Senin, 30 Desember 2013

on Leave a Comment

UWAIS AL QORNI


TAK TERKENAL DI BUMI, TERKENAL DI LANGIT
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya.Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata :“Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran.Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata:“Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya.Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang.Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”.Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.”Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama.Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit.Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ?“Abdullah”, jawab Uwais.Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?”Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”.Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata:“Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya.Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya.Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat.Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.“Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh.Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?”“Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?”tanya kami.“Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! ”katanya.“Kami telah melakukannya.”“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!”Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”.“Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? ”Tanya kami.“Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.Kemudian kami berkata lagi kepadanya, ”Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.“Ya,”jawab kami.Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi menjadi terkenal di langit.
on Leave a Comment

ROBI'AH AL ADAWIAH


Seberkas cahaya memancar dari bayi yang baru saja dilahirkan tanpa bantuan siapa-siapa. “Ya Allah,” seru Ismail, “anakku, Rabiah, telah datang membawa sinar yang akan menerangi alam di sekitarnya.” Lalu Ismail menggumam, “Amin.” Tetapi berkas cahaya yang membungkus bayi kecil itu tidak membuat keluarganya terlepas dari belitan kemiskinan....
----------

Pada suatu hari seorang lelaki datang kepada Rabiah dan bertanya, “Saya ini telah banyak melakukan dosa. Maksiat saya bertimbun melebihi gunung-gunung. Andaikata saya bertobat, apakah Allah akan menerima tobat saya?” “Tidak,” jawab Rabiah dengan suara tegas. Pada kali yang lain seorang lelaki datang pula kepadanya. Lelaki itu berkata, “Seandainya tiap butir pasir itu adalah dosa, maka seluas gurunlah tebaran dosa saya. Maksiat apa saja telah saya lakukan, baik yang kecil maupun yang besar. Tetapi sekarang saya sudah menjalani tobat. Apakah Tuhan menerima tobat saya?” “Pasti,” jawab Rabiah tak kalah tegas. Lalu ia menjelaskan, “Kalau Tuhan tidak berkenan menerima tobat seorang hamba, apakah mungkin hamba itu tergerak menjalani tobat? Untuk berhenti dari dosa, jangan simpan kata “akan” atau “andaikata” sebab hal itu akan merusak ketulusan niatmu.”

Memang ucapan sufi perempuan itu seringkali menyakitkan telinga bagi mereka yang tidak memahami jalan pikirannya. Ia seorang mistisi yang sangat tinggi derajatnya dan tergolong kelompok sufi periode awal. Ia memperkaya literatur Islam dengan kisah-kisah pengalaman mistiknya dalam sajak-sajak berkualitas tinggi.

Sesungguhnya ia lebih dikenal sebagai seorang pendiri ‘agama cinta’ (mahabbah) dan ia pun dikenang sebagai ‘ibu para Sufi besar’ (The Mother of the Grand Master). Siapa sebenarnya ia yang kepergiannya dielu-elukan kaum ‘suci’ itu? Tiada lain ia adalah tokoh wanita bernama Rabiah Basri atau lebih dikenal sebagai Rabiah Al Adawiyah Al Bashriyah, lahir pada tahun 713 M di Basrah (Irak), dari keluarga yang hina dina.

Sebagai anak keempat. Itu sebabnya ia diberi nama Rabiah. Bayi itu dilahirkan ketika orang tuanya hidup sangat sengsara meskipun waktu itu kota Bashrah bergelimang dengan kekayaan dan kemewahan. Tidak seorang pun yang berada di samping ibunya, apalagi menolongnya, karena ayahnya, Ismail, tengah berusaha meminta bantuan kepada para tetangganya.

Namun, karena saat itu sudah jauh malam, tidak seorang pun dari mereka yang terjaga. Dengan lunglai Ismail pulang tanpa hasil, padahal ia hanya ingin meminjam lampu atau minyak tanah untuk menerangi istrinya yang akan melahirkan. Dengan perasaan putus asa Ismail masuk ke dalam biliknya. Tiba-tiba matanya terbelak gembira menyaksikan apa yang terjadi di bilik itu.

Seberkas cahaya memancar dari bayi yang baru saja dilahirkan tanpa bantuan siapa-siapa. “Ya Allah,” seru Ismail, “anakku, Rabiah, telah datang membawa sinar yang akan menerangi alam di sekitarnya.” Lalu Ismail menggumam, “Amin.” Tetapi berkas cahaya yang membungkus bayi kecil itu tidak membuat keluarganya terlepas dari belitan kemiskinan. Ismail tetap tidak punya apa-apa kecuali tiga kerat roti untuk istrinya yang masih lemah itu. Ia lantas bersujud dalam salat tahajud yang panjang, menyerahkan nasib dirinya dan seluruh keluarganya kepada Yang Menciptakan Kehidupan.

Sekonyong-konyong ia seolah berada dalam lautan mimpi manakala gumpalan cahaya yang lebih benderang muncul di depannya, dan setelah itu Rasul hadir bagaikan masih segar-bugar. Kepada Ismail, Rasulullah bersabda, “Jangan bersedih, orang salih. Anakmu kelak akan dicari syafaatnya oleh orang-orang mulia. Pergilah kamu kepada penguasa kota Bashrah, dan katakan kepadanya bahwa pada malam Jumat yang lalu ia tidak melakukan salat sunnah seperti biasanya. Katakan, sebagai kifarat atas kelalaiannya itu, ia harus membayar satu dinar untuk satu rakaat yang ditinggalkannya.

Ketika Ismail mengerjakan seperti yang diperintahkan Rasulullah dalam mimpinya, Isa Zadan, penguasa kota Bashrah itu, terperanjat. Ia memang biasa mengerjakan salat sunnah 100 rakaat tiap malam, sedangkan saban malam Jumat ia selalu mengerjakan 400 rakaat. Oleh karena itu, kepada Ismail diserahkannya uang sebanyak 400 dinar sesuai dengan jumlah rakaat yang ditinggalkannya pada malam Jumat yang silam. Itulah sebagian dari tanda-tanda karamah Rabiah al-Adawiyah, seorang sufi perempuan dari kota Bashrah, yang di hatinya hanya tersedia cinta kepada Tuhan. Begitu agungnya cinta itu bertaut antara hamba dan penciptanya sampai ia tidak punya waktu untuk membenci atau mencintai, untuk berduka atau bersuka cita selain dengan Allah.

Ismail dan istrinya meninggal ketika Rabiah masih kecil. Begitu pula ketiga kakak Rabiah, meninggal ketika wabah kelaparan melanda kota Basrah. Dalam kesendirian itu, akhirnya Rabiah jatuh ke tangan orang yang kejam, yang lalu menjualnya sebagai budak belian dengan harga sangat murah. Majikan barunya pun tak kalah bengisnya dibandingkan dengan majikan sebelumnya.

Setelah bebas, Rabiah pergi ke tempat tempat sunyi untuk menjalani hidup dengan bermeditasi, dan akhirnya sampailah ia di sebuah gubuk dekat Basra. Di sini ia hidup bertapa. Sebuah tikar butut, sebuah kendil dari tanah, dan sebuah batu bata, adalah harta yang ia punyai dan teman dalam menjalani hidup kepertapaan.

Praktis sejak saat itu, seluruh hidupnya hanya ia abdikan pada Allah swt. Berdoa dan berzikir adalah hiasan hidupnya. Saking sibuknya mengurus ‘akhirat’, ia lalai dengan urusan duniawi, termasuk membangun rumah tangga. Meski banyak pinangan datang, termasuk dari gubernur Basra dan seorang suci mistis terkenal, Hasan Basri, Rabiah tetap tak tertarik untuk mengakhiri masa lajangnya. Hal ini ia jalani hingga akhir hayatnya, pada tahun 801 M.

Dalam perjalanan kesufian Rabiah, kesendirian, kesunyian, kesakitan, hingga penderitaan tampak lumer jadi satu; ritme heroik menuju cinta kepada Sang Ada (The Ultimate Being). Tak heran jika ia ‘merendahkan manusia’ dan mengabdi pada dorongan untuk meraih kesempurnaan tertinggi. Ia jelajahi ranah mistik, yang jadi wilayah dalam dari agama, hingga mendapatkan eloknya cinta yang tidak dialami oleh kaum Muslim formal.

Menjadi Sufi dalam perjalanan Rabiah adalah “berlalu dari sekadar Ada menjadi benar benar Ada”. Sufisme Rabiah merupakan pilihan dari jebakan-jebakan ciptaan yang tak berguna. Karena demikian mendalam cintanya kepada Allah, Rabiah sampai tidak menyisakan sejengkal pun rasa cintanya untuk manusia. Sufyan Tsauri, seorang Sufi yang hidup semasa dengannya, sempat terheran-heran dengan sikap Rabiah. Pasalnya, Sufyan pernah melihat bagaimana Rabiah menolak cinta seorang pangeran yang kaya raya demi cintanya kepada Allah. Dia tidak tergoda dengan kenikmatan duniawi, apalagi harta.

Cinta Rabiah tak dapat disebut sebagai cinta yang mengharap balasan. Justru, yang dia tempuh adalah perjalanan mencapai ketulusan. Sesuatu yang dianggap sebagai ladang subur bagi pemuas rasa cintanya yang luas, dan sering tak terkendali tersebut. Lewat sebuah doa yang mirip syair, ia berujar, “Jika aku menyembah-Mu karena takut pada api neraka maka masukkan aku di dalamnya! Dan jika aku menyembah-Mu karena tamak kepada surga-Mu, maka haramkanlah aku daripadanya! Tetapi jika aku menyembah-Mu karena kecintaanku kepada-Mu, maka berikanlah aku balasan yang besar, berilah aku kesempatan untuk melihat wajah-Mu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu.”

Perjalanan hidup Rabiah diwarnai dengan kekaribannya dengan situasi yang penuh keterbatasan; tinggal bersama kedua orang tua dan saudara saudaranya, dijual sebagai budak, menghamba pada tuannya hingga dibebaskan dari perbudakan, lalu hidup mengembara. Periode pertama ini dikenal sebagai periode asketik Rabiah.

Fariduddin al-Attar menceritakan dalam kitab Taz-kiratul Auliya bahwa Rabiah pandai sekali meniup seruling. Untuk jangka waktu tertentu ia menopang hidupnya dengan bermain musik. Namun, kemudian ia memanfaatkan kepandaiannya untuk mengiringi para sufi yang sedang berzikir dalam upayanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu ia mengunjungi masjid-masjid, dari pagi sampai larut malam. Namun, lantaran ia merasa dengan cara itu Tuhan tidak makin menghampirinya, maka ditinggalkannya semua itu.

Ia tidak lagi meniup seruling, dan ia tidak lagi mendatangi masjid-masjid. Ia menghabiskan waktu dengan beribadah dan berzikir. Periode yang kedua ini disebut sebagai periode Sufi, suatu periode tatkala Rabiah telah mencapai mahabbattullah (cinta pada Allah) sampai meninggal dan dipuji sebagai Testimony of Belief (Bukti Keimanan).

Doris Lessing, seorang pengamat perjalanan hidup Rabiah, memberi kesimpulan bahwa sufisme tokoh wanita ini adalah bentuk sufisme cinta. Sejenis sufisme yang menempatkan cinta (mahabbah) sebagai panggilan jiwanya. Sufisme yang tak bermaksud larut dalam ekstatik (gairah yang meluap) serta tak berdimensi pemujaan atau pemuliaan dan metode-metode tambahan yang penuh dengan sakramen.

Kendati demikian, pengalaman Rabiah adalah pengalaman orang suci yang sulit ditiru oleh awam. Memahami Rabiah sangat sulit. Seperti masa hidupnya, Rabiah tampaknya jauh dari kita. Selain itu, kesempurnaan yang menyertainya tak mungkin dapat ditandingi oleh orang-orang biasa.

Apa yang dilakukan Rabiah dalam hidupnya sebetulnya adalah ikhtiar untuk membiasakan diri ‘bertemu’ dengan pencipta-Nya. Di situlah ia memperoleh kehangatan, kesyahduan, kepastian, dan kesejatian hidup. Sesuatu yang kini sangat dirindukan oleh manusia modern. Karena itu, menjadi pemuja Tuhan adalah obsesi Rabiah yang tidak pernah mengenal tepi dan batas. Tak heran jika dunia yang digaulinya bebas dari perasaan benci. Seluruhnya telah diberikan untuk sebuah cinta.

Meskipun hidup Rabiah seperti berlangsung linear dan konstan, seluruh energi hidupnya dia abdikan untuk cinta, Rabiah memberi tahu kepada kita bahwa hidup memang tidak sederhana, seperti yang dijalaninya. Hidup itu begitu rumit, kadang kadang ada kemesraan dan kadang-kadang ada kehidmatan bertahta.

Rabiah wafat dengan meninggalkan pengalaman sufistik yang tak terhingga artinya. Hikmah yang ditinggalkan sangat berharga dan patut kita gali sebagai ‘makrifat’ hidup.

Menarik kita simak beberapa doa Rabiah yang dipanjatkan pada waktu larut malam, di atas atap rumahnya: “O Tuhanku, bintang-bintang bersinar gemerlapan, manusia telah tidur nyenyak, dan raja-raja telah menutup pintunya, tiap orang yang bercinta sedang asyik masyuk dengan kesayangannya, dan di sinilah aku sendirian bersama Engkau.”

Jika fajar telah merekah dan serat-serat cahaya menebari cakrawala, Rabiah pun berdoa dengan khusyuk, “Ya, illahi. Malam telah berlalu, dan siang menjelang datang. Aduhai, seandainya malam tidak pernah berakhir, alangkah bahagianya hatiku sebab aku dapat selalu bermesra-mesra dengan-Mu. illahi, demi kemuliaan-Mu, walaupun Kautolak aku mengetuk pintu-Mu, aku akan senantiasa menanti di depan pintu karena cintaku telah terikat dengan-Mu.”

Lantas, jika Rabiah membuka jendela kamarnya, dan alam lepas terbentang di depan matanya, ia pun segera berbisik, “Tuhanku. Ketika kudengar margasatwa berkicau dan burung-burung mengepakkan sayapnya, pada hakikatnya mereka sedang memuji-Mu. Pada waktu kudengar desauan angin dan gemericik air di pegunungan, bahkan manakala guntur menggelegar, semuanya kulihat sedang menjadi saksi atas keesaan-Mu.

Tentang masa depannya ia pernah ditanya oleh Sufyan Tsauri: “Apakah engkau akan menikah kelak?” Rabiah mengelak, “Pernikahan merupakan kewajiban bagi mereka yang mempunyai pilihan. Padahal aku tidak mempunyai pilihan kecuali mengabdi kepada Allah.” “Bagaimanakah jalannya sampai engkau mencapai martabat itu?” “Karena telah kuberikan seluruh hidupku,” ujar Rabiah. “Mengapa bisa kaulakukan itu, sedangkan kami tidak?” Dengan tulus Rabiah menjawab, “Sebab aku tidak mampu menciptakan keserasian antara perkawinan dan cinta kepada Tuhan.

Minggu, 29 Desember 2013

on Leave a Comment

KISAHKU

karang tinoto 2007


SALAM SANTUN para sob semua tema kali ini tentang kisahku seorang anak gadis desa yang bercita cita jadi sarjana:ok,nama ea ira rachmawaty septya putri savindra,lahir tanggal 5september 1995 d desa ndengok paciran, lamongan.

septya kecil tumbuh seperti anak2 yang lain lincah lucu boleh di katakan hiperaktif berotak lumayan cerdas
septya anak bungsu dari lima bersaudara tiga laki2 dan dua perempuan,papa dan mama keseharian ea berniaga d pasar brondong.septya kecil hidup boleh di katakan lumayan cukup saudara yang begitu menyayangi dia jujur dia tak pernah kekurangan kasih sayang dari orang tua atau pun dari saudara saudara ea,..

umur 5 tahun mulai masuk bangku sekolah di :SDN BLIMBING 1 jl:raya no 240 paciran lamongan dia anak yang rajin belajar dari kls 1 sampai kelas 6 dia selalu juara kelas.,.,dan setelah lulus SD,.tahun 2007 septya kecil pindah ke TUBAN tepat ea di desa kenongosari kecamatan soko,..ikut mbah ea.,.,dan dia melanjutkan jenjang SMP NEGERI soko,beberapa bulan tinggal di desa ini kejadian luar biasa terjadi.,., kurang lebih tahun 2007 kecamatan soko rengel dan sekitar di landa banjir bandang yang membuat seluruh rumah warga tenggelam air setinggi wuwungan rumah tak terkecuali rumah mbah,air semakin tinggi dan tinggi  desa gelap gulita karna lampu padam ..,

warga pada mengungsi ke daerah yang lebih aman ada yg pergi ke tempat samnak saudara dan yg lain
tak terkecuali aku ngungsi ke rumah paman adik dari mama yang tinggal di desa mlaten karna daerah ea dataran tinggi dan jauh dari aliran sungai bengawan solo.,

dalam perjalanan ngungsi itu allah hu a'lam.,.kalau tidak karna pertolongan allah mungkin aku tak akan ada
untuk menulis ARTIKEL ini,kita mengngungsi numpang perahu tetangga yang tak begitu besar karna panik dan penumpang ea terlalu banyak dalam suasana keadaan gelap perahu ter seret arus kemudi prahu kualahan
perahu mengarahpada batang pohon waru dan menghatam pohon waru itu dengan keras .,.,.,.,.praaaccckkkgg.,.,..,.hancurlah bagian depan perahu itu,.semua panik hesteris minta tolong ..,aku sendiri juga panik karna aku tidak bisa renang mbah kakung teriak manggil nama ku septya.,...septyaa.,.,.,.septyaaaaa..,.

kamu di mana .. ndukkk.,.,,.aku masih sadar tp aku tidak bisa teriak karna minum sudah terlalu banyak keadaanku sudah lemas dan aku sendiri terpisah dari rombongan karna terbawa arus dalam hati hanya pasrah.,.,ya TUHAN klo emang aku harus mati sekarang aku pasrah dan klo eamang umurku masih panjang

maka tolonglah aku,kuasa allah dari arah barat g jauh dari aku timbul tenggelam ada perahu mbah yaduri ya mbah yaduri yang menyelamatkan aku,..setelah di angkat ke perahu  aku sudah tidak tahu apa2 karna aku pingsan..setelah sadar aku sudah d tempat paman.,...dan d sekelilingku papa mama mbah kakung mbah putri.,.dan semua saudaraku bersedih semua

menangis.,.dan kata kata pertama yang aku ucap dan sampai sekarang aku masih mengingat ea.,.,''mama'septya sayang mama septya kangen mama...''dan mama malah makin keras tangis dengan memeluk tubuhku yang masih lemas berbaring.,,.

dan beberapa bulan kemudian papa memutus kan membeli rumah di sumberjo dengan alasan biar dekat sama aku,.alhamdulillah setelah pindah ke sumberjo usaha papa berkembang bagus dan aku lebih sering ketemu mereka ,tapi lagi lagi allah sayang sama aku..,baru setahun pindah papa di panggil tuhan untuk selamanya...,,...aku sangat sanhgat sedih.,.tp tetap bersykur karna banyak yang sayang sama aku.,..

aku sangat bersyukur karna punya mama hebat..kuat dan tegar.,.,.dan usaha yang d tinggal papa semua d pegang mama.,.d bantu om,om pla yg megang kios yg d mbrondong.,.,alhamdulillah jg punya prospek bagus,.

dan setelah lulus jenjang SMPaku melanjutkan d MANrengel...dari SMP-MAN aku selalu juara kelas,..
dan kini aku sudah di jenjang fakultas di tuban.,
kini aku tinggal di sumberjo tinggal di rumah sama mama lagi biarpun sudah tidak seperti dulu lagi yang masih lengkap ada mama ada papa ada kakak-kakakku tp kini mereka sudah berkeluarga dan punya usaha masing2 da yang di jakarta da yang di ''kendari sultra''alhamdulillah semua lulus sebagai sarjana.,.
dan kini tinggal aku yang ingin mengikuti merekan ,..,,,

perjuangan ku untuk menggapaicita cita masih jauh karna kini aku baru semester satu d fakultas.
Guru ya guru adalah cita citaku kata orang guru adalah profesi yg sangat mulia dan aku sangat mencintai guru
dan lebih dri itu aku ingin membantu anak anak yang sedang putus sekolah atau bahkan yang tak mengenal sekolah sekalipun.,.

setiap lewat alun2 atau terminal tuban hati ini miris kadang bertanya inikah wajah wajah calon pemimpin masadepan bangsa.,.,.,.tiap hari mereka bergulat dengan peluh dan panas terik matahari hanya unttuk meraih uang recehan dari mengamen atau memungut gelas dan botol plastik.,.,

aku hanyya ingin membantu mereka agar tak buta huruf ,aku hanya ingin generasi bangsaku terbebas dari buta huruf ,ya mungkin aku hanya buisa membantu sekedar mereka bisa membaca agar mereka tak di bodohi orang,dan itu sudah aku lakukan dengan kelompok kak NUNUK setelah beberapa waktu yg lalu aku bergabung,aku melihat kelompok ini sangat serius dan bersemangat mengajarkan/memberi pelajaran


pada anak2 dan tanpa bantuan dari siapapun dan dana oprasionalnya iuran dr kelompok itu sendiri.,.,
aku sangat ingin mewujudkan cita cita yg sangat aku sukai ini dan papa dlu jg menginnginkan aku jadi seorang guru
mama ya,.,..,. mama sangat menginginkan aku jadi seorang dokter,tapi tetap mendukung aku apapun pilihanku.


I am very affection the same mama, because mama for me is everything

on 1 comment

KISAH SEDIH DI HARI MINGGU


Ini kisah nyata dari negara  yang kataea subur makmur gemah ripah lohjinawi,jamrut katulistiwa atau apalah,
sedih pilu, aku menangis tak terasa air mataku menetes,teryata nasih teramat banyak orang miskin bahkan teramat miskin,hanya untuk membeli kain kafan untuk anakea aj tidak mampu.,.,
dan para bejabat hanya mementingkan perut ea sendiri,,.
semoga bapak supriyono dan keluarga d beri ketabahan,,
Seandainya tidak ada hari Minggu, mungkin cerita Supriyono (38) tidak pernah menjadi Headline sebuah koran ibukota. Seandainya, biaya rumah sakit bisa gratis seperti yang dikatakan seorang SBY, cerita Supriyono dan anak bungsunya, Khairunnisa (3), tidak akan pernah terjadi.
Ah, seandainya biaya pemakaman dan harga kain kafan, semurah kita membeli kerupuk, tidak akan ada Khairunnisa-Khairunnisa lainnya disini. Seandainya, dan seandainya Supriyono tahu ini hanyalah mimpi tidur semalam, ia masih bisa mengajak Khairunnisa dan kakaknya, Muriski Saleh (6), jalan-jalan ke sebuah taman.
Minggu pagi (5/6) memang bukan hari yang indah bagi Supriyono. Setelah lelah mencari sampah seharian, di bawah kolong rel kereta api Cikini, Supriyono terbangun. Ada yang beda di pagi itu, Khairunnisa terlihat nyaman tidur di dalam gerobaknya. Namun, wajahnya yang memutih membuat Supriyono curiga. Ia pun berusaha membangunkan anak bungsunya itu.
Melihat anaknya terbujur kaku. Pikiran, Supriyono melayang, beberapa waktu lalu ia tak jadi membawa Khairunnisa ke rumah sakit. Padahal, saat itu Khairunnisa demam tinggi. Karena uang yang tersisa di kantong cuma Rp 5 ribu, Supriyono cuma berdoa agar anaknya sembuh sendiri. “Saya cuma sekali bawa Khairunnisa ke puskemas, Saya tak punya uang untuk berobat lagi. Saya memilung karud, gelas dan botol plastik. Penghasilan saya hanya Rp 10 ribu sehari. Saat itu uang saya tinggal Rp 5 ribu. Jika saya berobat, anak saya satu lagi mungkin tidak akan makan,” pikir Supriyono.
Belum selesai pikirannya melayang. Supriyono kembali menangis. Duit di saku cuma Rp 6 ribu. Tak mungkin untu membeli kain kafan, menyewa ambulans dan biaya pemakaman. Sementara itu
Khaerunisa masih terbaring di gerobak.
Namun, kali ini ia tak mau mengecewakan anak gadisnya itu. “Bapak akan buat pemakaman seperti orang lainnya buatmu nak,” ucap Supriyono dalam hati.
Ia pun langsung mengajak Muriski berjalan membawa gerobok berisi jenazah Khairunnisa ke Stasiun Tebet. Naik kereta api, Supriyono berniat menguburkan Khairunnisa di kampung pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.
Dengan bermodalkan sarung lusuh, Supriyono membungkus jenazah Khairunnisa. Dengan kaus warna putih yang biasa ia pakai, Supri menutupi kepala Khaerunnisa.
Namun, Kisah sedih Supriyono belum selesai disini. Begitu Supriyono masuk ke stasiun, orang-orang yang ada di stasiun langsung mengerubunginya. Ia dicurigai telah berbuat yang tidak-tidak pada Khairunnisa. Akhirnya, ia pun digelandang ke Polsek Tebet bersama anaknya Muriski.
Terpaksa Supriyono meladeni pertanyaan-pertanyaan aneh yang dilayangkan polisi. Ia tidak mengerti, kenapa polisi tidak ada yang bertanya apa yang dapat mereka bantu kepadanya. Seandainya mereka semua itu semua bisa membantu. Bukannya mengirimkan Supriyono ke RSCM.
Di RSCM cerita Supriyono dan Khairunnisa terus berlanjut. Dengan alasan otopsi, pihak RSCM mau menahan Khairunnisa. Mendengar itu, Supriyono marah, ia tidak mau anaknya dibelah-belah hanya untuk kepentingan medis. Ia pun ngotot membawa Khairunnisa keluar.
Hingga Pukul 16.00 WIB, Supriyono baru bisa mengeluarkan Khairunnisa. Lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans. Supri dan Muriski dan terpaksa berjalan kaki sambil menggendong jenazah Khairunnisa.
Sepanjang jalan, warga yang iba memberikan uang sekedarnya untuk ongkos perjalan ke Bogor. Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum dan makanan sebagai bekal Supri dan Muriski ke Bogor.
Hingga kini aku tidak pernah tahu, apakah Supri dan Muriski berhasil memakamkan ke Khairunnisa ke Bogor. Masih berlanjutkah kisah sedih ini? Jujur, aku tak mau cerita ini bersambung , baik bagi Supri atau ribuan orang-orang miskin lainnya yang ada di sini. Cukup sudah Khairunnisa, jangan ada yang lainnya
disadur dari koran ibu kota.,.,.
on Leave a Comment

CINTA YANG TAK TERUCAP

Karin punya pacar, Namanya Andri. Karin sudah lama berteman dengan Andri, tahun lalu, ketika mereka pergi ke perjalanan wisata sekolah. Karin mulai menyadari kalau ia jatuh cinta sama Andri. Sebelum Perjalanan itu berakhir, Karin mengambil langkah untuk menyatakan cintanya pada Andri. Dan Andri pun mau menerimanya, mereka pun menjadi sepasang kekasih , tapi cara mereka saling mencintai sedikit berbeda . karin selalu berkonsentrasi pada diri Andri dan sangat mencintai pribadinya, tetapi disisi lain, Andri tak pernah menganggap Karin ada. Bagi Karin, Andri adalah satu-satunya pria yang ia cintai , tapi buat Andri, mungkin Karin sebagai pacar cadangan saja. "Andri, apakah kamu ingin pergi menonton film ?" Tanya Karin. 
" Saya tidak bisa" jawab Andri
 " Kenapa, apa kamu sibuk ?" Karin dengan perasaan kecewa. 
"Tidak ... aku akan bertemu seorang teman" Jawab Andri. Andri selalu seperti itu . Andri sering bertemu gadis di depan mata Karin, seperti menganggap Karin tidak ada. Baginya, karin hanya pacar simpanannya saja. "Kata 'Cinta' hanya keluar dari mulutku . Sejak aku mengenalnya , aku tidak pernah mendengar dia mengatakan 'Aku Mencintaimu' terhadapku. Dia tidak pernah mengatakan apa-apa dari hari pertama kita pacaran. Setiap hari, dia hanya memberikan Aku sebuah boneka, setiap hari. Aku tidak tahu mengapa?" karin dengan penuh tanya dalam hatinya.Kemudian suatu hari ...
 Karin : "emm.. Andri , aku.." 
Andri : "Apa?" 
Karin :  "Aku mencintaimu." 
Andri :  (hanya memberikan sebuah boneka lalu pulang). Itulah bagaimana Andri mengabaikan Karin. tak ada sepatah katapun dan Andri hanya memberikan boneka itu. Kemudian ia pergi, seperti sedang menghindar. Karin menerima boneka dari Andri hampir setiap hari, hingga ruangan kamar Karin penuh dengan boneka pemberian Andri.

Lalu suatu hari datang, tanggal 15 ulang tahun Karin berusia 19 tahun . Ketika Karin bangun di pagi hari, Karin selalu membayangkan merayakan ulang tahunnya berdua bersama Andri ditaman penuh bunga-bunga. karin pun menunggu Andri untuk menelponnya. Tapi ... siang berlalu, malam berlalu. dan langit pun sudah gelap. Andri belum juga menelpon Karin, hingga Karin tertidur. Kemudian sekitar jam 2 pagi hari, tiba-tiba Andri menelepon Karin hingga terbangun. Dia menyuruh Karin untuk keluar rumah. Dan karin pun menyambutnya dengan suka cita, Karin terus membayangkan hal indah yang selalu dia bayangkan. 

Karin : "Andri..?" 
 Andri : "Disini ... ambil ini "Sekali lagi , dia memberikan Karin sebuah boneka kecil. 
Karin : "Apa ini?"
 Andri : "Kemarin Aku lupa memberikannya sama kamu , jadi Aku memberikannya sekarang. Aku akan pulang sekarang, bye.." 
Karin : "Tunggu, tunggu ! Apakah Kamu tahu hari apa ini?"
 Andri : "Hari ini? Aku tidak tahu"
Karin merasa sangat sedih , Karin pikir Andri akan ingat hari ulang tahunnya. Andri pun berbalik dan pergi seperti tidak ada yang terjadi. Lalu Karin berteriak: "Tunggu ... !!" 


Andri : "Apa kamu ingin mengatakan sesuatu?"
Karin : "Katakan padaku , katakan padaku kau mencintaiku." 
Andri : "Apa? !" 
Karin : "Katakan!" (Karin sambil memeluk Andri dari belakang). berharap, Andri bisa mengatakan bahwa dia mencintai Karin. Tapi kenyataanya Andri hanya bicara dingin. "Aku tidak ingin mengatakan itu, jika kamu kecewa mendengarnya, silahkan mencari penggantiku" Lalu Andri pergi. mendengar itu Karin menangis dan  terjatuh ke tanah. "mengapa andri tidak bisa mengatakan Cinta padaku, Bagaimana dia bisa? Aku merasa bahwa Mungkin dia bukan pria yang tepat untukku." tangis karin

Setelah hari itu, karin diam sendiri di rumah sambil menangis, hanya menangis. tetapi Andri tetap saja tak bisa mengatakan cinta terhadap Karin. Andri hanya terus memberikan boneka kecil setiap pagi dan meletakkannya di luar rumah Karin. Hingga boneka-boneka itu menumpuk di kamar Karin. 


Setelah satu bulan berlalu, Karin mulai bersekolah lagi. Tapi apa yang dilihat karin sungguh menyakitkan, karin melihat Andri jalan dengan gadis lain, . Karin langsung berlari dan kembali ke rumah dan melihat boneka-boneka itu di kamarnya, sambil menangis karin berkata "Kenapa dia memberikan boneka-boneka ini kepadaku, Apa Boneka-boneka diberikan juga dengan gadis lain?" dalam kemarahannya Karin melempari boneka itu. Lalu tiba-tiba, telepon berdering, yang ternyata Andri. Andri menyuruh Karin untuk datang ke halte bus di luar rumah Karin. Karin mencoba menenangkan diri dan pergi ke halte bus. Karin terus berjanji dalam hati bahwa ia akan melupakan Andri, dan meminta putus. Lalu Andri datang ke hadapan Karin, sambil memegang sebuah boneka besar.
  
Andri : "Karin , Aku pikir Kamu marah, Tapi kamu benar-benar datang" (sambil menyodorkan boneka besar) 
Karin : "Aku tidak membutuhkannya." 
Andri : "kenapa?"Lalu Karin mengambil boneka itu dari tangannya dan melemparnya di jalan. Karin : "Aku tidak butuh boneka ini , aku tidak membutuhkannya lagi ! Aku tidak ingin melihat orang seperti kamu lagi!". Tapi tidak seperti hari-hari lain , suara Andri sangat gemetaran. "Maafkan aku" Andri meminta maaf dengan  suara kecil. Lalu Andri berusaha mengambil boneka itu di jalan. Karin : "Kamu bodoh! Mengapa kamu mengambil boneka itu? !"
Tapi Andri mengabaikan Karin dan mengambil boneka itu . Lalu ..."Peeep.... Peeep...!!!"Dengan klakson keras, sebuah truk besar sedang menuju ke arah Andri."Andri ! Pergi ! Menjauh ! " Teriak Karin. Tapi Andri tidak mendengarkan Karin, Andri berjongkok dan mengambil boneka itu . " Boom ! " Suara itu , begitu mengerikan .Itulah bagaimana Andri pergi meninggalkan karin. Itulah bagaimana Andri pergi tanpa membuka matanya untuk mengatakan satu kata cinta kepada Karin.Setelah hari itu , Karin harus menjalani kehidupan dengan sendiri diselimuti kesedihan yang begitu mendalam Dan setelah menghabiskan dua bulan seperti orang gila, Karin mengambil salah satu boneka yang pernah diberikan Andri."Hanya Boneka-boneka ini kenangan saya dengan kamu, Aku ingat hari-hari aku menghabiskan waktu bersama dia, ketika kita sedang jatuh cinta" racau karin seperti orang gila." Satu ... dua ... tiga ... " Karin mulai menghitung boneka." Empat ratus delapan puluh lima buah boneka " Itu semua berakhir dengan 485 boneka .Karin kemudian mulai menangis lagi, dengan boneka dalam pelukannya, karin memeluk erat-erat boneka itu, lalu tiba-tiba ..." Aku mencintaimu ~ , aku mencintaimu ~ " Karin terkejut, lalu menjatuhkan boneka itu,Lalu Karin mengambil bonekanya kembali dan menekan perutnya ." Aku mencintaimu ~ Aku mencintaimu ~ "
" Aku mencintaimu ~ "" Aku mencintaimu ~ "" Aku mencintaimu ~ "Kata-kata keluar dari boneka itu tanpa henti. Aku ... mencintaimu ... "Mengapa aku tidak menyadari kalau hatinya selalu di sampingku , melindungiku. Mengapa aku tidak menyadari bahwa dia mencintaiku sebanyak ini ?" Karin mengambil boneka di bawah tempat tidur dan menekan perutnya, itu adalah boneka terakhir, salah satu yang jatuh di jalan, dengan noda darah di atasnya. dan Suara yang keluar dari boneka besar itu." Karin... Apakah kamu tahu apa hari ini ? Kita sudah saling mencintai selama 486 hari . Apakah kamu tahu apa yang 486 ? Aku tidak bisa mengatakan aku mencintaimu ..  karena aku terlalu malu ... Jika kamu memaafkan Aku dan mengambil boneka ini , aku akan mengatakan bahwa aku mencintaimu ... setiap hari ... sampai aku mati ... Karin ... I love you ... "Air mata datang mengalir keluar dari ke dua mata karin. "Kenapa? Kenapa? Aku bertanya Tuhan , mengapa saya baru mengetahui semua ini sekarang? Dia tidak bisa berada di sisiku , tapi dia mencintaiku sampai menit terakhir nya ..." Karin dengan penuh tangis

Jumat, 27 Desember 2013

on Leave a Comment

HUJAN

kurang lebih tahun 2007 desa yang aku diami desa tanah kelahiranku di terjang banjir bandang akibat hujan dan meluap ea sungai bengawan solo,..ea banjir paling parah dari banjir yang pernah aku tahuea tepat ea desa kenongo sari kecamatan soko kabupaten tuban.,..ok kita awali:

https://cahkenongo.blogspot.comNamaku Raina. Gadis yang terlahir diantara lebatnya hujan di belantara beton. Suara tangisanku pecah diantara ketakutan papa dan mama akan musibah banjir yang konon kabarnya mencapai pinggang orang dewasa. Mungkin itulah sebabnya orangtuaku memberi nama Raina. Rain yang berarti hujan. Hujan yang selalu mengingatkanku pada mereka. Hujan yang membawa kabar bahagia pada orang-orang terkasihku, namun hujan pula yang membawa kabar buruk untukku. Hujan tidak pernah lekang dari kenangan di mataku.
Hari itu langit hitam pekat, angin berselancar dengan riuhnya di depan rumah.

Lima menit kemudian butir-butir kristal bening jatuh menimpa rumah yang beratapkan seng. Bunyi gemuruh air bersahut-sahutan menimbulkan suara yang membuat bulu romaku merinding. Hujan kali ini sangatlah deras, belum lagi anginnya begitu kencang membuat rumah yang kami tempati bergoyang. papa belum pulang juga dari tempat kerjanya. Biasanya jika pukul empat sore papa telah sampai di rumah. Namun kali ini papa belum menampakkan batang hidungnya. Seperti biasa jika hujan turun aku dan mama pasti cemas, karena rumah kami berada di bantaran sungai bengawan solo. Semoga saja tidak terjadi banjir pikirku.
Tiba-tiba bang Roni, salah satu fasilitator penghijauan di desa datang dengan tergopoh-gopoh ke rumah. Dengan wajah cemas dan ketakutan bang Roni menyampaikan kabar bahwa tanggul di hulu telah jebol dan diperkirakan tidak sampai satu jam akan terjadi banjir bandang. Kami panik seketika, “papa bagaimana, mama?? Tanyaku lirih pada mama.
mama hanya memandangku dengan wajah tak kalah pias.
“Sabar Nduk, sebentar lagi papamu pulang, yuk kita bereskan saja barang-barang penting lainnya” perintah mama padaku.
Dengan dibantu bang Roni kami membereskan barang-barang penting yang sebetulnya tidak layak lagi dikatakan barang mewah. Hanya ijazah SD sampai SMA aku simpan dengan rapi dalam ransel, tak ketinggalan album foto sejak aku dilahirkan sampai foto-foto terakhir bersama papa dan mama setahun yang lalu.
Niung….niung…niung…. bunyi tanda bahaya sayup-sayup terdengar di telingaku.

“Na, bu, ayuk kita berangkat sekarang. Tidak ada waktu lagi” seru Bang Roni cemas.

“Tapi papa gimana bang?” tanyaku tak kalah cemasnya.

“Tidak ada waktu untuk menunggunya Na, sekarang kita selamatkan diri dulu, mungkin papamu sedang

terjebak banjir di jalan. Dan boleh jadi dia berada di tempat aman sekarang” ujar bang Roni menenangkan perasaanku.

Di pengungsian aku dan mama tidak mampu memejamkan mata. Yang ada dipikiranku hanyalah ingin bertemu ayah, bagaimanapun keadaannya. Makanan yang dikirimkan oleh tim SAR tidak mampu meluncur ke dalam perutku. Sepertinya ada sesuatu yang menghalanginya untuk masuk. Hanya air yang mampu kuteguk.

Seminggu kemudian aku putuskan untuk kembali dari pengungsian. Berada di pengungsian hanya membuat kepalaku makin pening. Aku tiba di rumah dengan penuh pengharapan untuk bertemu papa, namun hanya rumah kosong penuh lumpur yang kudapati. Semua barang-barang telah hanyut terbawa arus banjir seminggu lalu. Tak ada bekas jejak papa di rumah mungkin dia belum pulang hingga hari ini.

Sekarang sudah bulan Januari, namun penantianku tak akan berhenti untukmu papa. Di bangku depan rumah aku memandangi rintik-rintik hujan yang jatuh perlahan dari langit, tak ada jaket dan payung, namun aku menikmati sapaan hujan sore ini. Berharap hujan mampu memberi jawaban dimana gerangan papa berada.
Lima tahun sudah musibah banjir melanda, namun kerinduanku akan kehadiran papa tak jua mampu kutepis. Sejak musibah itu, aku mulai mencintai hujan meski kadang ada perasaan sesak yang tiba-tiba menjalar diseluruh persendianku jika teringat akan papa. Aku mulai menikmati indahnya bercengkrama dengan hujan tiap gerimis menapak di halaman rumahku.

Ah, papa andaikan engkau berada di samping ku sekarang pasti kita akan menikmati hujan bersama, seperti waktu aku kecil dulu. Biasanya mama akan berteriak dari dalam rumah, memanggil kami untuk segera mandi sambil menyiapkan pisang goreng kesukaanku.

“Masuklah Na, mamamu menunggu dari tadi di dalam, dia begitu khawatir padamu,” seru bang Roni membuat lamunanku buyar seketika.

“Sejak kapan abang disini?”

“Aku dari tadi berdiri dibelakangmu Na, namun tak berani mengusik keasyikanmu. Tapi sekarang hujan makin deras, yuk buruan masuk rumah”

“Iya bang”

Rumah kami sekarang tidak lagi berada dibantaran bengawan solo. Kami pindah setahun yang lalu di sebuah kompleks perumahan sederhana. Setahun sejak kejadian banjir itu aku bergabung di LSM yang dibentuk oleh bang Roni. Sebuah LSM yang bergerak dibidang penghijauan, lewat LSM tersebut aku bertekad tidak akan ada lagi gadis atau siapapun yang akan kehilangan papanya karena banjir. Banjir yang telah memisahkan aku dan papa masih selalu menyisakan sakit yang dalam di palung hatiku.

“Nduk, menikahlah dengan Roni. Ia begitu menyayangimu. mama sekarang sudah sakit-sakitan. Mungkin umur mama tidak lama lagi, uhuk..uhuk…” nafas mama makin berat, segera aku sodorkan segelas air untuk mama.

“Ah, mama ngomong apa sih. Aku nggak pantas untuk bang Roni, ma. Aku hanyalah tamatan SMA, gak cocok bersanding dengan bang Roni”ujarku dengan wajah menunduk, berusaha menutupi wajahku yang mungkin memerah.

“Siapa bilang nduk, buktinya dia baru saja melamarmu saat kamu duduk di depan”

“Bener ma?”

“Iyya nduk, dia menitipkan ini” mama menyodorkan kotak mungil berbentuk hati.

Segera kubuka kotak tersebut dan kudapati cincin tersemat dengan indahnya dalam gabus. Ada rasa haru yang tiba-tiba menyeruak dalam hatiku. Sejak pertama bertemu sosoknya telah menarik perhatianku. Sinar mata teduhnya mirip dengan mata papa, dan aku menemui banyak kemiripan karakter antara bang Roni dengan papa. Terima kasih yah bang, semoga sosok papa hidup dalam dirimu dan aku tidak akan merasa kehilangan papa lagi.
kenongo kidul



















Senin, 23 Desember 2013

on Leave a Comment

MAKNA AKSARA JAWA






















Huruf Jawa atau aksara Jawa tepatnya dikenal dan masi dipakai sampai saat ini terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta dan digunakan sebagai bahasa resmi mereka selain bahasa Indonesia , sebenarnya apa fungsi huruf jawa diatas ,sebenarnya bagi orang awam ini hanya sebuah perhuruf atau kosakata biasa , sebenarnya huruf jawa bisa diwakilkan sebagai sifat manusia untuk mencapai kesempurnaan , kenapa bisa disebut untuk mencapai kesempurnaan , yak arena tiap aksara mengantung arti kata yang mendalam dan banyak serta penafsiranya pun banyak ,setiap per aksara jawa mengandung karakter perwakilan tiap orang dan akan mencapai kesempurnaan tingkat SPIRITUALNYA Jika bisa mengemban 20 aksara jawa tersebut
Beberapa Terjemahan Dari Internet entah asal usulnya dari mana
Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada ” utusan ” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan).
Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Ilahi) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang tidak sportif.
Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
Berikut Penjelasan HANACARAKA  dalam diri manusia
  1. Ha Hana hurip wening suci – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci ,ini tidak jauh dari kata Iklash artinya kita Pasrah dan Apa adanya ,kita bukan menginginkan tapi membutuhkan dari yang Maha Suci ,seperti Ilmu datang dari yang Maha Suci jika benar-benar dibutuhkan melalui perantara seseorang ,Ingat menginginkan itu sama saja Ego ,Membutuhkan sama saja dari Pasrah dan Iklash
  2. Na Nur candra, gaib candra, warsitaning candara – pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi ,Cahaya Ilahi disini artinya mengharapakn Ridho dan Izin Dari Tuhan Yang Maha Esa ,setiap perbuatan yang kita sebut baik selalu mengarah aksara ini , pengharapan Cahaya Ilahi dapat dilakukan dengan Berusaha dan Berdoa ,Cahaya Ilahi dalam diri manusia bermanfaat membersihkan noda-noda kotoran dogma yang menghalangi kita untuk bertemu dengan diri kita yang sejati(Syarat Bertemu Guru Sejati)
  3. Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi – arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal, Ini berhubungan dengan aksara Na , Dalam hal Berusaha Dan Berdoa hanya kepada Yang Maha Tunggal ,jagan menduakan Tuhan itu sangat melanggar semua aturan agama Terutama Islam disebut Syirik atau menyekutukan Allah Swt,kita coba bandingkan hal yang lebih kecil lagi kita punya teman baik dan setia tapi kita telah menyekutukan( dalam arti berkhianat)tentunya kita akan sakit hati sangat mudah untuk kehidupan sehari-hari untuk menghilangkan aksara jawa Ca ,Karena Sesuatunya dan Tujuan Benda Hidup dan Yang Diciptakan Oleh Yang Maha Kuasa hanya semata untuk tujuan Yang Maha Tunggal karena kita ibarat peran skenario dan dalangNya adalah Tuhan Yang Maha Esa
  4. Ra Rasaingsun handulusih – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani, aksara ini berhubungan erat degan Ha,Na,Ca ,Cinta kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa Cinta Kasih Kepada Sesama Mahkluk Hidup ,Cinta kasih dapat menetralkan semua bentuk kehidupan menjadi damai dan kembali kepada aksara Ca yaitu arah dan tujuanya kepada Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,setiap manusia mempunya sifat cinta sejati contoh paling kecil adalah cinta kepada istri atau suami
  5.  cintah tidak pandang bulu ,cinta itu buta tapi cinta dapat dirasakan ,ini adalah pendapat umum pemuda yang pernah merasakan cinta ,artinya cinta dapat dirasakan ,keberadaan Tuhan pun dapat diRasakan keberadaan Mahkluk hidup kun dapat dirasakan  ,Cinta berasal dari hati ,hati hanya bisa bicara dengan hati ,hati ke hati ,ini adalah Dasar untuk mendapatkan Cahaya Ilahi aksara Na , dengan melalui jalan menuju ke Maha Tunggal aksara Ca , dan kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa aksara Ha , intinya yaitu berdoa proses berdoa dalam aksara yaitu NiatàRaàCaàNaàHa proses menurut aksara Jawa Inilah yang cukup mudah untuk komunikasi dengan Tuhan Yang Maha Esa tentunya dengan Syarat Iklash ,Pasrah,Membutuhkan bukan Menginginkan ,Dan Cinta Nurani(ini yang paling sulit)
  6. Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana – hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam,Jika seseorang sudah bisa merasakan Cinta Kasih Nurani ,Pastinya menginginkan Kesejahtraan Alam ,orang yang memiliki Perasaan Cinta Kasih Nurani akan merasakan sendih melihat sesama mahkluk hidup saling menghancurkan dan merendahkan dan  untuk menghindarinya hendaknya Silih-Wangi(saling mengharumkan orang sunda umunya menyebut Siliwangi sebagai MahaRaja Pajajaran) ,untuk itu rasa cinta sejati dan hasrat kesajahtraan alam merupakan dasar sifat ini pada manusia adalah Toleransi Sesama Mahkluk hidup dengan batas-batas Kesepakatan atau Wahyu
  7. Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan – menerima hidup apa adanya ini berhubungan dengan Aksara Ha ,tidak lain dari Kata Pasrah
  8. Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup tidak lain dari sifat konsisnten dan tidak goyah punya pendirian dan yang mempunya aksara ini pastinya sudah menemukan Jati Dirinya Artinya sudah ada Aksara Na dalam Pribadi diri tentunya Aksara Na ini berhubungan dengan Ha,Ca dan Ra dan Diarahkan ke Aksara Ka yaitu Kesejahtraan alam yang artinya tidak jauh dari Perdamainan
  9. Sa Sifat ingsun handulu sifatullah – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan, ini berhubungan dengan aksara Ra ,berusahalah diri kita seperti cinta kasih yang diberikan kepada kita dari Tuhan Yang Lagi Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,(sifat yang dimiliki seperti Arjuna ,Kresna)
  10. Wa Wujud hana tan kena kinira – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas, ini berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan ,manusia mampu membuat ilmu pengetahuan yang hanya terbatas menjadi tidak terbatas denga syarati menemukan Sejatinya Diri Sendiri,selanjutnya prossesnya akan berbeda-beda ,maka dari itu Ilmu Pengetahuan Alam yang turun ke Dunia kita merupakan proses Kerja Keras Dan Doa dan hanya bisa memperoleh petunjuk dari aksara Wa ,aksara ini sangat dijalani maka dari itu hanya sebatas orang yang mampu mempunya karakter aksara Wa dalam ilmu Cina ada hubunganya dengan ilmu yang disebut Iching (Pejelasan Iching sedang dibuat artikelnya)
  11. La Lir handaya paseban jati – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi ,aksara ini berhubungan denan aksara Ca atau bisa dibilang tingkat lanjut dari aksara Ca ,ini seperti wahyu tapi bukan wahyu melainkan Takdir ,takdir yang kita jalani hanya semata tuntunan Ilahi ,artinya kita mengikuti takdir kita ,kita pun bisa mengelak dengan berdoa dan berusaha untuk menajalani takdir lain yang menurut kita lebih baik ,Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Pengasih dan Penyayang kepada semua mahkluk hidup
  12. Pa Papan kang tanpa kiblat – Hakekat Allah yang ada disegala arah ,ini adalah makrifat sulit dijelaskan dengan kata-kata ,hanya dengan hati yang bijak yang mampu merasakan aksara ini ,aksara ini adalah tingkat lanjut dari Wa dan Ra
  13. Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane – Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar,segala-galanya adalah dari dasar, dasar yang dimaksud adalah Niat dan diatas yang dimaskud adalah Iklash ,niat mempelajari suatu ilmu ,iklash mengamalkan ilmu untuk mahkluk hidup yang lain
  14. Ja Jumbuhing kawula lan Gusti – Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya, ini adalah tingkat lanjut aksara Pa ,jadi tidak bisa dijelaskan kata-kata tapi hanya dari hati yang bijak contoh yang paling mudah adalah ,kita sudah berusaha dan berdoa tapi Tuhan memberikan rencana yang lebih baik dari kita rencanakan.
  15. Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi – yakin atas titah/kodrat Illahi,barulah kita sampai kepada sifat dasar manusia yaitu Yakin ,bertindak dalam hal sesuatu harus dimulai dari niat selanjutnya menyakini apa yang di jadikan tujuan.
  16. Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki – memahami kodrat kehidupan ,tingkat lanjut dari aksara Pa , ini sifat penting dalam kepmimpinan harus memahami kehidupan dan kemunkinan yang akan terjadi saat mendatang(kemampuan melihat masa depan tanpa mata nyata)
  17. Ma Madep mantep manembah mring Ilahi – yakin/mantap dalam menyembah Ilahi,tingkat lanjut dari aksara awal yaitu Ha dan Ya, menyembah Tuhan Harus Yakin dan mantap tanpa keyakinan akan terombang ambing dan jika terombang-ambing sama saja menghilangkan aksara Na , yaitu syarat menemukan Guru Sejati
  18. Ga Guru sejati sing muruki – belajar pada guru nurani, tentunya pasti berhubungan dengan aksara Na dan Ma ,pada tingkatan ini manusia umunya mempunya aura dan sakti tanpa aji semuanya karena Tuntunan Ilahi(hampir semua aksara Ga bisa dihubungan ke semua aksara Jawa)
  19. Ba Bayu sejati kang andalani – menyelaraskan diri pada gerak alam,maksudnya mematuhi takdir dan menjalani apa yang diperintahkan Tuhan ke kita ,tingkat lanjut dari Ga yang berarti berhubungan dengan semuanya
  20. Tha Tukul saka niat – sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan ,pasti ini sudah dijelaskan dari awal hanya saja niatan dalam arti tuntunan Ilahi artinya niatan yang dibutuhkan untuk kerohanian diri sendiri dan orang lain ,orang yang punya aksara Tha sudah niat biasanya alat dan bahan sudah siap .bahkan tidak perlu alat bahan sudah dipersiapkan dari orang lain ini adalah sifat dari Bijaksana dan BeWibawa
  21. Nga Ngracut busananing manungso – melepaskan egoisme pribadi manusia ,dan ini lah yang terkahir Nga mudah dikatakan sulit di perbuat ,harus benar-benar serius untuk bisa melepaskan egoism manusia karena egosime merupakan akar dari Perang dan Ketidakseimbangan Dunia ini sehingga kita haru mampu menahan nafsu yang salah satunya yaitu egois , menang sendiri ,sombong ,ego-is(sifat buruk manusia berdasarkan ego dan nafsu)
UNEN UNEN JAWA yang memahami aksara jawa
*pamulange sangsarane sesami = pelajarannya sengsaranya sesame(segala sesuatu harus dibayar)
*sakti tanpa aji = berhasil tanpa sarana(guru sejati)
*sugih tanpa banda = bisa menginginkan apa saja tanpa persiapan(sabdo pandita ratu atau kun-fa-ya-kun)
*ngluruk tanpa bala = menyusup tanpa teman, tetapi selalu mendapatkan hasil(belajar sendiri hasil untuk sendiri)
*ngasorake tanpa peperangan = menang tanpa menggunakan kekerasan/perang(perdamaian) (objek)apa kang sinedya teka,apa kang kacipta dadi = apa yang diinginkan/diamaui akan terjadi/ tercipta.
*Digdaya tanpa aji = sakti tanpa ajian(belajar sendiri atau cari tau sendiri)
*Trimah mawi pasrah = menerima dengan menyerah(pasrah)
*Suwung pamrih tebih adjrih = sepi hasrat jauh dari takut(punya banyak ide dan kreatif)
*Langgeng tan ana susah tana ana bungah= tenang tetap hidup nama(maksudnya kalau udah mati namanya dikenang)
*murid gurune pribadi = murid gurunya pribadi(ya guru sejati)

















Gendhis savindra. Diberdayakan oleh Blogger.