pengeringan ikan, serta industri pengolahan limbah ikan untuk dijadikan sebagai pakan tenak.

Potensi Kerajinan

Tidak hanya memiliki potensi alam yang berlimpah, Kabupaten Tuban ternyata juga memiliki potensi kerajinan yang beragam.

Batik tulis dan tenun Gedog Tuban menjadi salah satu produk unggulan yang diwariskan secara turun menurun. Ciri khas batik dan tenun Gedog dapat terlihat dari motif dan pewarnaan yang bercorak pesisiran dan menampilkan aneka macam tumbuhan dan bunga.

Selain batik dan tenun Gedog, Tuban juga menghasilkan kerajinan meubel yang berpusat di Kecamatan Jatirogo, Bangilan, Montong dan Tuban, sentra kerajinan gerabah yang berada di Kecamatan Tuban, Rengel, Bangilan dan Montong, industri kerajinan anyaman bambu di Desa Mandirejo Kecamatan Merakurak, serta industri sangkar burung di Kecamatan Soko yang telah berhasil menembus pasar mancanegara.

Semoga informasi yang mengangkat tentang Kabupaten Tuban simpan potensi bisnis yang beragam ini bisa memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca dan menginspirasi seluruh masyarakat di Indonesia untuk mengoptimalkan potensi daerahnya. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses.

Jumat, 13 Desember 2013

on Leave a Comment

CERITA INDUSTRI BATIK TUBAN



Potensi ekonomi yang telah berkembang di Kabupaten Tuban antara lain : tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, kayu pertukangan dan kayu bakar, industri pengolahan besar dan sedang, industri kecil dan kerajinan rumah tangga, perdagangan, hotel, dan restoran, serta hasil tambang, seperti pasir kwarsa, tanah liat, batu kapur, dan batu dolomite. Beberapa obyek pariwisata yang cukup terkenal diantaranya : Makam Sunan Bonang, Goa Akbar ,Klenteng Kwan Sin Bio, sentra industri Batik Gedog, dan lain-lain.Perkembangan Industrialisasi Kabupaten TubanIndustrialisasi merupakan proses
merumasyarakat dari sistem mata pencaharian pertanian ke .

Di dalam proses ini, segala aspek masyarakat, kebudayaan dan lingkungannya turut bergeser. Hal itu nampaknya dialami juga oleh masyarakat Tuban. Perkembangan industri di Tuban mempunyai dua pola. Pertama industri secara “alami” sebagai rangkaian dari kemudahan transportasi jalur pantura, biasanya berskala menengah dan skala kecil. Pola Kedua adalah industri dalam skala besar, seperti industri semen. Dari data PDRB Kabupaten Tuban, pada periode 1998-2001, PDRB Kabupaten Tuban masih didominasi sektor pertanian, industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Meski sektor pertanian masih berada di top rank, namun tampak terjadi pergeseran struktur perekonomian, yaitu dari sektor primer (pertanian) ke sektor sekunder (pertambangan, industri, gas, listrik, dan air bersih) dan ke sektor tersier (perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, jasa perusahaan, dan jasa-jasa).

Artinya, laju pertumbuhan sektor sekunder dan tersier lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor pertanian.Tuban memang kaya akan sumberdaya, dari kekayaan laut, minyak bumi,bahan tambang dan sebagainya. Ini menyebabkan para investor tertarik untuk menanamkan modalnya di Tuban. Beberapa tahun lagi mungkin Tuban akan semakin berkembang, ini dikarenakan akan ada pabrik besar yang akan mendirikan pabrik sebagai contoh Petrokimia dan juga pembuatan saluran gas dan minyak dari Cepu ke Tuban oleh Pertamina.Industrialisasi di Kawasan Industri KerekKawasan industri di Tuban terbentang di hampir seluruh Kecamatan. Salah satu Kecamatan yang menonjol adalah Kecamatan Kerek yang berbatasan dengan Kecamatan Tambakboyo di sebelah utara dan barat, Kecamatan Singgahan dan Kecamatan Montong di sebelah selatan, serta Kecamatan Merakurak di sebelah timur. Kecamatan ini memiliki berbagai jenis industri yang sejak dahulu menjadi “icon” dari Kecamatan itu sendiri, bahkan sebagai “icon” Kabupaten tuban.Pada awalnya batik tulis tradisional ini hanya dikenal didalam suatu wilayah kecamatan bernama kerek, khususnya didesa Margirejo, desa Gaji, desa Kedongrejo dan desa Karanglo. Karena memang di kecamatan kerek inilah pertama kali orang mulai memintal benang dan menenun kain. Dalam perkembangannya desa-desa lain yang kemudian juga ikut menghasilkan batik tulis tradisional ini antara lain desa karang, desa prunggahan kulon kecamatan semanding dan desa Sumurgung Kecamatan Tuban.
Sekarang ini, terdapat beberapa industri besar di Kecamatan ini, Industri semen, seperti PT Semen Gresik, PT Holcim yang mendirikan pabrik di sini, dan industri batik yang terkenal dengan sebutan Batik Gedog.Aplikasi Teori Lokasi pada Industri di Kecamatan Kerek Menurut teori, suatu industri akan lebih efisien jika dibuat mengelompok (aglomerasi), ini akan sangat memudahkan dan menguntungkan bagi produsen, karena akan meminimalkan biaya.Di Kecamatan Kerek, terbukti teori tersebut benar. Terdapat aglomerasi pada industri batik. Sementara bagi industri berat seperti industri semen teori tersebut juga terbukti, berdasarkan teori segitiga Weber, seorang produsen akan menentukan letak pabriknya agar mendapatkan lokasi yang optimum. Pada industri semen, tentunya biaya mengangkut bahan baku semen akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya mengangkut semen jadi dalam kemasan. Ini sebagai alasan beberapa perusahaan semen tersebut mendirikan pabrik di Kecamatan Kerek, karena dekat dengan bahan baku sehingga biaya pengangkutan bahan baku yang berupa batu-batuan tersebut bisa ditekan, dan biaya pengangkutan semen jadi ke lokasi pendistribusian di Gresik yang tidak terlampau jauh bari Tuban tidak akan lebih tinggi. Jadi, biaya pengangkutan bahan baku ke pabrik dan biaya pengangkutan barang jadi ke pasar harus sama. Lokasi pabrik berada diantara lokasi sumber bahan baku dengan pasar.
on Leave a Comment

BATIK TULIS TUBAN






aku hanya ingin mengangkat khasanah negeri ku tercinta ini
bagaimana negeri yg penuh dengan bermacam macam seni dan budaya
untuk kali ini aku ingin mengangkat soal seni batikcorak tulis dari daerah tuban
anda pasti awam soal batik dari kabupaten tuban jawatimur mungkin di telinga
anda anda semua yang familiar pasti batik solo,pekalongan dll,..
ok kita mulai dari sini dlu

Sejarah Batik Tulis Tradisonal Tuban

Tuban sebagai salah satu wilayah di bagian Timur dari pulau jawa, memiliki satu corak kebudayaan yang unik, mengapa? Karena dalam sejarah wilayah ini telah masuk 3 tata nilai kebudayaan yang saling mempengaruhi, dan sampai sekarang kebudayaan ini masih tetap eksis dan sama-sama berkembang, tanpa membuat salah satu kebudayaan ini tersingkir. Ketiga kebudayaan tersebut adalah
1. Jawa, yang meresap saat wilayah ini dalam kekuasaan jaman Majapahit <abad XII-XIV>
2. Islam, karena diwilayah ini hidup seorang ulama yang ternama yaitu Sunan Bonang <1465- 1525 M>
3. Tiongkok(cina), karena di Tubanlah para sisa lascar tentara kubalai khan melarikan diri dari kekalahannya pada saat menyerang Jawa di awal abad XII, hingga kini masyarakat keturunan ini banyak bermukim di tuban.,.,
Proses interaksi ketiga kebudayaan ini berlangsung sekian lamanya hingga sekarang dan sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat Tuban sampai kini.
Motif Batik Tulis Tradisional Tuban, apabila di cermati, terlihat betapa motif-motif tersebut sangat dipengaruhi nilai-nilai budaya jawa, islam, dan tiongkok. Gambar-gambar burung pada motif batik tulis Tuban jelas terlihat pengaruh dari budaya tiongkok, karena gambar burung yang dimotifkan pada batik tulis tersebut Nampak adalah burung”Hong”yang jelas tidak terdapat di wilayah Tuban.
Sedang pada motif bunga jelas terlihat adalah motif-motif tradisional yang sejak lama dibuat dihampir seluruh wilayah pulau Jawa. Sedangkan pengaruh islam pada motif batik tulis tuban terlihat pada motif dengan nama yang religious seperti kijing miring.
Dahulu batik tulis ini hanya digunakan untuk upacara-upacara tradisional masyarakat Tuban seperti sedekah bumi, pernikahan, pemakaman.
Pada perkembangan jaman, sekarang ini penggunaan batik tulis Tuban tidak hanya untuk upacara-upacara adat, namun telah meluas pada penggunaannya seperti ; taplak meja, sarung bantal, dekorasi, hiasan dinding, model baju modist baik untuk pria dan wanita.
Dari hal-hal tersebut diatas jelaslah bahwa batik tulis tradisional Tuban yang memiliki ciri khas yang unik sangat perlu untuk dilestarikan keberadaannya apalagi potensi pengembangannya sangat prospektif.

Produk Utama/Featured Products


  •                                
Gendhis savindra. Diberdayakan oleh Blogger.