Senin, 23 Desember 2013

on Leave a Comment

IRONIS DI BALIK MEGAHNYA GEDUNG PEMKAB TUBAN

 Sindiran kata-kata ‘orang miskin dilarang sekolah dan orang miskin dilarang sakit’ ternyata ada kalanya betul. Di tengah kesulitan ekonomi seperti sekarang ini, membuat anak jalanan makin bertambah banyak. Hal tersebut terlihat jelas di tempat-tempat keramaian Kota Tuban, tepatnya di alun-alun dan terminal wisata Tuban Jalan AKBP Suroko.
Hal tersebut sangat tidak wajar, ketika Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban berdiri megah dengan 3 lantai yang full AC, namun kontradiksi dengan pemandangan di depan dan sebelah barat. Di mana terdapat banyak kaum Rombongan Muka Susah (Romusa) yang berkeliaran membutuhkan uluran tangan kaum-kaum elit.
Melihat ketimpangan sosial yang sangat tidak wajar tersebut, membuat mantan aktivis Perempuan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Nunuk Fauziyah terketuk hatinya untuk membuat Taman Belajar atau yang sering disebut ‘sekolah anak jalanan’ yang dilakukan dalam seminggu sekali bertempat di Alun-alun Tuban.
 Memang tidak semua pelajaran yang ada di sekolah diajarkan oleh kak Nunuk dan kawan-kawannya, namun kak Nunuk dan kawan-kawannya lebih memfokuskan kepada apa yang menjadi kebutuhan anak di zaman yang serba modern ini. Seperti belajar bagaimana mengoperasikan komputer, Bahasa Inggris, dan yang lebih fokus diajarkan kak Nunuk dan kawan-kawannya adalah belajar membaca, agar nantinya, meskipun mereka hidup di jalanan namun tidak buta huruf. Sehingga di manapun mereka berada bisa membaca, meskipun itu hanya sesobek koran yang tidak terpakai.
Perempuan kelahiran Lamongan  tersebut, membuat kegiatan belajar itu tidak hanya untuk anak jalanan dan pengamen yang memang itu tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah, tapi sampai anak putus sekolah pun ikut bergabung dalam kegiatan belajar itu.
Pasalnya, kebanyakan anak yang putus sekolah ini adalah anak yang di sekolahnya terdapat kesenjangan sekolah antara anak orang miskin dan anak orang kaya. “kata salah anak, Saya tidak punya teman kalau di sekolah dan terkadang sering dihina oleh teman-teman saya yang anaknya orang kaya. Kalau di sini saya lebih nyaman,”
Kak Nunuk Fauziyah juga menambahkan, bahwa salah satu penyebab anak putus sekolah itu dikarenakan di sekolahnya mereka selalu terkucilkan oleh teman-teman. Sehingga mereka tidak betah dan lebih memilih menjadi pengemis di jalanan.
“Sebenarnya anak-anak ini sangat berpotensi semua, dan sangat mempunyai kemauan keras. Namun mereka kurang perhatian dari Pemerintah dan arahan oleh orang tua juga,
saat ''gendhis'' tanya semua dana untuk oprasional mengajar dari mana, kak  Nunuk mengatakan bahwa semua dana yang mereka keluarkan itu murni dana dari iuran temen-teman KPR. “Dana ini murni dari iuran sahabat-sahabat yang peduli dengan keadaan nasib anak jalanan,” jelasnya.
 kak Nunuk berharap, Pemerintah lebih peka terhadap rakyat-rakyat yang masih membutuhkan uluran tangan untuk mengenyam pendidikan yang layak, daripada selalu memperbaiki gedung Pemkab yang sebenarnya masih layak. Masih banyak orang-orang yang membutuhkan uluran tangan di sekeliling megahnya Gedung Putih itu.
miris dan miris itu yang aku rasakan setelah mendengar cerita dari kak Nunuk dan kawan kawan
semoga orang orang seperti kak Nunuk dan kawan kawan tak pernah bosan menyempatkan waktunya
untuk membangun generasi kita biarpun dengan cara dan batas kemampuannya ..,.,.,''SALAM SANTUN''



Sabtu, 21 Desember 2013

on Leave a Comment

MALAM MINGGU SEPI


- Malam minggu tanpa pasangan pastinya sepi ya? Mungkin itulah yang ada dipikiran anda. Tapi apakah kesenangan malam minggu hanya dimiliki para pemilik pasangan saja? Apakah malam minggu tidak dapat dinikmati oleh jombloers... #lebai

Gak semuanya kok jomblo yang merasa kesepian dimalam minggu, banyak juga para jomblo yang bisa bersenang, sesenang senang nya..

Jadi para pembaca yang mungkin adalah seorang jomblo janganlah kuatir, karena mungkin tips ini akan memberikan masukan untuk anda bagaimana jika kita menjadi jomblo tetapi bisa menikmati malam minggu :

1. Mengenal Diri Sendiri
Gunakanlah waktu luang ini untuk mengenal diri Anda sendiri. Tulislah jurnal harian dan habiskan waktu Anda dengan menonton koleksi DVD. Pahamilah kebiasaan dan perilaku Anda sendiri agar bisa berbaur dengan teman-teman.

2. Hemat
Siapa bilang tidak pergi ke bioskop saat malam minggu adalah hal yang menyedihkan? Dengan berdiam di rumah, Anda dapat menyaksikan semua tayangan TV kabel tanpa harus mengeluarkan uang. Pastinya sangat menyenangkan dapat menghemat uang Anda bukan?


3. Tetap Sehat
Banyak remaja menghabiskan malam minggunya dengan berpesta sampai larut malam. Jangan iri dengan kegiatan di luar sana karena Anda tidak perlu tidur larut malam yang dapat mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu. Makanan yang Anda konsumsi juga lebih terjaga dan sehat.

4. Tidur yang Nyenyak
‘Malam minggu malam yang panjang’, istilah tersebut dapat Anda artikan sebagai malam yang panjang untuk istirahat. Setelah padat dengan kegiatan kantor, gunakanlah satu hari tersebut untuk menyegarkan tubuh dan pikiran agar hari esok dapat lebih bersemangat.

5. Melakukan Hal Baru
Bukannya tidak populer atau tidak punya teman, Anda memang hanya ingin menghabiskan malam minggu ini di rumah dengan bereksperimen seperti membuat masakan baru yang Anda lihat di majalah. Anda pun dapat mengundang teman ke rumah untuk ikut memasak atau sekedar mencicipi masakan Anda.

6. Nikmati Kesendirian
Jangan menargetkan kapan status single berakhir Nikmatilah kesendirian Anda dengan tidak mengganggu orang lain. Percayalah malam-malam berikutnya akan lebih menyenangkan dengan kehadiran kekasih baru, tetapi jangan terlalu terobsesi mendapatkannya.

7. Dirindukan Teman
Tidak selalu menghadiri undangan di malam minggu? Jangan khawatir, teman-teman Anda pasti akan selalu merindukan kehadiran Anda. Buatlah mereka terkejut dengan menghadiri malam yang sudah lama Anda lewatkan.

Jumat, 20 Desember 2013

on Leave a Comment

CINTA BEDA AGAMA,KEMANA UJUNGNYA




“tuhan memang satu,kita yang tak sama”
.
Kalimat sederhana itu kedengarannya manis, tapi sesungguhnya menyimpan banyak cerita dari banyak manusia yang harus menerima kenyataan miris : “mengapa harus keyakinan memisahkan kita?”.
Maaf ini bukan soal artis Saya tak kenal mereka dan tak merasa perlu memperhatikan kisah hidup mereka. Tapi cerita ini memang tentang asmara, tentang cinta sepasang manusia yang terhalang tembok bernama agama.
Cinta beda agama sedang sering jadi perbicangan anak-anak muda. Jalinan kasih beda agama juga banyak dimunculkan dalam sejumlah film. Novel dan cerpen bahkan sudah lama menjadikan cinta beda agama sebagai ruang tema. Para penyanyi dan pencipta lagu pun menjadikan kisah cinta ini sebagai sumber inspirasi.
Cinta memang tak pernah salah. Cinta juga bisa tumbuh kapan saja, di mana saja. Ia pun sering datang tanpa lebih dulu ketuk pintu hingga tiba-tiba saja mereka yang kejatuhan cinta seketika bahagia dan lupa. Lupa bahwa ada keadaan dan batas yang seringkali membuat cinta menjadi salah, bisa salah waktu, bisa juga salah keadaan. Cinta beda agama mungkin sebuah “cinta salah keadaan”.
Cinta beda agama juga menjadi kisah yang paling membuat orang susah lupa. Entah karena apa, mendengar beberapa cerita dari teman-teman yang pernah mengalaminya, cinta terhalang keyakinan begitu susah dilupakan dari ingatan mereka. Ada yang bilang terlalu pedih untuk menerima kenyataan pisah setelah banyak perjuangan yang dilalui demi mengalahkan perbedaan itu. Ada juga yang berkisah kalau melepas cinta karena beda keyakinan berkali-kali lipat lebih berat dibanding pisah cinta karena watak atau status sosial. Entah mengapa juga lagu-lagu tentang cinta beda agama jauh lebih galau dibanding lagu cinta perih lainnya. Tapi ada juga yang tak peduli, yang namanya cinta pokoknya harus bersama.
Saat jatuh cinta manusia memang kerap menunjukkan diri sebagai makhluk egois termasuk dalam memaksakan keadaan untuk berpihak pada mereka. Saat merasakan sayang pada pasangan atau calon pasangan, manusia mudah termakan dengan petuah bijak “jika sepasang manusia sudah saling mencintai, halangan terberat pun takkan tega menghampiri”.
Sayangnya saat jatuh cinta kita terlampau yakin pada petuah-petuah cinta itu. Padahal sebesar-besarnya cinta, pada akhirnya setiap manusia hanya menjalankan suratan Tuhan. Tak mungkin memaksakan takdir untuk menuliskan “Aku dan Dirimu”. Sebesar-besarnya kasih pada akhirnya sering ada batas yang terlalu besar untuk dilawan, terlalu tinggi untuk dilompati. Batas itu terlalu kuat untuk manusia kalahkan, terlalu jauh dari jangkauan manusia untuk menembusnya, yakni agama. Perbedaan memang membuat indah, karena beda kita jadi kuat. Tapi karena beda agama, cerita cinta pun sering harus berakhir parah meski sudah dijalani dengan indah.

Beberapa bulan lalu seorang kakak angkatan di kampus mengutarakan curhatnya tentang seorang pria yang sedang ia senangi. Usai pisah cinta dengan yang lama ia merasa menemukan bahagia yang baru bersama pria tersebut, meski ia tahu ada tembok nyata di antara mereka. Tembok itu adalah keyakinan.
Saat mendengar curhatnya saya lebih banyak tersenyum menyimak ekspresi orang yang sedang jatuh cinta. Tak banyak dari saya, hanya sedikit pendapat pribadi bahwa tembok di antara mereka itu sejatinya adalah sesuatu yang sangat nyata. Bahkan ketika ia melanjutkan curhatnya bahwa sang pria bersedia pindah agama jika mereka jadian, saya tetap tersenyum sambil mengingatkan sekali lagi bahwa tembok di antara mereka bukan sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja oleh sebuah janji.
Pada kakak tersebut saya lalu memberikan sebuah lagu KAHITNA yang berjudul Nggak Ngerti agar ia bisa mengerti bahwa ujung cerita cinta bisa jadi tak seindah dengan banyaknya hal manis yang terjadi ketika cinta itu tumbuh dan dijalani.
Tak berapa lama kemudian mereka jadian. Sementara tembok itu masih tetap ada. Beberapa kali melihat timeline twitternya, tampaknya ia senang menjalani kisah kasih barunya.
Dan kini saya baru tahu jika tak lama setelah mereka jadian saat itu, sang pria memutuskan berpindah agama. Akhirnya tembok itu bisa mereka lalui meski ujung cerita cinta tetap akan menjadi sebuah misteri bagi mereka.
gendhis berpesan  sama kalian semua yang membaca tulisan gendhis,maaf  kalian senua saudara saudariku yang baik berfikirlah yang panjang dalam memilih pasangan lihatlah dari berbagai sudut pandang,contoh dasar soal keyakinan, maaf ini bukan soal ANTI cinta lain agama tapi bagaimana kita menjalani hidup bermahligai tapi dalam bayang bayang tembok menyekat. makasih.,.,,.,SALAM SANTUN
on 1 comment

KAMAJAYA & KAMARATIH



Kisah Kamajaya dan Dewi Ratih atau Kamaratih memang tidak begitu terkenal dalam cerita pewayangan. Kamajaya dan Dewi Rath dikenal sebagai dewa-dewi cinta yang menjadi simbol kerukunan Ssuami istri.
Kamajaya adalah Dewa Cinta putera Sang Hyang Isma. Ia berparas elok, berbudi luhur,jujur, berhati lembut dan penuh kasih kepada istrinya. Begitu Juga dengan Kamaratih atau Dewi Ratih, ia adalah puteri Sang Hyang Resi Soma. Ia berparas sangat cantik dan berwatak seperti suaminya. Pasangan dewa-dewi ini saling menyayangi,mecintai, sangat rukun dan selalu menjaga kesetiaan lahir dan batin. Kamajaya dan Kamaratih tak pernah berpisahan.
Kasih sayang dan kerukunan mereka sebagai suami istri itu menjadikan mereka sebagai symbol kerukunan suami istri. Sehingga pada acara pernikahan masyarakat Jawa, sering terdengar wejangan untuk kedua mempelai agar pasangan suami istri tersebut bisa saling mencintai, rukun dan setia seperti Kamajaya dan Kamaratih. Dan bila kelak pasangan tersebut memiliki anak, diharapkan anak tersebut mempunyai sifat-sifat seperti Kamajaya (jika laki-laki), dan secantik Kamaratih (jika perempuan).
Selain itu, dalam acara tujuh bulanan atau mitoni dalam budaya Jawa, kelapa muda yang hendak dipecahkan ayah calon bayi sering dilukiskan atau dituliskan nama Kamajaya. Sebagai wujud dari buah cinta.
Salah satu kisah pewayangan Kamajaya dan Kamaratih tertulis dalam buku Smaradahana.
Suatu saat, Kahyangan akan diserbu oleh bala tentara raksasa yang dipimpin oleh Raja Nilarudraka. Para dewa tidak mampu menghadapi kesaktian Raja Nilarudraka. Seluruh dewa yang ada panik dan bingung bagaimana cara mengatasi bahaya itu, karena saat itu Batara Guru sedang bertapa. Para dewa kemudian mengadakan musyawarah dan keputusannya yaitu menunjuk Batara Kamajaya untuk membangunkan Batara Guru dari tapanya. Maka berangkatlah Batara Kamajaya ke pertapaan Batara Guru.
Sesampainya di pertapaan, Batara Kamajaya tidak berani mendekat untuk membangunkan Batara Guru. Maka ia menemukan akal untuk membangunkan sang raja Dewa tersebut. Kamajaya menggunakan panah bunga,yang bisa menyebarkan wangi-wangian bunga. Tetapi usahanya tidak berhasil. Maka ia kemudian menggunakan panah Panca Wisaya yaitu panah yang bisa menimbulkan rasa rindu kepada orang yang dituju. Seketika batara Guru timbul rasa rindunya kepada permaisurinya Dewi Uma. Batara Guru terbangun dari tapanya, tetapi betapa marahnya ia, ketika yang ia jumpai bukanlah Dewi Uma tetapi Batara Kamajaya.
Batara Guru memandang Batara Kamajaya dengan mata ketiga yang ada di dahinya. Pandangan itu memancarkan api yang menyala-nyala sehingga membakar Bathara Kamajaya hingga mati.
Dewi Ratih yang mendengar kabar bahwa suaminya mati terbakar sangat bersedih hati. Ia kemudian menysul ke tempat dimana suaminya terbakar. Ia memohon kepada Bathara Guru agar dibakar seperti suaminya, namun Bathara Guru menolak. Dewi Ratih pun langsung menghampiri suaminya yang apinya masih menyala-nyala hingga ia ikut terbakar. Pasangan suami istri dewa-dewi ini pun kembali menyatu dalam kobaran api tersebut.
Mengetahui kejadian itu, seluruh dewa berduka cita. Para dewa berusaha untuk memohonkan ampun atas kesalahan yang diperbuat Batara Kamajaya dan Batara Guru berkenan untuk menghidupkan kembali Batara Kamajaya dan Kamaratih.
Namun, Batara Guru tidak bisa mengabulkan permohonan itu. Namun Batara Guru memutuskan agar Batara Kamajaya tinggal pada setiap hati atau rasa orang laki-laki dan Dewi ratih tinggal pada setiap hati /rasa orang perempuan. Sehingga timbullah kelestarian, kedamaian dunia karena  antara laki-laki dan perempuan selalu timbul rasa cinta kasih
on Leave a Comment

HATI YANG PATAH



Siang kini berubah jadi malam ,, malam pun akan tetap jadi malam .. embun pagi tak lagi menetes setelah hujan tak lagi turun, angin pun tak lagi terasa berhembus bersahabat, sejak tornado menghantam dan meluluh lantakan segalanya yang ada.
Tak banyak yang lagi tersirat dari wajah ayunya yang selalu memancarkan sinar kilau yang menyejukkan, tak lagi ada yang keluar dari bibirnya selain tatapan matanya yang terlihat selalu kosong, entah apa yang ada di fikiran nya, entah apa yang ada di lamunan nya juga entah siapa yang ada di hatinya, hingga ia selalu menangis tersedu.

Aku memang tak terlalu mengerti jalan hidup yang dia lalui, seberapa sulit dia tersenyum, dan seberapa banyak ia terluka. Aku tak tahu seberapa besar penyesalan dalam hatinya. Hanya saja aku tahu bahwa ia tak sepenuhnya merelakan dia yang harus di relakan. Di tinggal pergi seseorang yang kita cintai secara tiba tiba itu bukan hal yang mudah.
Sebut saja namanya Rere, mahasisiwi fakultas Ilmu Tekhnologi itu harus berhenti di tengah perjalanan hidupnya karena 1 hal yang mungkin terdengar bodoh tapi nyata. Mahasisiwi dengan kulit putih dengan tinggi semampai itu akhirnya menyerah setelah ia jatuh dan tak mampu bangkit dari keterpurukanya. Wanita yang sempat di eluh eluhkan oleh banyak pria karena kecantikan nya dan kebaikan nya itu pada akhirnya tak bisa lagi melanjutkan pendidikan nya setelah ia di tinggal pergi oleh sang kekasih tercinta yang sudah hampir 5 tahun bersamanya, menjalani suka duka dan melalui hari yang yang bahagia bersamanya .

Pernikahan yang sempat terencana pun hancur berkeping keeping dan hanya menyisakan pilu yang tak bisa hilang bahkan sampai ia mati, sebuah pernikahan dengan konsep yang matang dan persembahan yang lengkap kini terhenti dan tak kembali, tak ada yang bisa mengulang hari itu, bila di beri 1 kesempatan untuknya, ia hanya ingin memutar kembali waktu yang telah lewat, waktu yang berharga namun terlewatkan tanpa sebuah kesadaran bahwa hidup takan selamanya berjalan sesuai keinginan.

Hari itu ,,, genap 1 tahun sudah proses lamaran berlangsung, entah percaya atau tidak, kata orang dulu bila pernikahan lewat dari dalam jangka waktu 1 tahun setelah proses lamaran maka segalanya tak kan pernah terjadi sesuai yang kita inginkan, atau bisa di bilang gagal. Hari itu dewa ( kekasihnya ) sempat meminta pernikahan itu terlaksana lebih cepat dari tanggal yang sudah di tetapkan namun rere menolak dan hanya bisa berlalu sambil menekuk wajahnya yang terlihat kesal. Saat itu, rere memang terlihat kurang stabil, sifat kekanak kanakannya datang lagi namun dewa hanya bisa sabar dan sabar menghadapi rere yang selalu menolak membicarakan tentang pernikahan mereka. Namun jelang hari ke 7 sebelum pernikahan , sesuatu terjadi dan menjadi akhir dari rencana indah mereka.

Hari itu,, langit terlihat mendung dan berawan, tak ada firasat apapun yang dirasakan oleh rere ataupun keluarga, hanya saja pagi sebelum kepergianya yang tak kembali , ia hanya meminta untuk mempertimbangkan kembali keputusan yang rere ambil untuk masa depan mereka, seperti biasa rere tak cukup peka akan perasaan yang dimiliki dewa, hingga pada akhirnya siang itu tepat pukul 14.14 ,, handphone nya berbunyi kencang, tak ada yang membuiat hatinya curiga, dengan santainya di angkat telfon itu dan mendapat kabar duka dari pihak rumah sakit yang menangani dewa.

Hujan pun tiba tiba turun dengan derasnya mengisyaratkan bahwa alam turut bersedih akan kepergian penghuni nya . sejak hari itu, rere tak lagi bisa berdiri tegak selayaknya hari hari biasanya. Rere telah kehilangan sayap indahnya, dia telah kehilangan separuh jiwanya. Rere tak lagi seindah dulu , kini semua takan bisa terulang, waktu pun tak bisa di putarnya walau dia menangis meminta. Segalanya yang berlalu akan tetap berlalu, dia masih seperti itu, dengan lamunan dan tatapan matanya yang kosong dan sedih, menyendiri dan terus menyendiri, sambil sesekali dadanya terlihat sesak, entah sampai kapan dia seperti itu, entah 1 tahun 2 tahun atau mungkin selamanya.

Kamis, 19 Desember 2013

on Leave a Comment

PESONA NGLIRIP

Pesona nglirip wisata alam yang sudah cukup dikenal, namun seakan tak ada bosannya berkunjung dan memperbincangkannya. Kiranya hal tersebut yang bisa menjadi awal kalimat untuk mengurai kembali salah satu pesona wisata di Kabupaten Tuban, air terjun “Nglirip”.

http://cahkenongoKetika menyebutkan wisata di Bumi Ronggolawe, layaknya tidak terlewat untuk mengurai tentang air terjun Nglirip. Wisata alam yang sederhana namun cukup mempesona ini masih menjadi salah satu wisata alam unggulan di Kabupaten Tuban. Meskipun tidak dibangun megah layaknya sebuah tempat wisata, justru originalitas alam sekitar air terjun Nglirip menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan di Tuban.

Banyak hal yang dapat dibicarakan terkait tempat wisata tersebut. Diantaranya adanya legenda dan mitosterkait tempat tersebut. Di balik keindahan alam dan pesona air terjun tersebut, banyak kisah legendadan mitos yang mengalir baik di berbagai referensi tertulis atau cerita rakyat.

Konon Legenda Nglirip terkait dengan pertemuan salah satu Adipati Tuban di jaman dahulu kala, sebelum era Majapahit. Diceritakan bahwa kala itu sang adipati hendak meminang gadis perawan dari desa tersebut. Setelah menjadi istri adipati dan memiliki anak perawan, putri dari desa tersebut tidak berkenan diboyong ke pendopo kadipaten.

Gadis perawan dari hasil pernikahan tersebut akhirnya tumbuh dewasa dan mulai jatuh cinta. Namun sayang sekali, kisah cintanya kepada anak muda desa yang bernama Joko Lelono tidak mendapat restu dari kedua orang tuanya, hingga akhirnya sang pujaan hati Joko Lelono harus berakhir hidupnya di tangan prajurit kerajaan, atas perintah sang adipati.

Patah hati karena cintanya yang memilukan, sang putri pun memutuskan diri untuk bertapa di salah satu goa yang berada di balik air terjun yang berada di tengah hutan. kemudian sang putri pun menutup diri dari masyarakat, dan kabarnya tidak pernah kembali hidup di tengah masyarakat.

Dari kisah memilukan tersebutlah, kemudian sebagian warga meyakini bahwa putri Nglirip akan marah jika di sekitar daerah tersebut digunakan untuk bercumbu rayu pasangan yang belum menikah.daerah sekitar air terjun Nglirip tidak hanya dikenal karena keindahan alam dan air terjunnya. Namun area tersebut banyak dikunjungi orang karena adanya makan seoarang wali besar yang bernama Syeh Abdul Jabar.

Keberadaan makam syeh Abdul Jabar di atas bukit di samping lokasi air terjun, menjadi salah satu kunjungan wisata religi atau peziarah dari berbagai daerah. Tidak hanya dari dalam Kabupaten Tuban, namun peziarah juga datang dari berbagai daerah di luar kota Tuban.

Syeh Abdul Jabar merupakan Auliya’ yang menjadi ujung keturunan dari banyak Kyai di Kabupaten Jombang. Diceritakan dalam banyak referensi, Syeh Abdul Jabar memiliki putra Abdus Salam yang kemudian tinggal di daerah tambakberas Jombang. Abdus Salam yang juga dijuluki Mbah Syehah itu kemudian menurunkan banyak kyai dan pejuang Islam di Jombang Jawa Timur.

Daerah wisata Nglirip terletak di Dusun Jojogan, Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Untuk menuju kesana tidak terlalu sulit, karena akses jalan yang bagus dan cukup mudah ditempuh. Jika dituju dari titik kota Tuban, maka dapat mengambil arah jurusan Kecamatan Kerek dan Montong. Dengan mengikuti jalan utama yang ada, maka akan sampai di daerah wisata air terjun Nglirip
on Leave a Comment

SYEKH ABDUL JABBAR,NGLIRIP TUBAN

RIWAYAT HIDUP SYEKH ABDUL JABAR

INILAH CIRI MASYARAKAT KITA,SELALU TAWADU'MENGHARGAI JASA JASA PARA WALIULLAH.

Abdurrahim Izuddin dalam buku Mbah Jabbar: Leluhur dan Dzuriyyahnya (2009) menyatakan bahwa Mbah Jabbar atau Syekh Abdul Jabbar nama aslinya adalah Pangeran Kusumoyudo. Beliau seorang yang berdarah bangbangsawan, khususnya dari raja-raja Jawa, seperti: Raja Brawijaya (Raja Majapahit), Raden Patah (Raja Demak Bintoro I), Sultan Trenggono (Raja Demak Bintoro II), Sultan Hadiwijoyo/Joko Tingkir (Raja Kerajaan Pajang I), dan Pangeran Benowo (Raja Kerajaan Pajang III). Dilihat dari nasab (keturunan), baik dari jalur kakek maupun nenek, keduanya masih keturunan raja Brawijaya V yakni Adipati Joyodiningrat. Oleh karenanya beliau disebut “Pangeran”.
Manuskrip Gresik mencatat, Sultan Hadiwijoyo (Joko Tingkir) mempunyai dua orang putera yang sama-sama diberi nama Pangeran Benowo. Akan tetapi Pangeran Benowo I lebih dikenal dengan nama Pangeran Selarong. Sedangkan Pangeran Benowo II dikenal luas dengan nama Pangeran Benowo.Pangeran Benowo I bukanlah anak kandung. Dia adalah anak angkat Sultan Hadiwijoyo     dengan nama asli Sutowijoyo atau Senopati. Dialah yang kelak menjadi raja Mataram pertama. Nama Selarong sendiri adalah gelar yang diberikan Sultan Hadiwijoyo kepadanya.
 Dari Pangeran Benowo II       inilah Mbah Jabbar lahir. Beliau mempunyai empat orang saudara, satu puteri dan empat putera. Anak pertama perempuan bernama Ratu Emas/Mas, anak ke-2 Pangeran Pringgodani yang berjuluk KyaiPengging, yang ke-3 Pangeran Pringgokusumo berjuluk Kyai Mojo, anak ke-4 Pangeran DadungKusumo, sedangkan anak terakhir bernama Pangeran Sumoyudo alias Mbah Jabbar.
Syekh Abdul Jabbar adalah keturunan Pangeran Benowo. Tempat dan tanggal kelahirannya tidak diketahui secara pasti, karena tidak adanya bukti “autentik” yang tercatat dalam manuskrip maupun buku-buku sejarah Jawa. Akan tetapi dilihat dari masa kehidupan leluhurnya (Pangeran Benowo), dapat diperkirakan ia lahir di Pajang (wilayah Surakarta). Hal ini diperkuat dengan adanya folklore lisan (cerita rakyat) yang beredar dikalangan masyarakat Jojogan dan sekitarnya, bahwa sampainya Syekh Abdul Jabbar di Jojogan karena “pelarian” dari Pajang akibat kalah perang dengan penjajah Belanda.
Jika benar Syekh Abdul Jabbar “lari” dari Pajang maka dapat diperkirakan saat itu tahun 1628 atau 1629. Ini didasarkan pada tahun penyerangan Mataram ke Batavia, pusat VOC. Apalagi menurut Agus Sunyoto, peneliti dan penulis sejarah, Kerajaan Mataram pernah mempunyai seorang utusan yang bernama Pangeran Sumoyudo. Hal ini diperkuat dengan adanya informasi bahwa beliau hidup sezaman atau lebih muda sedikit dengan Mbah Sambu (Lasem), sedangkan Mbah Sambu hidup sezaman dengan bupati Lasem ke-14, Adipati Tejo Kusumo I yakni sekitar tahun 1585-1632.
Selain dikenal sebagai waliullah, juga panglima perang dan musuh besar Kompeni Belanda.Ibarat duri beliau adalah ‘duri dalam daging’ bagi Pemerintah Belanda, sehingga pada suatu saat terjadilah pertempuran yang sangat sengit antara keduanya. Akan tetapi beliau mengalami kekalahan kemudian “lari” dari Pajang menuju daerah Nglirip, Jojogan, Tuban. Di tempat ini beliau tinggal di rumah seorang tokoh dan ahli ilmu kanuragan bernama Mbah
Sarkowi atau lebih dikenal dengan Mbah Ganyong.Dari sinilah babak baru kehidupan Syekh Abdul Jabbar dimulai.
Syekh Abdul Jabbar menjadikan Jojogan sebagai pusat aktifitasnya. Salah satu tempat tersebut bernama Kedung Banteng. Menurut cerita lisan yang berkembang di masyarakat Jojogan, Kedung Banteng adalah gudang persenjataan (pusaka) dan tem­pat penyimpanan barang-barang kerajaan. Tempat ini terletak di dalam hutan di pinggir kali/kedung, sebelah utara air Sumber Krawak. Konon tempat ini juga digunakan sebagai pertapaan dan markas agresi Syekh Abdul Jabbar melawan Kompeni Belanda. Tempat ini menjadi bukti sejarah bahwa Syekh Abdul Jabbar benar- benar seorang musuh besar dan buronan Kompeni.Suatu saat, untuk mengelabuhi kompeni beliau mengganti namanya menjadi Purboyo. Jadi, selain dikenal dengan nama Kusumoyudo dan Abdul Jabbar, di tempat ini beliau juga dikenal dengan Pangeran Purboyo.
Beliau meninggal dan dimakamkan di bukit Nglirip, Jojogan. Makamnya diapit oleh kedua makam Isterinya. Diceritakan, sesaat setelah meninggal bau wangi menyeruak dari jasadnya, bau itu begitu harum hingga mengherankan bagi penduduk sekitar.Bahkan yang lebih ajaib lagi wangi itu tercium sampai luar Desa Jojogan, yakni daerah Senori, Tanggir, dan sekitarnya.
Kisah berikut ini sudah masyhur di kalangan masyarakat Jojogan dan sekitarnya. Konon, Mbah Jabbar adalah murid dari Mbah Ganyong. Pada suatu hari muridnya ini meninggal dunia dan jasadnya berbau harum semerbak, lalu gurunya yang bernama Mbah Ganyong ini entah karena kebanggaannya atau kesombongan, mengatakan pada murid-murid yang lain serta penduduk di se­kitarnya, “Itu baru murid saya saja bisa harum semerbak seperti itu, apalagi kalau saya gurunya yang mati, mesti akan lebih harum lagi,” kata Mbah Ganyong. Rentang satu minggu kemudian, Mbah Ganyong ini meninggal dunia, dan anehnya jasadnya berbau amis menyengat dan membusuk.
Maka oleh murid-muridnya dan penduduk sekitar jasad Mbah Ganyong dilempari batu, hingga lemparan batu itu menumpuk menutupi seluruh jasad Mbah Ganyong. Sehingga sekaligus membentuk punden tumpukkan batu sebagai makam Mbah Ganyong.Menyikapi cerita ini, para kyai di sekitar situ memilih untuk ber-husnudhon. Menurut mereka cerita ini hanyalah contoh bahwa ketakaburan itu jelek yang tidak patut dilakukan oleh seorang muslim. Sedangkan Mbah Ganyong tetaplah seorang waliullah.
Haul Syekh Abdul Jabbar pertama kali diadakan pada tahun 1964. Orang pertama yang memprakarsainya adalah Mbah Sholeh (Ngerong, Rengel), Mbah Zaini (Mruwut, Bojonegoro), dan Mbah Munthoha (Padangan, Bojonegoro). Acara ini diselenggarakan setiap tahun, setiap tanggal 17 Muharram. Jika bertepatan dengan hari Jum’at, maka pelaksanaannya diundur hari berikutnya
SEMOGGA TULISAN INI MENAMBAH KEIMANAN KITA DAN MEMBERI MANFAAT
BAHWA SEGALA SESUATU YANG BAIK AKAN BAIK PULA PADA AKHIRNYA
SALAM SANTUN
Gendhis savindra. Diberdayakan oleh Blogger.