Sindiran kata-kata ‘orang miskin dilarang sekolah dan orang miskin dilarang sakit’ ternyata ada kalanya betul. Di tengah kesulitan ekonomi seperti sekarang ini, membuat anak jalanan makin bertambah banyak. Hal tersebut terlihat jelas di tempat-tempat keramaian Kota Tuban, tepatnya di alun-alun dan terminal wisata Tuban Jalan AKBP Suroko.
Hal tersebut sangat tidak wajar, ketika Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban berdiri megah dengan 3 lantai yang full AC, namun kontradiksi dengan pemandangan di depan dan sebelah barat. Di mana terdapat banyak kaum Rombongan Muka Susah (Romusa) yang berkeliaran membutuhkan uluran tangan kaum-kaum elit.
Melihat ketimpangan sosial yang sangat tidak wajar tersebut, membuat mantan aktivis Perempuan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Nunuk Fauziyah terketuk hatinya untuk membuat Taman Belajar atau yang sering disebut ‘sekolah anak jalanan’ yang dilakukan dalam seminggu sekali bertempat di Alun-alun Tuban.
Memang tidak semua pelajaran yang ada di sekolah diajarkan oleh kak Nunuk dan kawan-kawannya, namun kak Nunuk dan kawan-kawannya lebih memfokuskan kepada apa yang menjadi kebutuhan anak di zaman yang serba modern ini. Seperti belajar bagaimana mengoperasikan komputer, Bahasa Inggris, dan yang lebih fokus diajarkan kak Nunuk dan kawan-kawannya adalah belajar membaca, agar nantinya, meskipun mereka hidup di jalanan namun tidak buta huruf. Sehingga di manapun mereka berada bisa membaca, meskipun itu hanya sesobek koran yang tidak terpakai.
Perempuan kelahiran Lamongan tersebut, membuat kegiatan belajar itu tidak hanya untuk anak jalanan dan pengamen yang memang itu tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah, tapi sampai anak putus sekolah pun ikut bergabung dalam kegiatan belajar itu.
Pasalnya, kebanyakan anak yang putus sekolah ini adalah anak yang di sekolahnya terdapat kesenjangan sekolah antara anak orang miskin dan anak orang kaya. “kata salah anak, Saya tidak punya teman kalau di sekolah dan terkadang sering dihina oleh teman-teman saya yang anaknya orang kaya. Kalau di sini saya lebih nyaman,”
Kak Nunuk Fauziyah juga menambahkan, bahwa salah satu penyebab anak putus sekolah itu dikarenakan di sekolahnya mereka selalu terkucilkan oleh teman-teman. Sehingga mereka tidak betah dan lebih memilih menjadi pengemis di jalanan.
“Sebenarnya anak-anak ini sangat berpotensi semua, dan sangat mempunyai kemauan keras. Namun mereka kurang perhatian dari Pemerintah dan arahan oleh orang tua juga,
saat ''gendhis'' tanya semua dana untuk oprasional mengajar dari mana, kak Nunuk mengatakan bahwa semua dana yang mereka keluarkan itu murni dana dari iuran temen-teman KPR. “Dana ini murni dari iuran sahabat-sahabat yang peduli dengan keadaan nasib anak jalanan,” jelasnya.
kak Nunuk berharap, Pemerintah lebih peka terhadap rakyat-rakyat yang masih membutuhkan uluran tangan untuk mengenyam pendidikan yang layak, daripada selalu memperbaiki gedung Pemkab yang sebenarnya masih layak. Masih banyak orang-orang yang membutuhkan uluran tangan di sekeliling megahnya Gedung Putih itu.
miris dan miris itu yang aku rasakan setelah mendengar cerita dari kak Nunuk dan kawan kawan
semoga orang orang seperti kak Nunuk dan kawan kawan tak pernah bosan menyempatkan waktunya
untuk membangun generasi kita biarpun dengan cara dan batas kemampuannya ..,.,.,''SALAM SANTUN''
0 komentar :
Posting Komentar