Rabu, 23 Desember 2015

on 2 comments

Rintik Hujan Di Bulan Desember (surat untuk Daniel)


https://cahkenongo.blogspot.com
Rintik Hujan Di Bulan Desember

Denting suara derai butiran air hujan jatuh di atas genteng kamarku buru buru aku menutup jendela kamar agar sang bayu tak masuk membawa Kristal bening itu. Mendung dan hujan di bulan desember… aaacchh 2 tahun sudah kenanganku terhadapmu HONEY.. L L  Rintik Hujan Di Bulan Desember (surat untuk Daniel) itu adalah cerita yang tanpa sengaja aku tulis, dalam keisenganku.. 2 hari lagi saudara kita yg beragama nasrani akan merayakan natal(merry crismas) dan tahun akan berganti “ vacation tahun baru bersamamu pasti akan sangat bahagia” tapi itu hanya angan.

Sisi lembut menyerangku di saat aku sedang memikirkanmu. Cukup kusyukuri bahwa perasaan tak tegaku muncul terlambat. Jika sedari tadi, pasti aku takkan ada di sini.
Aku menyandarkan kepala ke jendela. Mengamati rintik hujan di luar sana menabrakkan diri pada kaca hingga terlihatlah anak sungai kecil terasa layaknya lukisan abstrak yang indah namun mampu mengiris hati.

Aku seperti mengenang lelehan air mataku yang beberapa tahun lalu kau tinggalkan tanpa perasaan. Akankah kau masih di sana? Menangis tersedu-sedu seraya menatap punggungku yang perlahan menjauh lalu menghilang. Tak mungkin kan kau masih di sana di saat hujan lebat seperti ini?

Perlahan, semakin aku menatap langit gelap serta rintik hujan yang kian deras, aku semakin mengkawatirkanmu. Karena aku tahu kau cowok yang begitu nekat sekaligus rapuh.
Maafkan aku… Meskipun mungkin kau masih di sana, aku tetap tak mampu menghampirimu. Perpisahan ini adalah jalan satu-satunya bagi kita. Layaknya awan kelabu yang menjatuhkan hujan hingga ke dasar tanah lalu sosoknya perlahan menghilang agar pelangi dapat menampilkan keindahannya. Seperti itulah kita. Demi kau aku rela menghilang agar kau terus ada di sana terlihat indah nan memukau seperti kupu kupu.

Semoga ada yang menerangi sisi kegelapan ini.
menunggu…
Seperti kupu kupu, setia menunggu pada saat musim semi tiba…

“Lihatlah, awan mendung di langit itu! Sebentar lagi hujan akan tiba tapi tunggulah selalu ada pelangi sehabis hujan. Meski kau tak selalu tahu dan melihat kemunculannya. Namun percayalah seperti pelangi yang akan tetap membiaskan warna-warna indahnya di langit cerah setelah kegelapan yang disebabkan oleh awan mendung menyelimuti bumi. Seperti itulah kesedihan yang kau derita, suatu saat pasti akan berganti dengan kebahagiaan yang terasa indah,” ujar seorang lelaki berperawakan kecil namun terlihat manis.

Dia memang bukanlah lelaki gagah perkasa yang bisa melindungi gadisnya dengan kekuatan fisik yang hebat. Dia juga bukan tipe lelaki yang dapat dijadikan bahan pamer dengan berjuta kelebihan luar yang mampu memukau mata. namun sikapnya yang selalu sukses menghasilkan rasa nyaman nan hangat bagi yang berada di dekatnya, senyumnya yang terlihat tulus, mata polosnya yang memancarkan kesungguhan merupakan anugerah tersendiri yang dia miliki. Dialah Daniel. Pria lembut yang berperasaan halus.

Gadis yang berdiri di hadapannya, yang tadi ikut serempak mendongak ke langit bersama Daniel beralih menatap lekat lelaki yang berhasil mencuri hatinya. Ada sesuatu yang mengusik benaknya setelah dengan tiba-tiba lelakinya berucap dengan nada rendah nan berat. Belum sempat dia berucap Daniel sudah bersuara.

“Kau akan bahagia. Itu pasti! Percayalah luka yang aku torehkan sekarang takkan berlangsung lama. Selanjutnya hidupmu akan menjadi cemerlang tanpa aku.
Kau adalah Putry yang hebat dan akan lebih hebat lagi tanpa aku di sisimu karena aku hanyalah menjadi batu sandungan bagi kesuksesanmu. Aku ini awan mendung kelabu yang gemar menghalangi keindahan langit Putry. Bukan kah awan kelabu ini harus menyingkir agar pelangi bisa muncul?”

Gadis ini mengernyit tak mengerti. Kata-kata Daniel adalah sesuatu yang terasa sulit dia cerna. Apalagi ketika matanya mengamati ekspresi lelakinya yang sendu. Rasa was-was yang muncul di benaknya sedari tadi semakin membesar menjadi rasa takut. Takut akan kehilangan.

“Ap-apa maksudmu, Niel?” Putry sudah mampu mencerna akan tetapi kini rasa tak percayalah yang menghadangnya untuk bisa mengerti tiap-tiap kata yang terlontar dari bibir Daniel.
Daniel menghela nafas berat, tatapan matanya beralih menyorot hamparan dedaunan pohon Maple yang berayun-ayun terhempas oleh angin lembap nan dingin. Pertanda hujan akan segera datang.

“Pergilah! Ikutlah dengan Mamamu ke Jepang. Di sana kau akan bisa meraih apa yang kau ingini. Segalanya ada untukmu. Jangan bertahan di sini. Di sampingku dan tinggal bersama Papamu yang pemabuk itu. Kami hanyalah pria tak bertanggung jawab yang akan menjadi penghalang bagimu. Kami hanyalah awan gelap yang akan menghalangi keindahan warna-warna pelangimu.”

Suara tenor seorang Pria yang sudah lewat beberapa jam lalu kudengar masih saja terngiang-ngiang dengan jelas. Seolah seperti hantu yang tanpa wujud namun tak juga berhenti bicara. Terus saja mengkumandangkan kata-kata ‘manis’ nan menusuk, membuatku yang menangis di bawah rintik hujan ini semakin merasakan sesak yang amat sangat beserta perih di hati.
Tahu apa kau tentang kebahagiaanku? Bersama Mama memanglah membuat segala yang kuingini terwujud.

“ aku tidak bisa pisah Daniel!!!” teriakku mengumbar segala yang yang menyesaki dada. Aku kembali mendongak sambil menitikkan air mata yang tak nampak karena dengan cepat terhapus oleh rintik hujan. “Niel… Aku tak mau pergi,” gumamku. Percuma memang aku berucap demikian. Toh, dia takkan mendengarnya.
“Tapi kau tetap harus pergi. Kalau kau tak pergi, aku akan membencimu!”

Kata-katanya kembali terngiang. Begitu nyata dan menusuk. Seolah Dia masih ada di sini. Lama dia bergulat dengan pikirannya sendiri seraya terus saja me-review setiap kata yang meluncur tulus namun dingin dari Daniel. Akhirnya hingga pada satu titik dia mulai mengerti.
“Kau bukan awan gelap Niel. Kau adalah matahari. Meski hujan turun namun jika tak ada matahari yang bersinar terik di atas sana, pelangi takkan muncul. Ketahuilah itu.” Seulas senyum meski getir terukir di bibirku. Aku memejamkan mata. Merasai tiap tetes hujan yang mengenaiku. Tak sakit… Sekarang setelah aku memahami apa yang dia inginkan. Aku tak lagi merasakan sakit.

‘Sampai nanti ketika hujan tak lagi meneteskan duka, menetas luka.
Sampai hujan memulihkan luka…
Aku…
Selalu suka sehabis hujan di bulan Desember.’

“Selamat tinggal,” gumam Daniel yang mengintip dari jendela ruang tamu. Menatap gadisnya yang di luar sana tepat di depan rumah mungilnya terlihat menyeret koper besar. Gadis itu berhenti melangkah ketika dia sampai di ambang pintu Taxi yang akan mengantarnya ke Bandara. Daniel yang merasakan bahwa gadisnya akan menatap ke rumahnya menutup tabir cepat. Dia takut bertemu pandang. Dia takut jika melihat mata Putry, maka dia akan berlari ke sana dan menghalangi kepergiannya.

“Daniel…,” gumam Putry ketika matanya menatap ke arah rumah tetangga sejak kecil, orang yang selalu melindunginya layaknya seorang Kakak dan perlahan berubah menjadi kekasihnya. Kakinya melangkah perlahan. Menyeberang bermaksud menyambangi rumah yang tertutup itu. Sepucuk surat dia ambil dari dalam tas kecil yang menggantung di bahunya.

Tepat di depan pintu yang pastinya terkunci rapat itu, dia tak ingin mengetuk. Meski sangat ingin dirinya bertemu dan memeluk lelakinya untuk yang terakhir sebelum dia pergi tapi dia tahu dia tak boleh bertemu. Dia takut kakinya terpaku tak mampu meninggalkan tempat ini.
Setelah hembusan nafas berat dan air mata itu dia usap kasar. Dia membungkuk. Berjongkok. Menyelipkan amplop berisi isi hatinya untuk Daniel dari sela-sela daun pintu. Medorong amplop itu kuat-kuat hingga berhasil masuk ke dalam sana. Seraya berdoa dalam hati agar lelakinya mau membaca isi surat itu. “Kuharap kau mau menungguku, Niel.” Putry berbisik. Selanjutnya dia melangkah pergi dengan langkah terseret tak rela.

“Teruntuk Daniel bodoh…

Meski kau ucapkan selamat tinggal padaku, namun bagiku tak ada kata selamat tinggal bagi kisah kita. Yakinlah, tak hanya sampai di sini pertemuan kita. Kelak kita akan bertemu lagi di bawah rintik hujan bulan Desember. Tidak dengan isak tangis sedih, namun pertemuan dengan isak tangis bahagia.

Niel, kau bukanlah seperti yang ada di pikiranmu. Kau bukan awan mendung yang menutupi keindahanku tapi kau adalah matahari yang bersinar cerah. Komponen penting selain hujan yang membuat munculnya pelangi yang indah. Ingatlah selalu! Kau Matahariku.

Sampai jumpa… Tunggu kedatanganku…

Putry~

Sehabis membaca secarik kertas hasil goresan pena Putry. Sisi rapuhnya muncul tanpa bisa ditahan. Di balik Pintu kokoh ini dia menangis tersedu-sedu. Kakinya melemas hingga duduk tersungkur di lantai rumahnya.
“Entah kapan kau akan datang, aku akan menunggumu, Putry. Sampai jumpa,” ucapnya disertai dengan isakan pilu. Kertas yang digenggamnya sudah tak berbentuk lagi. Kusut dan basah seolah kertas itu adalah visualisasi hatinya yang remuk dan sedih oleh kepergian kekasihnya…



Kamis, 17 Desember 2015

on Leave a Comment

RASA CINTA DI BULAN DESEMBER(love at first sight)”



https://cahkenongo.blogspot.com
love at first sight
Banyak hal yang terjadi di bulan desember tahun ini, “ kisah  dari pergantian musim, hari natal(merry crismas) dan di penghujung tahun ada malam tahun baru(happy new years),.. banyak kenangan kenangan yang terjadi salah satunya adalah perasaanku “RASA CINTA DI BULAN DESEMBER(love at first sight)” . Aku rasa semua orang mempunyai perasaan seperti yang aku tuliskan ini, yaa mungkin tulisan ini bias mewakili untuk perasaan perasaan mereka..



Rintik butir air hujan berjatuhan di tengah malam desember yang sunyi ini, suasana sepi yang menyergap hilang seketika dikala butiran air itu mulai melebur dengan tanah. Hanya tinggal sepasang mata yang masih menangkap dibalik tumpukan embun. Butiran air yang jatuh membawa sepotong demi sepotong kisah masa lalu kembali menarik untuk diperdebatkan dalam kepala ini. Masa depan berlalu seperti kilatan petir yang turun ke bumi, begitu cepat hingga bergabung dengan masa lalu yang lain.

Membayangkan 2 tahun silam hanya selama 2-3 kali kedipan mata. Setiap inchi bagian otak ini dapat merekam dengan baik selembar demi selembar kisah yang aku torehkan pada waktu itu. Wanginya bunga kenanga didepanku pagi itu tak tercium, seakan-akan terkalahkan dengan paras cantik seorang pegawai baru didepan toko kami. Rambutnya panjang terurai diterbangkan angin, angin pagi yang sepertinya juga takjub dengan kecantikan wanita itu. Untuk saat ini saya hanya bisa melihat siluetnya di celah2 beragam bunga di etalase toko ini, oya saya lupa memperkenalkan diri nama saya adalah benno.

Seorang penjaga di toko bunga yang sudah turun temurun dimiliki oleh keluarga saya. Toko ini berada di kawasan kompleks pertokoan yang cukup ramai. Dan ditempat inilah, dibalik sehelai daun kenanga, sepasang mata yang tak pernah berkedip mengamati kecantikan wanita itu. Sudah seminggu belakangan ini saya hanya bisa mengamati dia dari kejauhan. Tidak ada keberanian sama sekali bahkan hanya untuk menyapanya. Jangankan menyapa, bertatap muka pun kami belum pernah. Namun pada minggu ke-2 sejak pertama kali saya melihatnya, sepertinya alam semesta ini menginginkan kita bertemu.

Wangi bunga kenanga inilah yang merasuki indra penciumanya sehingga ia tertarik untuk menuju ke toko kami.

"Permisi mas" sapa lembut sang wanita pegawai baru di toko sebelah itu. "Iya ada yang bisa saya bantu?" Jawabku yang tengah merapikan bunga2, saya belum mengetahui bahwa itu adalah suara wanita yang 2 minggu belakangan ini selalu menggangu pikiranku. Dan ketika saya menoleh, saya ternganga. Dia 3x lipat terlihat lebih cantik ketika berada sedekat ini. Seketika itupun waktu seperti membeku, seakan-akan tuhan mengijinkan saya untuk berlama-lama menatap keindahan wajahnya dari jarak yang sedekat ini. "Mas?" Suara lembutnya meruntuhkan lamunanku, "o..oh, I....iyaa mba?" Suaraku parau terbata-bata. Dia ingin memesan seikat bunga mawar yang sudah dirangkai. suaranya begitu lembut, merayap masuk ke dalam otak.

Terekam dengan begitu baik. Sampai saat ini setelah 10 tahun berlalu, semua itu masih sangat jelas. Rintikan-rintikan hujan semakin banyak, semakin deras mengguyur tanah yang kering karena seharian penuh diterpa terik matahari. Masih matahari yang sama dengan yang 10tahun lalu. matahari pada siang waktu itu seperti ada di setiap sudut-sudut langit, membakar semua yang ditatapnya. panasnya dengan mudah mampu membakar air menjadi uap air. Benno pun merasa sangat gerah pada hari itu, kerongkonganya pun dirasa begitu kering, haus menjalar di sekujur tenggorokanya. Dan pandangan matanya langsung menuju ke coffe shop yang baru berdiri sekitar 3minggu itu di depan tokonya. Coffe shop yang didalamnya bekerja seorang pegawai wanita yang selalu bisa membuat hatinya berdebar-debar. "Ini seharusnya kesempatan untuk ketemu, tp bakal grogi gak ya ntar? Iya, enggak, iya, enggak. Hiss dilema" verno berdebat dengan sisi keraguanya, dan setelah memantapkan diri akhirnya dia nekat untuk kesana. Kali ini si wanita penjaga mengikat rambutnya dengan model ikat jepang, dengan kemeja putih dan rok hitam diatas lutut. Verno tersenyum dari kejauhan. Benno pun langsung menuju ke meja yang kosong, dan wanita itu pun langsung menghampirinya. "Tumben kesini mas, mau pesen apa?"

"Iya ni, lg haus. Capuchino ice satu ya mba" " itu aja mas?" "iya mba anne" matanya sambil melirik papan nama yang menempel di bajunya. Si pelayan itu pun tersenyum dan menjulurkan tanganya. "Nama saya bukan anne, tapi zeetha." Benno pun menyambut tanganya dengan senyum malu. "Saya Benno" dan dia berjanji, saya akan lebih sering ke coffe shop ini. Capuchino ice siang itu berhasil mendinginkan kerongkongan yang kering karena cuaca panas, begitu pun zeetha yang berhasil mendinginkan hati Benno yang panas karena cinta. Semenjak pertemuan mereka pada siang itu, tidak ada lagi tembok keragu-raguan yang menghalangi verno. Dia pun lebih berani menyapanya ketika berpapasan, mampir ke coffe shop nya dikala senggang, dan tertawa lepas di setiap obrolan mereka. Sampai akhirnya mereka berdua berencana untuk pergi berkencan, Malam minggu pertama dengan zeetha, langit malam sangat cerah pada malam itu, gugusan rasi bintang berkelana bebas di atas bumi ini. Sebebas hati ini yang sudah lama tak tersentuh oleh cinta, tergeletak di dalam dada sendiri sangat lama. Tapi berbeda sekarang, semua itu karena zeetha. Dia begitu cantik malam ini, rambut ikat jepangnya kembali menarik untuk dinikmati. Kami duduk di pinggir jalan sambil menikmati jalanan yang senggang malam itu. "tha, sapa Benno memecah keheningan." "Iya Ben?" "Percaya nggak sama yang namanya cinta pandangan pertama?" "Uhuuuk" zeetha pun kaget dgn pertanyaan Benno. "kalo makan doa dulu makanya, jadi batuk kan.

" "Hehee, iya maaf Ben" "Jadi? Percaya ga tha?" "Cinta pandangan pertama ya? Menurutku itu sama aja kayak kamu nemuin segelas air di padang pasir Ben” “maksudnya tha?” “jadi gini, kalo kita nemuin segelas air di padang pasir pastinya kita pengen langsung minum air itu. Padahal kita gak tau air itu bersih atau mengandung racun yang sengaja dipasang disitu untuk jebakan. Begitu halnya dengan cinta pandangan pertama, kita gatau orang itu cocok untuk kita atau malah sebaliknya bertepuk sebelah tangan. Kita harus mengambil resiko untuk memilih, Tetap meminum segelas air itu sambil berharap bahwa air itu tidak mengandung racun, atau mati terkapar karena ternyata air itu beracun. Paham Ben?” “paham tha jadi intinya aku harus ngambil resiko ya?” “aku? Jadi kamu yang lagi love at first sight?” “eh maksudku, itu, anu, apa, pokoknya gitu lah. Cuman mengibaratkan.” Benno terlihat sangat gagap dan mukanya memerah. dan tiba2 Benno langsung meraih tangan zeetha, menggenggamnya begitu erat dan ia tempelkan didadanya. Tepat dibaliknya jantung yang berdegup tidak karuan karena keadaan ini. Sebuah keadaan yang kelak akan merubah dunia mereka, menjadi dunia yang sedikit rumit, rumit yang diakibatkan oleh perasaan yang berkecamuk didalam hati mereka, RASA CINTA. Zeetha, maukah kamu jadi pacarku? Benno mengatakannya begitu lirih, sungguh dengan perasaan. Seakan-akan bukan mulutnya yang mengucapkanya tadi, melainkan sisi didalam hatinya yang mengutarakanya. Mata zeetha berkaca-kaca, dia lah lelaki pertama yang begitu berani mengutarakan ini begitu cepat. Tanpa ingin mengetahui latar belakang dirinya. Tetapi bukan karena ini zeetha menangis, melainkan karena cara Benno dalam mengucapkan kata2 tadi. Belum ada seorang laki2 di dunia ini yang bisa membuatnya menangis hanya dengan mendengar suaranya. Beno lah orangnya, yang mampu membuat zeetha menangis hanya dengan ucapanya. Zeetha pun bingung, kenapa ia bisa menangis hanya dengan mendengar ucapan Benno. Yang jelas dia merasakan ketulusan Benno, sungguh ucapan yang berasal dari lubuk hatinya, zeetha tak dapat lagi berbicara. Dia kemudian memeluk Benno, menjatuhkan tiap tetes air matanya dalam pelukan pria yang akan menjadi pasangan hidupnya mulai malam ini, malam dimana mereka saling mengetahui perasaan satu sama lain, malam dimana bintang-bintang menjadi lebih terang karena ucapan Benno, malam dimana sebuah ucapan yang benar-benar tulus mampu menumpahkan air mata kebahagian, secuil malam yang penuh makna bulan desember. Bulan desember beberpa tahun yang lalu, yang selalu akan teringat ketika desember-desember lain datang meski pada tahun yang sama. Menempel menjadi kenangan.

bulan akhir tahun yang penuh kenangan..... <-_->...

Rabu, 19 Agustus 2015

on 1 comment

Tuban Yang Eksotik Terpancar Dari Keindahan Pantai Sowan


http://cahkenongo.blogspot.com
Pantai Sowan
Kita mengulang sejarah Tuban Dari jaman Raja Airlangga hingga kesultanan mataram pantai pesisir tuban sangat vital keberadaannya,hingga pada masa modern abad 21 ini tuban masih bias memberikan angin segar bagi sumbangan keindahan dalam hal pariwisata terutama dalam hal keindahan pantai yang asri alami dengan tumbuhan mangrove menghiasi bibir pantai.  Jika anda penyuka vacation saya sarankan untuk datang ke kabupaten tuban di kota ini terdapat banyak pantai yang indah nan eksotis, sunset nan jingga merona di saat senja, gerombolan mega laksana emas permata sangat luar biasa .. Tuban yang eksotis terpancar dari keindahan pantai sowan
Bila Anda menuju Tuban dari arah barat (Rembang, Jawa Tengah), tempat menarik yang akan Anda jumpai pertama kali di wilayah Kabupaten Tuban adalah Pantai Sowan. Pantai ini berada di area Perhutani KPH Tuban, tak jauh dari Jalur Pantai Utara Jawa (Pantura) tepatnya di Desa Sowan, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban. Jaraknya sekitar 35 km dari pusat Kota Tuban. Selain pasir putih dan air lautnya yang biru, daya tarik Pantai Sowan adalah suasananya yang masih sangat alami dengan pepohonan yang rindang di tepi pantai. Tak heran kalau pantai ini ramai dikunjungi Warga Tuban di hari libur atau di akhir pekan. Untuk mencapai Pantai Sowan sangat mudah.

Dari Jalur Pantura di Desa Sowan, Anda tinggal belok kiri (bila datang dari arah Rembang) sekitar 1 km hingga Anda tiba di Pantai Sowan. Untuk masuk ke pantai ini Anda dikenakan retribusi sebesar Rp 3.000 per orang. Biaya yang cukup murah untuk menikmati keindahan pantai berpasir putih yang jarang terdapat di Pulau Jawa.


Perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Jawa Timur, pada pinggir jalur Pantura. Sehingga, dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi. Secara administratif, Wana Wisata (WW) Pantai Sowan terletak di Dusun Sowan, Desa Bogorejo, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban. Keadaannya yang dibiarkan apa adanya terkesan alami dan menawarkan seribu pesona keindahan. Ketika ombaknya berdeburan menyentuh batu karang dan rerumputan, ditopang nyiur dedaunan perdu di sepanjang pantainya, menjadikan suasana wisata begitu nyaman untuk dinikmati.



http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan


pantai sowan
http://cahkenongo.blogspot.com/
pantai sowan

Rabu, 12 Agustus 2015

on 1 comment

Aku Cinta Kamu Selamanya



https://cahkenongo.blogspot.com
Aku Cinta Kamu Selamanya

Aku cinta kamu selamanya (I LOVE YOU FOREVER)Ini salah satu hasil karya cerpenis berbakat indonesia aku kira sangat bagus, cerita yang mengangkat percintaan remaja dan segala permasalahannya. Sedih, romantic, konyol semua lengkap anda anda semua pecinta cerpen pasti sangat menikmati alur cerita yang sangat seru haru biru.. ehhehee …ok  I will not say much, come


Siang yang begitu melelahkan, hari ini keluargaku sibuk menata rumah dan mempersiapkan makan siang. Aku Putri anak ke-dua dari mama papa, aku punya kakak cowok yang super nyebelin, namanya kak Eri. Semua anggota keluarga sibuk dengan pekerjaanya masing-masing. Aku sendiri sedang membersihkan debu-debu dengan kemoceng. “uhuk..uhuk..” aku batuk-batuk setelah debu itu masuk kehidungku. “yee.. kenapa lo? Bengek?.” Kak Erik meledekku. “apaan sih kak? Aku itu alergi debu tau!”

“alergi??? Yaiyalah kalo debu masuk kehidung pasti batuk .”

“itu tau..ahh kak Eri nih.” Akupun memukul punggung kak Eri dengan kemoceng. Kami pun terlihat bercanda saat bersih-bersih.

“eh..eh.. kalian itu apaan sih. Udah jangan bercanda ah. Gak ada waktu lagi ini.” Mama tiba-tiba datang.

“iya mah iya..” kataku nurut.
 Setelah semua beres, aku pun langsung bertanya dengan mama.

“ma, emang ada apa sih? Kok kita beres-beres rumahnya mendadak.”

“nanti itu ada tamu sayang.” Jawab mama.

“memangnya tamu itu spesial ya mah..” tanyaku lagi.

“hm.. spesial gak ya..” papa tiba-tiba menyahut dari belakang.

“ih.. papa, aku serius nih” gerutu aku.

“sudah kamu ganti pakaian gih sekarang, habis itu langsung turun ya.” Perintah mama.

“iya mah.” Tanpa membantah perintah mama, Aku langsung naik keatas, untuk ganti pakaian.

Setelah aku ganti pakaian aku langsung turun, aku mengenakan atasan putih trendy masa kini yang lebih casual dengan celana jeans hitam tanggung yang biasa kupakai. Dan nampaknya tamu itu telah datang. Aku pun segera menyapa tamu itu. Mama dan papa pun menyuruh aku untuk segera menyantap makan siang bersama tamu itu. Aku memerhatikan satu per satu tamunya, nampaknya satu keluarga.

“selamat menikmati makan siang ini, semoga aja suka.” Mama berkata setelah semua siap untuk menyantapnya.

“sebelumnya, kenalin dulu.. mereka ini anakku.” Mama tersenyum ramah kepada tante Murni dan om Andi juga anaknya, mereka semua adalah tamu hari ini.

“kenalin tante aku Erik, ini adikku, Putri.” Kak Erik langsung bersalaman kepada mereka, disusul aku.

“ohh.. cantik dan tampan ya. Tante juga mau kenalin, ini anak tante, Rizal ayo salaman!” tante Murni menyuruhnya.

“Om , tante, saya Rizal.” Rizal pun bersalaman dengan mama, papa, aku dan kak Eri.

Perkenalan pun usai, makan siang pun telah disantap. Kini saatnya mereka untuk mengobrol dan berbincang-bincang di halaman belakang. Aku pun pergi dari tempat itu, lalu aku keluar, bergegas kedepan teras. Gimana mau betah? Orang yang dibicarain juga masalah pertemuan yang udah lamaaa bangettt mereka tak berjumpa, apalagi waktu itu aku masih belum ada. Sesaat setelah aku keluar, rasanya aku ingin ke kamar mandi. Lalu aku masuk kedalam rumah. Tapiiii... ‘brakk...’

“aww.. ahhh!!!” aku ditabrak Rizal yang sedang membawa minuman soda berwarna merah. Sehingga minuman itu tumpah dibajuku yang berwarna putih.

“ups! Maaf..maaf.. gak sengaja.” Rizalpun segera membersihkan bajuku dengan tisu.

“ahh.. apaan sih?” aku melepaskan tangannya yg sedang mengelap bajuku.

“udah terlanjur.. gak bisa bersih lagi lah. Lagian lo baru disini juga udah buat ulah. Aneh-aneh aja lo!” akupun langsung naik keatas dan pergi meninggalkan Rizal yang masih ada di depan ruang tamu.
Setelah kejadian itu, aku gak keluar-keluar dari kamar. Tetapi, mama memanggilku. Mau nggak mau aku harus turun kebawah. Dengan perasaan kesal aku turun tangga namun dengan wajah tersenyum. Walau senyumku palsu!

“sini dong sayang.. kamu kenapa sih dari tadi diatas mulu. Ada tamu juga. sekarang mereka udh mau pulang.” Ucap mama yang menghampiriku.
lalu aku berjabat tangan dengan om dan tante, tapi tidak dengan Rizal. Memang, aku masih bete sama dia.
Setelah 2 hari kejadian itu berlangsung..

Aku pulang sekolah...

“assalamualaikum.. mamaa” ucap aku yg tiba-tiba membuka pintu dan tak kusangka ada tante Murni dan Rizaall!!! Appaaa?? Owhh tidak!! Ketemu cowok yang super nyebelin dengan gayanya yang sok sok-an itu.
aku pun langsung bersalaman dengan tante Murni. Lalu aku segera naik keatas untuk ganti baju. Tanpa bersalam sapa dengan Rizal, anak tante Murni. Setelah beberapa saat, aku turun. Dan aku melihat tidak ada siapa-siapa di ruang tamu. Memangnya pada kemana ya tamunya? Tanyaku dalam hati. Tak berpikir lama aku segera ke depan teras, namun yang kulihat hanyalah Rizal yang sedang duduk didepan teras. Aku tak menghiraukannya, lalu aku segera berlalu dari tempat itu, namun baru berbelok arah sedikit Rizal memanggilku.

“Putri.. tunggu!!” panggil Rizal yang mengetahui kehadiranku.

“apa lagi?” dengan tampang jutek aku melirik ke arah dia yang sedang berdiri dari tempat duduknya.

“oh iya kejadian yang kemaren, gue minta maaf ya” . aku mendengus kesal, si Rizal masih aja inget kejadian itu. Tau nggak sih? Gue kesel itu karna baju putih kesayangan gue yang baru beli jadi kotor dan gak bisa  padahal itu baju model trendy masa kini.dipake lagi. Huh

“maafin gue ya” ucap Rizal lagi. Aku diam. Tapi aku tak bisa apa-apa untuk melawan.

“huh yaudah iya.” Ucapku dengan nada jengkel.

“maafnya nggak ikhlas nih!” sahut Rizal.

“ehh kata siapa gue ikh..ikhlaas kok.” Ucap aku sedikit gagap.

“dari nadanya aja ketauan.” Lirik Rizal dengan gayanya yang sok meyakinkan.

Emang nyebelin yah tuh anak. Tau aja kalau gue masih belum ikhlas. Tapi, buat apa ya gue terusin. Harusnya gue gak boleh begini, gue harus ikhlas dong. Aku pun melirik dia dengan ucapanku yang meyakinkan.

“oke.. gue ikhlas. Udah lupain aja kejadian itu.” Jawab aku tenang.

“serius. Kalau perlu gue ganti deh baju lo” Ucap rizal yang sekarang ada dihadapanku.

“ngg..nggak usah.” Aku menolaknya.

“yakin?”

“iya yakin”

“kalau gitu senyum dulu dong.” Pinta Rizal sambil tertawa.

“ih.. apaan sih. Nih gue senyum. Puaasss??” jawab aku sambil menunjukan senyumanku.

“nah.. gitu kan jadi manis.” Ledek Rizal.

Akupun hanya tertawa mendengar ledekan Rizal itu. Dia bisa bikin gue tersenyum. Tapi aku tak memikirkan hal itu. Kini hubungan aku dan Rizal berjalan biasa saja. Sesaat kejadian itu, aku yang baru keluar mengambil minuman, melihat Rizal sedang memainkan gitar. Hmm.. ternyata ia pandai juga memainkannya. Siswa SMA kelas 2 tersebut dengan lembut memainkan gitar dan suaranya pun tak kalah dengan musisi papan atas Indonesia.

“kenapa lo nggak jadi penyanyi aja?” tiba-tiba aku datang membawa 2 cangkir minuman ke ruang tamu.

“hm.. gue udah bikin band kecil-kecilan kok, tapi gue masih sibuk sekolah.” Jawab Rizal.

“oohh.. bagus.” Aku mengangguk tersenyum.

“lo mau gue nyanyiin lagu apa?” Rizal menawarkan aku.

“eh.. boleh? Hm.. kalau gitu apa aja deh.”
Rizal pun memainkan gitar dan menyanyikan sebuah lagu. Tapi kenapa lagu itu romantis ya kedengarannya. Aku hanya tersenyum. Tapi apa arti senyumku ini? Apakah senang? Bahagia? Atau bangga? Aku nggak tau kenapa tiba-tiba aku jadi respect kalau dekat Rizal.

Beberapa bulan kemudian...
Aku merasa kesepian, apa karna ini aku sedang menjomblo ya? Mungkin sih? Tapi aku bahagia. Aku masih membayangkan sosok Rizal yang ternyata tidak seburuk yang aku kira. Aku begitu menyesal waktu itu pernah membencinya. Kini aku begitu merindunya. Hah? Perasaan apa ini? Tiba-tiba datang menghampiriku. Pertemuan dengannya waktu itu membuat aku terus memikirkannya. Tiba-tiba......
‘tok-tok-tok....’ suara pintu membuyarkan lamunanku. Aku terhenyak, lalu aku bangkit membuka pintu. ‘ckrreeekk’...

“Rizal!!!!” aku kaget.

“Putri.. apa kabar?” Rizal datang kerumah dengan membawa gitar yang sedang dipegangnya.

“g..gue baik. lo kesini sendiri?” tanya aku.

“iya gue sendiri.”

“hm.. kalau gitu masuk aja.” Ajak aku.

Aku dan Rizal pun masuk, lalu pergi ke halaman belakang. Aku membawakannya minuman, lalu aku duduk. Ia pun sedang asik memainkan gitarnya. Lalu kami berbincang-bincang.

“hmm.. ada apa lo kesini? Tumbennya ?” ucapku memulai perbincangan.

“gak tau. gue bete aja dirumah. Jadi gue kesini.” Jawab Rizal tenang.

“haha emangnya ada apa sama rumah gue? Emang bisa bikin bete lo ilang apa?” ledek aku.

“hahaha gak tau yaa kenapa?” Rizal pun tertawa.

“oh ya tapi gue kesini punya alasan lho!” lanjut Rizal.

“alasan apa?” tanyaku penasaran.

“karna gue mau kasih sesuatu ke lo.” Tiba-tiba Rizal berubah menjadi lebih lembut.

“apa itu?” tanyaku lagi makin penasaran.

“gue mau persembahkan lagu ini ke lo.” Lalu Rizal menyanyikan lagu dengan lantunan gitar dan dengan nada yang romantis.. lalu Rizal berkata...

“Putri... gue suka sama lo. Mau nggak kamu jadi pacar aku?”
‘ DERRRRR!!!!’ bagaikan suara tembakan yang menggelegar ditelingaku. A..a..akuu.. terharu. Akupun tak menyangka bila Rizal akan berkata seperti itu. Jujur, aku senang mendengarnya. Namun aku belum siap untuk menjawabnya.

“maaf.. mungkin bagimu ini mendadak. Tapi aku telah memutuskan semua ini lama. Aku mulai merasa sangat nyaman bila berada didekatmu. Namun apakah salah aku berkata seprti ini kekamu?” tiba-tiba Rizal berkata dengan lembutnya, bahkan dia mengucapkan kata aku dan kamu. Romantis,..

“tapi..?”

“tapi apa?, jawab yaa, mau nggak kamu jadi pacar aku?”
aduuhh.. gimana yaa? Gimana nii? Aku bingung? Bagiku ini sih terlalu cepat. Tapi... aku gak mau nyia-nyiain kesempatan ini. Lagipula, kan aku lagi jomblo. Dan aku merasa kesepian. Siapa tau aja dia bisa menghibur aku. Apa aku terima aja ya? Aku coba terima deh...

“aa..a..aku aku mau” akupun menjawabnya, dan tiba-tiba Rizal meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat. Aku hanya tersenyum.

Kini rasa bahagia menyelimuti hatiku, aku bagaikan tertiup angin semilir yang membawa cinta diudara. Badanku gemetar, hatiku tak sanggup menahan kuasa cintanya. Ternyata, aku mulai membayangkan sosok yang ada dihadapanku ini. Kini aku akan melewati hari-hariku dengannya. Jantung ini tak berhenti berdegup kencang. Menandakan bahwa cintaku ada didekat sini. Rasa itu?? Tak akan pernah berhenti hingga ku lewati hari-hariku terus bersamanya. Semakin hari.. semakin sayang.., makin berganti bulan , makin mesra pula. Aku yang akan duduk di bangku SMA kelas 1, menyambut hari bahagianya Rizal yang kini telah lulus SMA dan sudah mulai kuliah. Aku merasa senang. Meskipun beda usia. Bukan berarti cinta kita berbeda. Aku menyayanginya begitu tulus. Sehingga, tak kusangka aku sudah melewati 2 tahun lamanya kita berpacaran. Aku dan Rizal pun tak menyangka. Kita yang slalu jarang bertemu. Karna Rizal, sosok yang tengah sibuk akan bandnya. Kuliahnya kini, dan sering pulang-pergi keluar kota karna kontrak tertentu. Walau aku menjalani cinta long distance relation-ship ,aku tetap bahagia. Sampai sekarang hubungan kita baik-baik aja.

Sampai pada waktunya cinta kita dipertemukan pada akhir desember.

“aku bete..! eh Rizal lagi ada di TL nih!” aku yang bete didalam kamar, membuka handphone dan mengecek twitter, melihat ada Rizal yang lagi on twiit sekarang. Wajahku pun berseri-seri.
“tapi ini siapa yah? Kok ada akun cewek lain yg berinteraksi sama dia.” Aku bertanya dalam hati. Tapi aku tak mempermasalahkan itu. Ya, aku sedang senang, karna hari ini Rizal ada di Jakarta. Akupun ingin memberi surprise ke dia. Tak berpikir panjang aku segera ganti baju dan berangkat kerumahnya dengan diantar supir pribadiku. Sepanjang perjalanan, aku mulai berfikir. Mengapa Rizal tak mengabariku kalau dia ada di Jakarta sekarang. Tapi kenapa dia malah update status di twitter, dan mentionan sama orang lain. Bahkan itu adalah cewek lain. Aku mulai curiga, tapi dalam hati kecilku aku harus berfikir positif. Sesampainya didepan gerbang rumah Rizal. Aku masuk dan megetuk pintu rumah Rizal.

“Putrii??!!” sapa tante Murni, setelah membukakan pintu itu.

“iya tante, saya kesini mau cari Rizal tan, Rizalnya ada?” tanya aku langsung tanpa basa-basi.

“Rizalnya baru aja pergi. Memangnya ada apa?”

“eng.enggak kok tan. Cuma pengen ketemu aja. Hm.. Rizalnya pergi kemana ya tan, kalo boleh tau?”

“Rizal sih biasanya pergi ke studionya.” Jelas tante Murni.

“yaudah deh, oh ya nih tan ada kue buatan mama. Silahkan dicoba ya tante.” Aku memberikan sekotak kue untuk tante Murni, yang aku persiapkan sebelum berangkat.

“makasih ya Putri, pasti ini enak.”

“sama-sama tante, aku pergi dulu ya.” Akupun langsung pamit. Lalu segera pergi ke studio dimana Rizal berada. Sesampainya aku disana, aku langsung memasuki ruangan yang ada dalam studio itu. Rasanya nyaman. Ruangannya pun sepi. Tapi inikan baru dilantai bawah. Aku segera naik keatas dilantai 2 biasa Rizal dkk berlatih vokal dan musik. Suara alunan musik pop sudah terdengar, menandakan memang ada yang berlatih disitu. Tak kelak suara Rizal yang mengalir melankholis. Aku semakin bersemangat menaiki tangga demi tangga. Ketika sampai akupun disambut oleh kawan-kawan Rizal yang sedang berlatih, ada Ando di drum, Madi di gitar 1, Raka di gitar 2, dan Indra di bass. Mereka sangat senang dengan kehadiranku ini. Apalagi Rizal yang langsung menyambutku dengan sebuah pelukan. Rasanya bahagia banget... tapiii?? Ketika berada didalam pelukan Rizal aku melihat seseorang yang duduk disudut sofa. Cantik. Siapakah dia?
Aku mulai penasaran. Segera kulepas pelukan Rizal. Dan menatapnya.

“Rizal, itu siapa?” tanyakku dengan lembut.

“ohh ini.. kenalin dia partner kerjaku, Vika.” Tunjuk Rizal dengan senyuman ramah pada Vika.
Vika? Tunggu tunggu? Kayaknya pernah kukenal namanya. Dimana ya? Oh? Hampir aja lupa? Kini aku ingat. Dia Vika. Yang sempat aku lihat namanya terpampang di TimeLine. Tapi...

“ayo kenalan!!” ajak Rizal yang menggandengku kearah Vika.

“hey kenalin, aku Vika.” Ujar cewek itu yang segera beranjak dari sofanya, dan ternyata selain dia cantik, dia juga tinggi... aku pun merasa terlihat pendek. Ya, maklum aku kan masih dalam masa-masa pertumbuhan anak SMA. Wajar aja kalau tinggi tubuhkan tak kurang dari 160 cm.

“aku Putri.” Akupun menerima jabat tangannya dengan senyuman yang penuh tanda tanya. Mengapa tanda tanya? Karna aku masih penasaran hubungan Vika dengan Rizal. Mengapa dia berdua nongol di TL? Seberapa sibuknya Rizal sampai sempat membalas tweet Vika dibanding aku yang juga udah berkali-kali menanyakan kabarnya lewat twitter. Satupun belum ada yang dia balas. Tapi.. aku masih penasaran apasih yang dia bicarain di TL. Akupun segera menyandarkan tubuhku ke sofa. Rizal yang sedari tadi memperhatikan tingkahku hanya tersenyum jahil kepadaku. Akupun sedikit meliriknya. Tetapi tidak menghiraukannya. Merekapun akhirnya melanjutkan latihannya. Lalu akupun sibuk dengan urusanku sendiri. Kuraih handphone-ku yang berada dalam saku. Kubuka twitter, lalu...???!!! apa??!! Apa yang aku lihat barusan. Tidak mungkin seorang partner ada hubungan spesial seperti ini. Kulirik Rizal dan Vika bergantian, namun sesaat aku menengok kearah Vika, ada tatapan yang begitu mendalam ke Rizal. Kenapa dia menatap seperti itu? Apa jangan-jangan dia suka? Kulihat lagi Rizal yang masih fokus pada vokalnya itu. Lalu kupalingkan padanganku pada layar yang terpampang pada twitterku kali ini.
iyaa sama2 Vika Sayang {} RT @Vika21 oke makasih ya Rizal kece ;;) RT @Rizal_pradana sip ditunggu ya hari ini ;)

Aku terdiam. Wajahku tak bergerak, bola mataku hanya fokus pada layar kecil yang ada ditanganku. Aku memperhatikan kata demi kata. Mengapa Rizal bisa bilang sayang ke orang lain selain aku. Aku menatap Rizal dalam. Bingung. Hanya itu yang aku lihat dari kejauhan. Rizal yang masih terlihat fokus pada latihannya sama sekali tidak melihat kearahku. Tapi tak apa. Sehingga dia tidak melihatku yang nampak curiga. Aku juga tidak ingin seperti ini. Tapi...

“Rizal aku pulang dulu ya..!” kuraih tas kecilku dan beranjak dari sofa lalu berjalan menuju tangga yang membawaku turun dari lantai 2.

“Putri!! Tunggu!!” Rizal pun memanggil-manggil namaku tapi aku tak menghiraukannya. Kulihat dia sedang berlari mengejarku yang sudah turun ke lantai bawah. Aku terus berjalan cepat, ketika aku ingin membuka pintu keluar. Rizal langsung meraih tanganku, dan menarikku kedalam.

“Putri kamu kenapa sayang? Kenapa tiba-tiba kamu pergi, ada apa?” Rizal menatapku heran. Aku bingung. Entah harus apa yang aku katakan.

“aa-a-aku.. aku gak kenapa-napa, aku Cuma pengen pulang aja.” Aku tergagap, karna bingung harus jawab apa.

“kamu yakin gak kenapa-napa. Aku lihat muka kamu tiba-tiba beda sayang. Kamu kenapa?” tanya Rizal lagi yang masih belum percaya.

“aku.. aku mau pulang!” aku menaikan alis dan sedikit keras mengeluarkan suara.

“yaudah aku antar yaa..” Rizal langsung memeluk aku, dia mengelus bahuku. Aku hanya diam dalam pelukan. Aku nggak sanggup. Aku nggak sanggup bila harus kehilangan Rizal. Rizal begitu sayang sama aku. Nggak mungkin kalau dia mengkhianati aku. Aku harus positif thingking. Karna siapa tau, analisa aku salah.

“nggak usah. Aku bisa pulang sendiri. Lagipula, kamu belum selesai kan latihannya?” aku melepaskan pelukan Rizal dan menatapnya.

“aku bisa lanjutin nanti kok latihannya. Yang penting aku mau antar kamu pulang dulu.” Ujar Rizal seraya membelai pipi mulusku. Dia menatapku begitu dalam. Aku bisa merasakannya. Saat ini aku bisa mendengar detak jantungnya untukku. Kutatap dia penuh cahaya. Aku bisa meraih lehernya, sekarang dia begitu dekat denganku. Sebuah jarak bisa diukur dengan jari. Aku memejamkan mata, kurasakan denyut jantungku terasa lebih cepat. Bibirku mulai gemetar, bisa kurasakan ada yang ingin menyentuhku saat ini. Kunikmati itu semua. Namun, kurasa cukup lama. Aku tak mau mengganggunya latihan, pikirku.

“yaudah, yuk pulang!” ucapku setelah melewati masa berumanku tadi.

Rizal mengangguk senang. Dia tersenyum. Manis sekali. Kusejajari langkahku bersama pacarku ini. Aku menggandengnya selama di perjalanan menuju parkiran. Tak hayal, canda tawa kita lalui sama-sama. Kagum. Dia begitu ceria. Sehingga, semuanya berlalu begitu cepat.

“nggak nyangka, udah nyampe rumah aja” ucapku dalam canda setelah sampai didepan gerbang rumahku.

“hahaha.. bilang aja kamu masih pengen sama aku, ya kan?” ledek Rizal sambil menarik hidungku yang gak terlalu mancung, tapi gak pesek.

“udah ah, sakit tau.”

“apa kamu masih mau aku temenin seharian ini, kan kita udah 2 bulan gak ketemu.” Sahut Rizal. Serius nampaknya.

“aku... hm... tapi gimana dengan latihanmu? Kasihan anak-anak pasti nunggu kamu disana.” Tak kalah seriusnya dengan Rizal.

“yee.. itu tau. Berarti kamu ngerti ya, kamu emang pacarku yang paliinngg ngertiin aku deh.” Ledek Rizal yang tiba-tiba berubah jadi nggak serius lagi. Dengan tampang yang nyebelin, sambil mencolek daguku yang hampir aja bikin aku kaget.

“oohh.. ternyata kamu gituu yaa.. yaudah deh sana-sana gih latihan.” Ucapku pura-pura marah, lalu keluar dari mobil dan menutupnya agak keras. Sepertinya Rizal kaget, hehehe. Dengan muka yang masih ditekuk aku melangkahkan kaki menuju pintu. Tapi tanganku seketika ditarik dari belakang. Aku menoleh. Tak lain adalah Rizal. Dia masih belum pergi.

“apa lagii??? Bukannya sekarang harus latihan ya.” Ujarku jengkel.

“tapi aku masih kangen sama kamu, apalagi kalau kamu lagi cemberut, makin manis dilihat.”

“apa kamu bilang?? Uhh,,” aku menggertak rahangku, membuat Rizal agak mundur.

“udah udah.. kamu jangan marah dong sayang. Maaf ya aku bikin kamu jengkel terus.”

“yaudah sana. Aku mau masuk dulu.” Aku membalikan tubuhku kearah pintu.

“tunggu sayang, ada yang ketiggalan?”

“apa?” setelah aku menoleh, tiba-tiba kecupan mendarat tepat dikeningku. Aku tersipu malu. Disaat saat seperti ini, Rizal masih aja ya ngelakuin ini. Dimana udah 2 bulan lebih aku nggak mendapatkan kecupan seperti yang biasa dilakukan Rizal.

“aku sayang kamu. Jangan lupa nanti kamu aku telfon ya.. aku ingin denger suara kamu yang cempreng itu. Aku tunggu ya sayang.” Ucap Rizal lembut seraya membelai rambutku yang lurus sebahu.

“iya sayang, pasti.” Aku tersenyum bahagia. Bahagia sekali.

“oh ya, aku tahu kenapa kamu tadi buru-buru minta pulang.” Tanya Rizal tiba-tiba.

“kenapa?”

“pasti kamu cemburu ya lihat Vika tadi.”

“e..enggak kok. Apa sih yang aku cemburuin. Lagi dia bukan siapa-siapa kamu kan?”

“jelas bukan lah, dia Cuma partner kerja aku sekarang. Tapi sebelumnyaa....”

“sebelumnya apa?” tanyaku jadi penasaran.

“sebelumnya dia sempet jadi teman dekatku beberapa tahun lalu. Tapi kan sekarang aku udah jadi milik kamu, nggak mungkin dong aku berpaling ke dia. Walaupun dia kelihatannya masih suka sama aku.” Rizal menjelaskan. Aku hanya diam. Terpaku.

“ja..jadi dia suka sama kamu.?”

“iyaa.. tapi itu dulu sayang, sekarang gak tau deh yang sebenarnya. Udah kamu jangan dipikirin lagi ya”

“tapi..tapi tadi kenapa kamu bilang sayang sama dia di akun twitter?”

“ohh.. itu. Ehh gapapa kok, Cuma mau ngasih penghargaan aja sama dia. Dia udah mau bantuin aku nyusun jadwal manggung aku yang bentrok, terus dia juga yang atur latihan kita. Udah itu aja kok sayang, kamu cemburu yaa...” jelas Rizal sambil meledekku.

“eng..enggak kok, awas yaa kalau kamu ada apa-apa sama dia.”

“tuh kann.. ketahuan nih kalau cemburu. Gapapa kok sayang, cemburu itu tanda cinta.”

“iya deh sayang iya, iyaa cembuuru sama kamu, karna aku sayang dan cintaaa sama kamu. Udahkan sayang puass??!” aku mendelik kesal. Walau hanya pura-pura. Dalam hati aku tersenyum bahagia.

“haha.. kamu nih slalu bikin aku tertawa, yaudah aku balik dulu ke studio ya? Nanti aku telfon kamu. Bye sayang, jangan lupa makan ya?!” ucap Rizal seraya jalan menuju ke gerbang.

“oke.. kamu hati-hati ya sayang” tak kalah aku juga memberi perhatian pada Rizal.

“siipp. I Love You.”
“I Love You too”

Betapa bahagianya aku saat ini. Sempat aku berpikiran yang aneh-aneh terhadap Rizal. Aku mengira dia mengkhianati aku. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika berpikiran seperti itu. Wajar aja, karna aku sangat sayang sama kamu. Aku merebahkan tubuhku diatas ranjang, ketika sudah sampai dikamar. Mengambil pigura yang terletak di meja, tak jauh dari ranjangku. Aku membayangkan sosok itu. Rizal yang aku sayangi saat ini. Sampai kapanpun. Dia selalu membuatku bahagia. Kupeluk pigura bersama sosok itu dalam dekapan. Kupejamkan mataku, kubayangkan lagi masa-masa terindah dalam hidupku. Berwarna, ketika bersama dia. Intinya, kita berkomitmen saling menjaga perasaan masing-masing.

Kalausudah begini aku teringat salah satu penggal SYA’IR salam sebuah lagu.
Ada satu nama hingga saat ini masih ku abadikan di dalam hatiku dengan satu rasa dalam satu cinta hanya kita yang tahu dalam mana telah cinta kita memutik tidak sedikit pun kasih ku kepadamu surut dan berubah.
Semoga  hubungan ini akan selamanya berjalan. Menuai asa cinta yang sesungguhnya. Melayang jauh aku kemasa-masa yang akan datang. Hanya satu, aku hanya ingin bersamanya nanti. Menjadi yang terbaik, untuk hidupnya dan untuk hidupku. Tuhan.. jaga cintaku ini. Jangan sampai pergi, karna aku
hanya mencintai ciptaanmu yang satu ini. Sungguh aku sangat menyayanginya. Hening. Akupun terlelap dalam angan, dan bayangan.


by :  Putry
Gendhis savindra. Diberdayakan oleh Blogger.