srihuning |
Malam ini angin sepoi di tambah rintik rintik hujan turun jalan yang biasa ramai orang lewat malam ini sepi aku duduk di beranda kamarku menikmati malam sendiri mama di bawah sibuk dengan berkas berkas pembukuandari jauh terdengar sayup sayup lagu jawa khas daerah Bojonegoro ,Tuban dan Lamongan tayub.
Namanya dan kebetulan judulnya aku sangat suka Srihuning mustiko tuban tentunya masyarakat tuban ,bojonegoro ,lamongan dan sekitarnya pasti pernah mendengar cerita ini,dan aku punya ide untuk menulis sebuah cerita
kisah cinta pahlawan wanita dari tuban yang berakhir dramatis".
Aku sangat mengagumi kepahlawanan dan perjuangan cinta sang srihuning terkadang bila mendengarkan langgam sya'ir lagu srihuning bulu kuduk nyampek merinding haru,biarpun aku bukan asli orang tuban tapi setidaknya aku masih punya darah tuban dari mama,papa asal dari paciran lamongan dan sekarang aku tinggal di kabupaten bojonegoro,persis seperti lokasi yang ada dalam cerita "srihuning mustiko tuban ",ok gendhis akan menjelaskan singkat cerita ini
lokasi pertama
adalah di kadipaten tuban disini tempat lahir sang pemeran utama dalam cerita atau sang Protagonis yaitu Raden Wiratmoyo Raden Wiratmoko dan Sang mustiko tuban Srihuning
mereka di kenal sebagai tiga bersaudara anak adipati tuban "Demang Wangsa pati(juru penongsong)Adipati Ranggamurni"
lokasi ke dua
adalah di kadipaten Bojonegoro bisa juga di katakan sebagai tokoh tambahan atau Tritagonis : Tokoh penengah| disini yang menjadi pemeran pembantu adalah adipati bojonegoro dan putrinya yaitu dewi kumolo retno wanita cantik jelita ,yang pada akhirnya mendapat piala citra.
lokasi yang ke tiga
adalah kadipaten Lamongan Adipati Jala sudibyo sebagai pemeran utama antagonis karena lamaran untuk putri kumolo retno di tolak dari fihak Bojonegoro adipati Jala Sudibyo marah dan menyerang kadipaten Bojonegoro.
Sebenarnya cerita sejarah srihuning sang mustiko tuban ini sangat sedikit untuk di telaah dan di pelajari jadi kurang gereget karena kurang refrensi.
pada zaman Kerajaan Majapahit, kadipaten Tuban di pimpin seorang Adipati yang bernama Demang Wongsopati Juru Penongsong Adipati Ranggamurni mempunyai dua putra dan seorang putri. Mereka adalah Raden Wiratmoyo, Raden Wiratmoko, dan Putri Sri Huning. Hal yang seharusnya tak terjadi, Raden Wiratmoyo jatuh cinta pada adiknya yang cantik jelita. Dan ternyata rasa cinta untuk Putri Sri Huning tak bertepuk sebelah tangan. Dengan tembok penghadang yang jadi pembatas, mereka tetap saling mencintai. Meski tlah sekuat tenaga mereka berusaha lelanyapkan perasaan terlarang itu.
Hingga akhirnya, pada suatu hari Ibunda mereka menceritakan yang sesungguhnya pada Raden Wiratmoyo. Betapa terkejutnya pria tampan itu setelah pendengar penuturan Sang Ibunda, tenyata Putri Sri Huning yang jelita bukan saudara kandungnya. Putri Sri Huning hanyalah seorang anak angkat. Ayahnya adalah pejuang kadipaten yang telah gugur di medan perang pada saat perjadi pertikain berdarah di Kerajaan Majapahit kala itu. Sehingga Sri Huning yang saat itu masih sangat kecil dan belum tahu apa – apa diasuh oleh keluarga kadipaten.
Raden Wiratmoyo sangat senang akan lah itu. Karena itu berarti, bersama Putri Sri Huning dalam jalinan asmara yang suci bukanlah suatu kesalahan. Raden Wiratmaya pun bergegas menceritakan yang sebenarnya telah terjadi selama ini kepada wanita pujaan hatinya. Pastinya Sri Huning juga sangat senang karena itu. Ternyata cinta yang meraka rasakan selama ini bukanlah cinta yang salah. Bunga – bung asmara yang tadinya layu, kini telah mekar kembali. Justru semakin merekah, sangat indah menghiasi taman hati mereka berdua.
Tanpa menyia – nyiakan sedikitpun waktu, Raden Wiratmoyo dan Putri Sri Huning bergegas menemui Ayahanda mereka, Sang Adipati Tuban. Namun, ternya hal yang tak merekan harapkan lah yang mau atau tidak harus mereka terima kenyataannya. Kembali melayukan bunga cinta yang baru saja kembali mekar. Raden Wiratmoyo dan Putri Sri Huning terlambat mengutarakan perasaan yang telah lama merka simpan dalam hati. Sang Adipati terlanjur meninang Putri Kadipaten Bojonegoro yang bernama Kumolo Retno, untuk putra sulungnya.
Lamaran itu telah di terima oleh keluarga Kadipaten Bojonegoro. Sabda seorang pandhita dan pengusa tidak boleh diubah – ubah. Akhirnya, Raden Wiratmaya pergi ke Kadipaten Bojonegoro sebagai seorang calon pengantin dengan hati yang hancur berkeping – keping, karena impiannya untuk dapat bersanding bersama Putri Sri Huning di pelaminan pupus sudah. Semua kerabat Kadipaten Tuban mengiringi penjalanan Raden Wiratmoyo ke Bojonegoro, begitu pula Putri Sri Huning. Meski berat untuk ia melangkah, ia tetap mengiringi perjalanan itu.
Ketika pernikahan itu berlangsung, tak di sangka tiba – tiba datang lah pasukan Kadipaten Lamongan yang merasa tidak terima atas penolakan dari Kadipaten Bojonegoro. Mereka juga berusaha memboyong paksa Putri Kumala Retna. Prajurit Tuban yang mengiringi kerabat Kadipaten Tuban segara ikut membantu Prajurit Bojonegoro, dan Putri Sri Huning ikut berperang bersama para prajurit itu. Seorang putri terlibat dalam sebuat peperangan, bukan hal yang wajar dan tidak lah mudah. Semua itu kerena cinta untuk pujaan hatinya.
Akhirnya Putri Sri Huning berhadapan dengan Adipati Lamongan, walaupun telah menghabiskan seluruh kemampuan dan tenaga yang ia miliki untuk penyerang pria tangguh itu, tak membuat Sri Huning mampu bertahan. Ia harus pergi menyusul orang tua kandhungnya. Mendengar berita bahwa Putri Sri Huning terbunuh oleh Adipati Lamongan, membuat amarah Raden Wiratmoyo berkobar dan merusaha membalas kematian Putri Sri Huning. Namun sayang ia gagal membalas dendam, Sang Pangen turut gugur di medan laga yang kejam.
dan ini sya'ir refrensi isi cerita ini:
Sri huning mustiko tubanLabuh tresno lan saboyo patiMarang raden wiratmoyoKang wis prasojo hanambut branti
Sri huning daton ngrahitoKang rinipto kadange pribadiWiratmoyo putra niroRonggolawe adipati tuban
Sri huning putrane abdiWongso pati nalikane uniKapupuk ing madyo logoDuk prang tandhing lawan minakjinggo
Katresnane wiratmoyoTinampi dene roro sri huningSenadyan wekasan niroPrapteng lampus alabuh negoro
Kesedihan yang teramat dalam di rasakan oleh Adipati Tuban dan istrinya. Kedua buah hati yang sangat mereka sayangi, si sulung dan si bungsu harus pergi dan tak akan pernah bisa kembali. Emosi Sang Adipati telah sangat memuncak dan tak dapat di bendung lagi, Tanpa berpikir dua kali dan tak sedikit pun ada keraguan, Adipati Tuban menyerang Adipati Lamongan. Manusia yang telah berhasil, membunuh kedua anaknya dalam pertempuran, karena lah sepele. Dengan usaha yang tak mudah, Adipadi Tuban bisa mengalahkan Adipati Lamongan.
Kejadian itu tak membuat Kadipaten Tuban gagal berbesanan dengan Kadipaten Bojonegoro. Kini Putri Kumolo Ratno dinikahkan dengan Raden Wiratmoko adik Raden Wiratmoyo. Sedangkan Raden Wiratmoyo dan Putri Sri Huning tak akan pernah terlupakan, mereka kan selalu dikenang. Kini kita tahu betapa tutusnya rasa cinta mereka, rela berkorban satu sama lain, bukan cinta yang tumbuh karena nafsu saja. Namun sungguh tulus dari hati. Ketulusan cinta mereka terbayar sudah. Selalu dapat bersanding bersama, meski bukan di dunia.
Orang barat boleh punya cerita cinderella dan putri salju indonesia juga punya tak kalah hebatnya.
cerita di atas refrensi dari sya'ir tembang tayub yang i kenal warga tuban bojonegoro dan lamongan sebagai kesenian traditional dan sangat di gemari.