|
Aku Cinta Kamu Selamanya |
Aku cinta kamu selamanya (I LOVE YOU FOREVER)Ini salah satu
hasil karya cerpenis berbakat indonesia aku kira sangat bagus, cerita yang
mengangkat percintaan remaja dan segala permasalahannya. Sedih, romantic,
konyol semua lengkap anda anda semua pecinta cerpen pasti sangat menikmati alur
cerita yang sangat seru haru biru.. ehhehee …ok I will not say much, come
Siang yang begitu melelahkan, hari ini keluargaku sibuk
menata rumah dan mempersiapkan makan siang. Aku Putri anak ke-dua dari mama
papa, aku punya kakak cowok yang super nyebelin, namanya kak Eri. Semua anggota
keluarga sibuk dengan pekerjaanya masing-masing. Aku sendiri sedang
membersihkan debu-debu dengan kemoceng. “uhuk..uhuk..” aku batuk-batuk setelah
debu itu masuk kehidungku. “yee.. kenapa lo? Bengek?.” Kak Erik meledekku.
“apaan sih kak? Aku itu alergi debu tau!”
“alergi??? Yaiyalah kalo debu masuk kehidung pasti batuk .”
“itu tau..ahh kak Eri nih.” Akupun memukul punggung kak Eri
dengan kemoceng. Kami pun terlihat bercanda saat bersih-bersih.
“eh..eh.. kalian itu apaan sih. Udah jangan bercanda ah. Gak
ada waktu lagi ini.” Mama tiba-tiba datang.
“iya mah iya..” kataku nurut.
Setelah semua beres,
aku pun langsung bertanya dengan mama.
“ma, emang ada apa sih? Kok kita beres-beres rumahnya
mendadak.”
“nanti itu ada tamu sayang.” Jawab mama.
“memangnya tamu itu spesial ya mah..” tanyaku lagi.
“hm.. spesial gak ya..” papa tiba-tiba menyahut dari
belakang.
“ih.. papa, aku serius nih” gerutu aku.
“sudah kamu ganti pakaian gih sekarang, habis itu langsung
turun ya.” Perintah mama.
“iya mah.” Tanpa membantah perintah mama, Aku langsung naik
keatas, untuk ganti pakaian.
Setelah aku ganti pakaian aku langsung turun, aku mengenakan
atasan putih trendy masa kini yang lebih casual dengan celana jeans hitam
tanggung yang biasa kupakai. Dan nampaknya tamu itu telah datang. Aku pun
segera menyapa tamu itu. Mama dan papa pun menyuruh aku untuk segera menyantap
makan siang bersama tamu itu. Aku memerhatikan satu per satu tamunya, nampaknya
satu keluarga.
“selamat menikmati makan siang ini, semoga aja suka.” Mama
berkata setelah semua siap untuk menyantapnya.
“sebelumnya, kenalin dulu.. mereka ini anakku.” Mama
tersenyum ramah kepada tante Murni dan om Andi juga anaknya, mereka semua
adalah tamu hari ini.
“kenalin tante aku Erik, ini adikku, Putri.” Kak Erik
langsung bersalaman kepada mereka, disusul aku.
“ohh.. cantik dan tampan ya. Tante juga mau kenalin, ini
anak tante, Rizal ayo salaman!” tante Murni menyuruhnya.
“Om , tante, saya Rizal.” Rizal pun bersalaman dengan mama,
papa, aku dan kak Eri.
Perkenalan pun usai, makan siang pun telah disantap. Kini
saatnya mereka untuk mengobrol dan berbincang-bincang di halaman belakang. Aku
pun pergi dari tempat itu, lalu aku keluar, bergegas kedepan teras. Gimana mau
betah? Orang yang dibicarain juga masalah pertemuan yang udah lamaaa bangettt
mereka tak berjumpa, apalagi waktu itu aku masih belum ada. Sesaat setelah aku
keluar, rasanya aku ingin ke kamar mandi. Lalu aku masuk kedalam rumah.
Tapiiii... ‘brakk...’
“aww.. ahhh!!!” aku ditabrak Rizal yang sedang membawa
minuman soda berwarna merah. Sehingga minuman itu tumpah dibajuku yang berwarna
putih.
“ups! Maaf..maaf.. gak sengaja.” Rizalpun segera
membersihkan bajuku dengan tisu.
“ahh.. apaan sih?” aku melepaskan tangannya yg sedang
mengelap bajuku.
“udah terlanjur.. gak bisa bersih lagi lah. Lagian lo baru
disini juga udah buat ulah. Aneh-aneh aja lo!” akupun langsung naik keatas dan
pergi meninggalkan Rizal yang masih ada di depan ruang tamu.
Setelah kejadian itu, aku gak keluar-keluar dari kamar.
Tetapi, mama memanggilku. Mau nggak mau aku harus turun kebawah. Dengan
perasaan kesal aku turun tangga namun dengan wajah tersenyum. Walau senyumku
palsu!
“sini dong sayang.. kamu kenapa sih dari tadi diatas mulu.
Ada tamu juga. sekarang mereka udh mau pulang.” Ucap mama yang menghampiriku.
lalu aku berjabat tangan dengan om dan tante, tapi tidak
dengan Rizal. Memang, aku masih bete sama dia.
Setelah 2 hari kejadian itu berlangsung..
Aku pulang sekolah...
“assalamualaikum.. mamaa” ucap aku yg tiba-tiba membuka
pintu dan tak kusangka ada tante Murni dan Rizaall!!! Appaaa?? Owhh tidak!!
Ketemu cowok yang super nyebelin dengan gayanya yang sok sok-an itu.
aku pun langsung bersalaman dengan tante Murni. Lalu aku
segera naik keatas untuk ganti baju. Tanpa bersalam sapa dengan Rizal, anak
tante Murni. Setelah beberapa saat, aku turun. Dan aku melihat tidak ada
siapa-siapa di ruang tamu. Memangnya pada kemana ya tamunya? Tanyaku dalam
hati. Tak berpikir lama aku segera ke depan teras, namun yang kulihat hanyalah
Rizal yang sedang duduk didepan teras. Aku tak menghiraukannya, lalu aku segera
berlalu dari tempat itu, namun baru berbelok arah sedikit Rizal memanggilku.
“Putri.. tunggu!!” panggil Rizal yang mengetahui
kehadiranku.
“apa lagi?” dengan tampang jutek aku melirik ke arah dia
yang sedang berdiri dari tempat duduknya.
“oh iya kejadian yang kemaren, gue minta maaf ya” . aku
mendengus kesal, si Rizal masih aja inget kejadian itu. Tau nggak sih? Gue
kesel itu karna baju putih kesayangan gue yang baru beli jadi kotor dan gak
bisa padahal itu baju model trendy masa
kini.dipake lagi. Huh
“maafin gue ya” ucap Rizal lagi. Aku diam. Tapi aku tak bisa
apa-apa untuk melawan.
“huh yaudah iya.” Ucapku dengan nada jengkel.
“maafnya nggak ikhlas nih!” sahut Rizal.
“ehh kata siapa gue ikh..ikhlaas kok.” Ucap aku sedikit
gagap.
“dari nadanya aja ketauan.” Lirik Rizal dengan gayanya yang
sok meyakinkan.
Emang nyebelin yah tuh anak. Tau aja kalau gue masih belum
ikhlas. Tapi, buat apa ya gue terusin. Harusnya gue gak boleh begini, gue harus
ikhlas dong. Aku pun melirik dia dengan ucapanku yang meyakinkan.
“oke.. gue ikhlas. Udah lupain aja kejadian itu.” Jawab aku
tenang.
“serius. Kalau perlu gue ganti deh baju lo” Ucap rizal yang
sekarang ada dihadapanku.
“ngg..nggak usah.” Aku menolaknya.
“yakin?”
“iya yakin”
“kalau gitu senyum dulu dong.” Pinta Rizal sambil tertawa.
“ih.. apaan sih. Nih gue senyum. Puaasss??” jawab aku sambil
menunjukan senyumanku.
“nah.. gitu kan jadi manis.” Ledek Rizal.
Akupun hanya tertawa mendengar ledekan Rizal itu. Dia bisa
bikin gue tersenyum. Tapi aku tak memikirkan hal itu. Kini hubungan aku dan
Rizal berjalan biasa saja. Sesaat kejadian itu, aku yang baru keluar mengambil
minuman, melihat Rizal sedang memainkan gitar. Hmm.. ternyata ia pandai juga
memainkannya. Siswa SMA kelas 2 tersebut dengan lembut memainkan gitar dan
suaranya pun tak kalah dengan musisi papan atas Indonesia.
“kenapa lo nggak jadi penyanyi aja?” tiba-tiba aku datang
membawa 2 cangkir minuman ke ruang tamu.
“hm.. gue udah bikin band kecil-kecilan kok, tapi gue masih
sibuk sekolah.” Jawab Rizal.
“oohh.. bagus.” Aku mengangguk tersenyum.
“lo mau gue nyanyiin lagu apa?” Rizal menawarkan aku.
“eh.. boleh? Hm.. kalau gitu apa aja deh.”
Rizal pun memainkan gitar dan menyanyikan sebuah lagu. Tapi
kenapa lagu itu romantis ya kedengarannya. Aku hanya tersenyum. Tapi apa arti
senyumku ini? Apakah senang? Bahagia? Atau bangga? Aku nggak tau kenapa
tiba-tiba aku jadi respect kalau dekat Rizal.
Beberapa bulan kemudian...
Aku merasa kesepian, apa karna ini aku sedang menjomblo ya?
Mungkin sih? Tapi aku bahagia. Aku masih membayangkan sosok Rizal yang ternyata
tidak seburuk yang aku kira. Aku begitu menyesal waktu itu pernah membencinya.
Kini aku begitu merindunya. Hah? Perasaan apa ini? Tiba-tiba datang
menghampiriku. Pertemuan dengannya waktu itu membuat aku terus memikirkannya.
Tiba-tiba......
‘tok-tok-tok....’ suara pintu membuyarkan lamunanku. Aku
terhenyak, lalu aku bangkit membuka pintu. ‘ckrreeekk’...
“Rizal!!!!” aku kaget.
“Putri.. apa kabar?” Rizal datang kerumah dengan membawa
gitar yang sedang dipegangnya.
“g..gue baik. lo kesini sendiri?” tanya aku.
“iya gue sendiri.”
“hm.. kalau gitu masuk aja.” Ajak aku.
Aku dan Rizal pun masuk, lalu pergi ke halaman belakang. Aku
membawakannya minuman, lalu aku duduk. Ia pun sedang asik memainkan gitarnya.
Lalu kami berbincang-bincang.
“hmm.. ada apa lo kesini? Tumbennya ?” ucapku memulai
perbincangan.
“gak tau. gue bete aja dirumah. Jadi gue kesini.” Jawab
Rizal tenang.
“haha emangnya ada apa sama rumah gue? Emang bisa bikin bete
lo ilang apa?” ledek aku.
“hahaha gak tau yaa kenapa?” Rizal pun tertawa.
“oh ya tapi gue kesini punya alasan lho!” lanjut Rizal.
“alasan apa?” tanyaku penasaran.
“karna gue mau kasih sesuatu ke lo.” Tiba-tiba Rizal berubah
menjadi lebih lembut.
“apa itu?” tanyaku lagi makin penasaran.
“gue mau persembahkan lagu ini ke lo.” Lalu Rizal
menyanyikan lagu dengan lantunan gitar dan dengan nada yang romantis.. lalu
Rizal berkata...
“Putri... gue suka sama lo. Mau nggak kamu jadi pacar aku?”
‘ DERRRRR!!!!’ bagaikan suara tembakan yang menggelegar
ditelingaku. A..a..akuu.. terharu. Akupun tak menyangka bila Rizal akan berkata
seperti itu. Jujur, aku senang mendengarnya. Namun aku belum siap untuk
menjawabnya.
“maaf.. mungkin bagimu ini mendadak. Tapi aku telah
memutuskan semua ini lama. Aku mulai merasa sangat nyaman bila berada
didekatmu. Namun apakah salah aku berkata seprti ini kekamu?” tiba-tiba Rizal
berkata dengan lembutnya, bahkan dia mengucapkan kata aku dan kamu. Romantis,..
“tapi..?”
“tapi apa?, jawab yaa, mau nggak kamu jadi pacar aku?”
aduuhh.. gimana yaa? Gimana nii? Aku bingung? Bagiku ini sih
terlalu cepat. Tapi... aku gak mau nyia-nyiain kesempatan ini. Lagipula, kan
aku lagi jomblo. Dan aku merasa kesepian. Siapa tau aja dia bisa menghibur aku.
Apa aku terima aja ya? Aku coba terima deh...
“aa..a..aku aku mau” akupun menjawabnya, dan tiba-tiba Rizal
meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat. Aku hanya tersenyum.
Kini rasa bahagia menyelimuti hatiku, aku bagaikan tertiup
angin semilir yang membawa cinta diudara. Badanku gemetar, hatiku tak sanggup menahan
kuasa cintanya. Ternyata, aku mulai membayangkan sosok yang ada dihadapanku
ini. Kini aku akan melewati hari-hariku dengannya. Jantung ini tak berhenti
berdegup kencang. Menandakan bahwa cintaku ada didekat sini. Rasa itu?? Tak
akan pernah berhenti hingga ku lewati hari-hariku terus bersamanya. Semakin
hari.. semakin sayang.., makin berganti bulan , makin mesra pula. Aku yang akan
duduk di bangku SMA kelas 1, menyambut hari bahagianya Rizal yang kini telah
lulus SMA dan sudah mulai kuliah. Aku merasa senang. Meskipun beda usia. Bukan
berarti cinta kita berbeda. Aku menyayanginya begitu tulus. Sehingga, tak
kusangka aku sudah melewati 2 tahun lamanya kita berpacaran. Aku dan Rizal pun
tak menyangka. Kita yang slalu jarang bertemu. Karna Rizal, sosok yang tengah
sibuk akan bandnya. Kuliahnya kini, dan sering pulang-pergi keluar kota karna
kontrak tertentu. Walau aku menjalani cinta long distance relation-ship ,aku
tetap bahagia. Sampai sekarang hubungan kita baik-baik aja.
Sampai pada waktunya cinta kita dipertemukan pada akhir
desember.
“aku bete..! eh Rizal lagi ada di TL nih!” aku yang bete
didalam kamar, membuka handphone dan mengecek twitter, melihat ada Rizal yang
lagi on twiit sekarang. Wajahku pun berseri-seri.
“tapi ini siapa yah? Kok ada akun cewek lain yg berinteraksi
sama dia.” Aku bertanya dalam hati. Tapi aku tak mempermasalahkan itu. Ya, aku
sedang senang, karna hari ini Rizal ada di Jakarta. Akupun ingin memberi
surprise ke dia. Tak berpikir panjang aku segera ganti baju dan berangkat kerumahnya
dengan diantar supir pribadiku. Sepanjang perjalanan, aku mulai berfikir.
Mengapa Rizal tak mengabariku kalau dia ada di Jakarta sekarang. Tapi kenapa
dia malah update status di twitter, dan mentionan sama orang lain. Bahkan itu
adalah cewek lain. Aku mulai curiga, tapi dalam hati kecilku aku harus berfikir
positif. Sesampainya didepan gerbang rumah Rizal. Aku masuk dan megetuk pintu
rumah Rizal.
“Putrii??!!” sapa tante Murni, setelah membukakan pintu itu.
“iya tante, saya kesini mau cari Rizal tan, Rizalnya ada?”
tanya aku langsung tanpa basa-basi.
“Rizalnya baru aja pergi. Memangnya ada apa?”
“eng.enggak kok tan. Cuma pengen ketemu aja. Hm.. Rizalnya
pergi kemana ya tan, kalo boleh tau?”
“Rizal sih biasanya pergi ke studionya.” Jelas tante Murni.
“yaudah deh, oh ya nih tan ada kue buatan mama. Silahkan
dicoba ya tante.” Aku memberikan sekotak kue untuk tante Murni, yang aku
persiapkan sebelum berangkat.
“makasih ya Putri, pasti ini enak.”
“sama-sama tante, aku pergi dulu ya.” Akupun langsung pamit.
Lalu segera pergi ke studio dimana Rizal berada. Sesampainya aku disana, aku
langsung memasuki ruangan yang ada dalam studio itu. Rasanya nyaman. Ruangannya
pun sepi. Tapi inikan baru dilantai bawah. Aku segera naik keatas dilantai 2
biasa Rizal dkk berlatih vokal dan musik. Suara alunan musik pop sudah
terdengar, menandakan memang ada yang berlatih disitu. Tak kelak suara Rizal
yang mengalir melankholis. Aku semakin bersemangat menaiki tangga demi tangga.
Ketika sampai akupun disambut oleh kawan-kawan Rizal yang sedang berlatih, ada
Ando di drum, Madi di gitar 1, Raka di gitar 2, dan Indra di bass. Mereka
sangat senang dengan kehadiranku ini. Apalagi Rizal yang langsung menyambutku
dengan sebuah pelukan. Rasanya bahagia banget... tapiii?? Ketika berada didalam
pelukan Rizal aku melihat seseorang yang duduk disudut sofa. Cantik. Siapakah
dia?
Aku mulai penasaran. Segera kulepas pelukan Rizal. Dan
menatapnya.
“Rizal, itu siapa?” tanyakku dengan lembut.
“ohh ini.. kenalin dia partner kerjaku, Vika.” Tunjuk Rizal
dengan senyuman ramah pada Vika.
Vika? Tunggu tunggu? Kayaknya pernah kukenal namanya. Dimana
ya? Oh? Hampir aja lupa? Kini aku ingat. Dia Vika. Yang sempat aku lihat
namanya terpampang di TimeLine. Tapi...
“ayo kenalan!!” ajak Rizal yang menggandengku kearah Vika.
“hey kenalin, aku Vika.” Ujar cewek itu yang segera beranjak
dari sofanya, dan ternyata selain dia cantik, dia juga tinggi... aku pun merasa
terlihat pendek. Ya, maklum aku kan masih dalam masa-masa pertumbuhan anak SMA.
Wajar aja kalau tinggi tubuhkan tak kurang dari 160 cm.
“aku Putri.” Akupun menerima jabat tangannya dengan senyuman
yang penuh tanda tanya. Mengapa tanda tanya? Karna aku masih penasaran hubungan
Vika dengan Rizal. Mengapa dia berdua nongol di TL? Seberapa sibuknya Rizal
sampai sempat membalas tweet Vika dibanding aku yang juga udah berkali-kali
menanyakan kabarnya lewat twitter. Satupun belum ada yang dia balas. Tapi.. aku
masih penasaran apasih yang dia bicarain di TL. Akupun segera menyandarkan
tubuhku ke sofa. Rizal yang sedari tadi memperhatikan tingkahku hanya tersenyum
jahil kepadaku. Akupun sedikit meliriknya. Tetapi tidak menghiraukannya.
Merekapun akhirnya melanjutkan latihannya. Lalu akupun sibuk dengan urusanku
sendiri. Kuraih handphone-ku yang berada dalam saku. Kubuka twitter,
lalu...???!!! apa??!! Apa yang aku lihat barusan. Tidak mungkin seorang partner
ada hubungan spesial seperti ini. Kulirik Rizal dan Vika bergantian, namun
sesaat aku menengok kearah Vika, ada tatapan yang begitu mendalam ke Rizal.
Kenapa dia menatap seperti itu? Apa jangan-jangan dia suka? Kulihat lagi Rizal
yang masih fokus pada vokalnya itu. Lalu kupalingkan padanganku pada layar yang
terpampang pada twitterku kali ini.
iyaa sama2 Vika Sayang {} RT @Vika21 oke makasih ya Rizal
kece ;;) RT @Rizal_pradana sip ditunggu ya hari ini ;)
Aku terdiam. Wajahku tak bergerak, bola mataku hanya fokus
pada layar kecil yang ada ditanganku. Aku memperhatikan kata demi kata. Mengapa
Rizal bisa bilang sayang ke orang lain selain aku. Aku menatap Rizal dalam. Bingung.
Hanya itu yang aku lihat dari kejauhan. Rizal yang masih terlihat fokus pada
latihannya sama sekali tidak melihat kearahku. Tapi tak apa. Sehingga dia tidak
melihatku yang nampak curiga. Aku juga tidak ingin seperti ini. Tapi...
“Rizal aku pulang dulu ya..!” kuraih tas kecilku dan
beranjak dari sofa lalu berjalan menuju tangga yang membawaku turun dari lantai
2.
“Putri!! Tunggu!!” Rizal pun memanggil-manggil namaku tapi
aku tak menghiraukannya. Kulihat dia sedang berlari mengejarku yang sudah turun
ke lantai bawah. Aku terus berjalan cepat, ketika aku ingin membuka pintu
keluar. Rizal langsung meraih tanganku, dan menarikku kedalam.
“Putri kamu kenapa sayang? Kenapa tiba-tiba kamu pergi, ada
apa?” Rizal menatapku heran. Aku bingung. Entah harus apa yang aku katakan.
“aa-a-aku.. aku gak kenapa-napa, aku Cuma pengen pulang
aja.” Aku tergagap, karna bingung harus jawab apa.
“kamu yakin gak kenapa-napa. Aku lihat muka kamu tiba-tiba
beda sayang. Kamu kenapa?” tanya Rizal lagi yang masih belum percaya.
“aku.. aku mau pulang!” aku menaikan alis dan sedikit keras
mengeluarkan suara.
“yaudah aku antar yaa..” Rizal langsung memeluk aku, dia
mengelus bahuku. Aku hanya diam dalam pelukan. Aku nggak sanggup. Aku nggak
sanggup bila harus kehilangan Rizal. Rizal begitu sayang sama aku. Nggak
mungkin kalau dia mengkhianati aku. Aku harus positif thingking. Karna siapa
tau, analisa aku salah.
“nggak usah. Aku bisa pulang sendiri. Lagipula, kamu belum
selesai kan latihannya?” aku melepaskan pelukan Rizal dan menatapnya.
“aku bisa lanjutin nanti kok latihannya. Yang penting aku
mau antar kamu pulang dulu.” Ujar Rizal seraya membelai pipi mulusku. Dia
menatapku begitu dalam. Aku bisa merasakannya. Saat ini aku bisa mendengar
detak jantungnya untukku. Kutatap dia penuh cahaya. Aku bisa meraih lehernya,
sekarang dia begitu dekat denganku. Sebuah jarak bisa diukur dengan jari. Aku
memejamkan mata, kurasakan denyut jantungku terasa lebih cepat. Bibirku mulai
gemetar, bisa kurasakan ada yang ingin menyentuhku saat ini. Kunikmati itu
semua. Namun, kurasa cukup lama. Aku tak mau mengganggunya latihan, pikirku.
“yaudah, yuk pulang!” ucapku setelah melewati masa berumanku
tadi.
Rizal mengangguk senang. Dia tersenyum. Manis sekali.
Kusejajari langkahku bersama pacarku ini. Aku menggandengnya selama di
perjalanan menuju parkiran. Tak hayal, canda tawa kita lalui sama-sama. Kagum.
Dia begitu ceria. Sehingga, semuanya berlalu begitu cepat.
“nggak nyangka, udah nyampe rumah aja” ucapku dalam canda
setelah sampai didepan gerbang rumahku.
“hahaha.. bilang aja kamu masih pengen sama aku, ya kan?”
ledek Rizal sambil menarik hidungku yang gak terlalu mancung, tapi gak pesek.
“udah ah, sakit tau.”
“apa kamu masih mau aku temenin seharian ini, kan kita udah
2 bulan gak ketemu.” Sahut Rizal. Serius nampaknya.
“aku... hm... tapi gimana dengan latihanmu? Kasihan
anak-anak pasti nunggu kamu disana.” Tak kalah seriusnya dengan Rizal.
“yee.. itu tau. Berarti kamu ngerti ya, kamu emang pacarku
yang paliinngg ngertiin aku deh.” Ledek Rizal yang tiba-tiba berubah jadi nggak
serius lagi. Dengan tampang yang nyebelin, sambil mencolek daguku yang hampir
aja bikin aku kaget.
“oohh.. ternyata kamu gituu yaa.. yaudah deh sana-sana gih
latihan.” Ucapku pura-pura marah, lalu keluar dari mobil dan menutupnya agak keras.
Sepertinya Rizal kaget, hehehe. Dengan muka yang masih ditekuk aku melangkahkan
kaki menuju pintu. Tapi tanganku seketika ditarik dari belakang. Aku menoleh.
Tak lain adalah Rizal. Dia masih belum pergi.
“apa lagii??? Bukannya sekarang harus latihan ya.” Ujarku
jengkel.
“tapi aku masih kangen sama kamu, apalagi kalau kamu lagi
cemberut, makin manis dilihat.”
“apa kamu bilang?? Uhh,,” aku menggertak rahangku, membuat
Rizal agak mundur.
“udah udah.. kamu jangan marah dong sayang. Maaf ya aku
bikin kamu jengkel terus.”
“yaudah sana. Aku mau masuk dulu.” Aku membalikan tubuhku
kearah pintu.
“tunggu sayang, ada yang ketiggalan?”
“apa?” setelah aku menoleh, tiba-tiba kecupan mendarat tepat
dikeningku. Aku tersipu malu. Disaat saat seperti ini, Rizal masih aja ya
ngelakuin ini. Dimana udah 2 bulan lebih aku nggak mendapatkan kecupan seperti
yang biasa dilakukan Rizal.
“aku sayang kamu. Jangan lupa nanti kamu aku telfon ya.. aku
ingin denger suara kamu yang cempreng itu. Aku tunggu ya sayang.” Ucap Rizal
lembut seraya membelai rambutku yang lurus sebahu.
“iya sayang, pasti.” Aku tersenyum bahagia. Bahagia sekali.
“oh ya, aku tahu kenapa kamu tadi buru-buru minta pulang.”
Tanya Rizal tiba-tiba.
“kenapa?”
“pasti kamu cemburu ya lihat Vika tadi.”
“e..enggak kok. Apa sih yang aku cemburuin. Lagi dia bukan
siapa-siapa kamu kan?”
“jelas bukan lah, dia Cuma partner kerja aku sekarang. Tapi
sebelumnyaa....”
“sebelumnya apa?” tanyaku jadi penasaran.
“sebelumnya dia sempet jadi teman dekatku beberapa tahun
lalu. Tapi kan sekarang aku udah jadi milik kamu, nggak mungkin dong aku
berpaling ke dia. Walaupun dia kelihatannya masih suka sama aku.” Rizal
menjelaskan. Aku hanya diam. Terpaku.
“ja..jadi dia suka sama kamu.?”
“iyaa.. tapi itu dulu sayang, sekarang gak tau deh yang
sebenarnya. Udah kamu jangan dipikirin lagi ya”
“tapi..tapi tadi kenapa kamu bilang sayang sama dia di akun
twitter?”
“ohh.. itu. Ehh gapapa kok, Cuma mau ngasih penghargaan aja
sama dia. Dia udah mau bantuin aku nyusun jadwal manggung aku yang bentrok, terus
dia juga yang atur latihan kita. Udah itu aja kok sayang, kamu cemburu yaa...”
jelas Rizal sambil meledekku.
“eng..enggak kok, awas yaa kalau kamu ada apa-apa sama dia.”
“tuh kann.. ketahuan nih kalau cemburu. Gapapa kok sayang,
cemburu itu tanda cinta.”
“iya deh sayang iya, iyaa cembuuru sama kamu, karna aku
sayang dan cintaaa sama kamu. Udahkan sayang puass??!” aku mendelik kesal.
Walau hanya pura-pura. Dalam hati aku tersenyum bahagia.
“haha.. kamu nih slalu bikin aku tertawa, yaudah aku balik
dulu ke studio ya? Nanti aku telfon kamu. Bye sayang, jangan lupa makan ya?!”
ucap Rizal seraya jalan menuju ke gerbang.
“oke.. kamu hati-hati ya sayang” tak kalah aku juga memberi
perhatian pada Rizal.
“siipp. I Love You.”
“I Love You too”
Betapa bahagianya aku saat ini. Sempat
aku berpikiran yang aneh-aneh terhadap Rizal. Aku mengira dia mengkhianati aku.
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika berpikiran seperti itu. Wajar aja,
karna aku sangat sayang sama kamu. Aku merebahkan tubuhku diatas ranjang, ketika
sudah sampai dikamar. Mengambil pigura yang terletak di meja, tak jauh dari
ranjangku. Aku membayangkan sosok itu. Rizal yang aku sayangi saat ini. Sampai
kapanpun. Dia selalu membuatku bahagia. Kupeluk pigura bersama sosok itu dalam
dekapan. Kupejamkan mataku, kubayangkan lagi masa-masa terindah dalam hidupku.
Berwarna, ketika bersama dia. Intinya, kita berkomitmen saling menjaga perasaan
masing-masing.
Kalausudah begini aku teringat salah satu penggal SYA’IR salam sebuah lagu.
Ada
satu nama hingga saat ini masih ku abadikan di dalam hatiku dengan satu rasa dalam satu cinta hanya kita yang tahu dalam mana telah cinta kita memutik tidak
sedikit pun kasih ku kepadamu surut dan berubah.
Semoga hubungan ini
akan selamanya berjalan. Menuai asa cinta yang sesungguhnya. Melayang jauh aku
kemasa-masa yang akan datang. Hanya satu, aku hanya ingin bersamanya nanti.
Menjadi yang terbaik, untuk hidupnya dan untuk hidupku. Tuhan.. jaga cintaku
ini. Jangan sampai pergi, karna aku
hanya mencintai ciptaanmu yang satu ini. Sungguh aku sangat menyayanginya.
Hening. Akupun terlelap dalam angan, dan bayangan.
by : Putry